Selfie dan Groufie Mengapa Disuka, Apa Bedanya?

Selfie
Share this :

Mengapa orang-orang, terutama kaum remaja dan wanita, senang foto selfie? Tak dipungkiri bahwa saat ini selfie dan groufie menjadi cara baru bentuk berkomunikasi yang bisa berterima secara luas. Kedua istilah tersebut merupakan bentuk kekinian sebagai trik untuk menarik perhatian, lantaran saat ini sebagian besar orang bertemu dan berkomunikasi secara daring atau online.

Fotografi menjadi trend yang tak asing lagi di zaman digital ini, kebutuhannya semakin meningkat baik sebagai dokumen atau keperluan lain. Sebuah foto kini tak hanya berfungsi untuk mengabadikan momen, juga sebagai salah satu bagian dari gaya hidup. Mulai dari personal branding, berbisnis, atau sekedar salurkan hobi dengan hasil foto layaknya jepretan fotografer profesional.

Selfie Tak Sama dengan Groufie

Kerap orang memukul rata hanya menyebut dengan istilah selfie untuk foto diri yang diambil sendiri dan foto beramai-ramai yang diambil oleh salah satu di antara mereka yang berada di dalam satu frame itu. Padahal istilah selfie berbeda dengan groufie, kedua istilah tersebut seolah-olah sama tetapi sebenarnya mempunyai makna yang berbeda.

Selfie yakni memotret diri yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan, ya hanya sendiri. Orang yang bersangkutan sendirilah yang menggambil gambarnya, atau ‘swafoto’ istilah dalam bahasa Indonesia. Artinya, selfie itu memotret diri tanpa bantuan orang lain, namun bisa menggunakan alat bantu, yaitu ‘tongsis’ atau tongkat narsis.

Selfie dan Groufie Mengapa Disuka, Apa Bedanya?
Seorang remaja putri sedang SELFIE (foto candid di kawasan Bromo)

Sedangkan groufie adalah berfoto lebih dari satu orang. Groufie ada yang menyebutnya dengan istilah wefie. Dua orang saja berfoto diri, dan yang mengambil foto diri mereka oleh salah satu di antara keduanya, itu disebut groufie. Bukan selfie. Groufie tidak terbatas berapa orang dalam satu frame foto, tergantung seberapa luas frame dapat menampung, selain bagaimana teknik membidik fotonya.

Groufie dan Wefie itu memiliki arti yang sama, yakni berfoto selfie dengan banyak orang, dalam satu grup, atau satu kelompok. Di media sosial banyak yang menandai, atau tagline foto yang seharusnya ‘groufie, atau wefie’ malah menuliskannya dengan selfie. Mengapa? Barangkali karena mereka belum mengerti tentang perbedaan kedua istilah tersebut.

Selfie dan Groufie Mengapa Disuka, Apa Bedanya?
Sebuah keluarga sedang GROUFIE atau WEFIE (foto candid di kawasan Kebun Raya Purwodadi Pasuruan)

Mengapa Disuka?

Mengutip dari nasional.kompas.com, Jonathan Keller adalah pelaku selfie yang paling spektakuler. Sejak tahun 1998 ia telah memotret wajahnya secara selfie hingga tahun 2015 ini. Selama 17 tahun, setiap hari ia memotret sendiri perubahan wajahnya dengan ekspresi yang sama, menghasilkan 6.000 lebih foto selfie. Lebih ‘gilanya’, ia berniat akan terus melakukan selfie sampai jelang meninggal dunia.

Jonathan Keller melakukan itu untuk eksperimen pribadi, yakni dari hari ke hari melihat perubahan wajahnya dalam pose yang sama, namun orang sekarang melakukan selfie untuk berbagi. Mungkin juga untuk narsis. Jarang ada, khususnya para remaja dan wanita, melakukan selfie atau groufie untuk disimpan sendiri, namun untuk dibagikan melalui situs pertemanan di jejaring media sosial mereka.

Jika Anda mau mengamati, tentu ada hal yang menarik ketika memperhatikan gaya seseorang yang sedang selfie atau groufie. Gaya khas, menjulurkan tangan ke depan atau ke atas, mengarahkan mata kamera ke wajahnya dengan atau tanpa menggunakan bantuan tongsis. Ini pastinya bukan pose ordinary atau konvensional, tetapi suatu gaya yang extraordinary. Mungkin sebagian orang menganggap aneh dan nyleneh.

Beragam sensasi pose selfie atau groufie, seperti mulut dibikin monyong, lirikan yang tajam, mata berkedip genit, tawa lebar-lebar, atau sebaliknya yakni wajah bertekuk tanpa senyum dan dingin. Pokoknya gaya yang tidak biasa. Kesannya lebih ke lebay, namun foto-foto begini yang banyak menghiasi konten media sosial. Mungkin sekadar seru-seruan, lantaran komentar akan bermunculan dari jejaring pertemanan.

Perilaku obsesi dengan foto diri sendiri untuk diunggah di media sosial agar dilihat dan dapat pujian oleh orang lain bisa disebut sebagai narsis. Narsis adalah istilah berasal dari bahasa Inggris, narcissism. Kata tersebut berasal dari mitos Romawi Kuno. Dikisahkan, seorang pemuda bernama Narcissus jatuh cinta pada bayangan dirinya sendiri di air, kemudian ia menjadi gila hingga bunuh diri.

Narsisme menurut Kamus Lexico adalah minat berlebihan atau kekaguman pada diri sendiri dengan penampilan secara fisik. Sedangkan dikutip dari Science ABC, narsisme menurut kalangan psikolog adalah persoalan yang cukup serius. Menurutnya, narsisme adalah keadaan pikiran yang membuat seseorang menganggap bahwa keberadaan dirinya lebih berharga atau lebih baik daripada orang lain.

Rupanya sudah berasal dari sononya, memang menjadi naluri manusia, salah satu ciri bawaan yakni selalu ingin mencari perhatian dari orang lain, lawan jenis, atau sesamanya. Orang-orang zaman dulu melakukannya dengan memajang lukisan-likusan diri atau keluarga, terutama kaum bangsawan. Namun kini, umumnya orang-orang lebih suka memajang foto diri di situs jejaring media sosialnya.

*

Menyukai berfoto selfie atau groufie itu memang sah-sah saja, tak ada yang berhak melarang. Namun jika itu dilakukan keseringan rasanya menjadi terlalu berlebihan atau terkesan lebay. Jadi, kalau penyuka berfoto selfie atau groufie melebih-lebihkan daya tarik dengan berbagai pose mereka, tetapi hanya dalam foto belaka dan jauh dari realita keseharian, rasanya malah ‘gimana gitu’?

You may also like

4 thoughts on “Selfie dan Groufie Mengapa Disuka, Apa Bedanya?”

  1. Terimakasih, nambah wawasan tentang selfie dan groufie. Bisa sebagai pertimbangan/pengingat supaya orang tidak kebalasan jadi terlalu narsis.
    Tetaplah menulis pak Ali.

    1. Inggih, matur suwun atas apreasiasi panjenengan, Pak.
      Selain sekedar meluruskan penggunaan istilah juga sebagai pengeling-elingan saja.
      Narsih gak ada yang berhak melarang, namun perlu perhatikan norma kepantasannya.
      Semoga tetap sehat selalu beserta keluarga besar Panjenengan.

Leave a Reply to Ali Muchson Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *