Roode Brug Soerabaia Turut Hadir Memeriahkan Perayaan Imlek Tambak Bayan
Tambak Bayan, kampung pecinan tertua di Surabaya ini, selalu menarik untuk diceritakan kembali, lantaran setiap sudutnya memiliki cerita tersendiri. Menggambarkan bagaimana sejarah budaya etnis Tionghoa berkembang di RT 2 RW 2, Kelurahan Alun-Alun Contong, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Memasuki kampung Tambak Bayan, lampion-lampion dan ornamen-ornamen khas Tionghoa seakan menyambut pengunjung dengan ramah, pun warganya. Kampung yang tak jauh dari kompleks Monumen Tugu Pahlawan Surabaya, dihuni sekitar 75 kepala keluarga yang kini telah memasuki generasi kelima ini, guyup merayakan Tahun Baru Imlek, Rabu (29/1/2025) pagi.
Perayaan Imlek tahun ini beda dengan tahun sebelumnya. Biasanya hanya pertunjukan kesenian Barongsai keliling kampung Tambak Bayan, namun kali ini dimeriahkan pula dengan pertunjukan Bantengan yang diperankan oleh anak-anak. Acara dimulai pukul 07.30 WIB. Tak hanya warga setempat, namun warga lintas etnis dan agama turut antusias menyaksikan pertunjukan tersebut. Turut mengawal acara, Paguyuban Cak Ning Surabaya.
Usai petunjukan Bantengan, giliran kesenian Barongsai unjuk kebolehan. Para seniman memperlihatkan tarian tradisional Tiongkok tersebut dengan iringan musik yang rancak. Tak cukup di situ, kelompok barongsai dengan dikawal pengunjung berkeliling ke perkampungan di Kampung Tambak Bayan, khususnya di RT 2 RW 2, Kelurahan Alun-Alun Contong.
Di kawasan kampung tersebut, warga setempat telah menunggu. Ada yang sekadar melihat, ada pula mengajak foto, pun beberapa di antara warga memberikan angpao. Menariknya, angpao-angpao tersebut tak hanya diberikan secara langsung, namun berada di lokasi yang tak biasa seperti di atap, langit-langit ruangan, ventilasi, kusen, hingga bagian rumah yang tinggi lainnya.
Para seniman Barongsai harus melakukan atraksi “Wu Shi” atau “Lion Dance” untuk bisa menggaet masing-masing angpao. Atraksi ini menggambarkan layaknya kegagahan seekor singa yang sedang berdiri dengan dua kaki. Sambutan applaus, dengan tepuk tangan para pengunjung, kian meriah ketika para seniman berhasil menggaet angpao-angpao tersebut.
Lim Kiem Hau, salah satu pelopor warga setempat, menuturkan bahwa melestarikan budaya sangat penting bagi generasi muda, khususnya di Kampung Tambak Bayan, agar mereka mengenal dan memahami akar budaya leluhur mereka. Saat ini, generasi yang ada telah memasuki generasi kelima, dengan terus ‘nguri-uri’ warisan budaya leluhur agar kelangsungan tradisi tetap terjaga dan tidak terputus.
“Imlek adalah momen untuk saling memaafkan dan berbagi rezeki. Tradisi membagi angpao bukan sekadar memberi uang, namun juga mendoakan anak cucu agar mereka diberkahi kesehatan, kemakmuran, dan kesuksesan,” tutur pria yang akrab disapa dengan sapaan Cak Gepeng.
Perayaan Imlek tahuh 2025, tambahnya, diwarnai dengan upaya menggali memori kolektif masa lalu melalui pameran benda-benda bersejarah peninggalan para leluhur. Warga dengan antusias mengumpulkan berbagai barang bersejarah, mulai dari peralatan dapur, kursi tua, peralatan tukang, hingga perangkat rumah tangga seperti televisi lama, lampu strongking, dan berbagai perkakas kuno.
“Pameran ini tidak hanya menjadi ajang nostalgia, tetapi juga mempererat hubungan antargenerasi dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur,” pungkas salah satu anggota senior dari komunitas Roode Brug Soerabaia, yang juga seorang runner dan pendaki gunung.
Roode Brug Soerabaia turut hadir memeriahkan perayaan Tahun Baru Imlek 2025 di Kampung Tambak Bayan, menambah semarak kebersamaan. Sylvi Mutiara, pembina Roode Brug Soerabaia, hadir secara langsung untuk menyampaikan ucapan selamat sekaligus menunjukkan apresiasi dan dukungan terhadap keberagaman yang telah lama menjadi identitas Kota Surabaya.
“Kehadiran kami di sini bukan sekadar bentuk penghormatan terhadap budaya Tionghoa, tetapi juga sebagai simbol nyata toleransi dan persaudaraan antarwarga. Perayaan seperti ini membuktikan bahwa keberagaman bukan sesuatu yang memisahkan, melainkan memperkaya dan mempererat kita sebagai bangsa,” ujar Sylvi Mutiara dengan penuh semangat.
Selain Sylvi Mutiara, beberapa anggota turut hadir mendampingi dalam acara perayaan tersebut, yakni Alam C. Mukti dan Ali Muchson, serta beberapa anggota lainnya, yang bersama warga turut tenggelam menikmati suasana penuh kebersamaan, di mana sejarah, budaya, dan nilai-nilai persatuan berpadu dalam harmoni yang indah.
*
Budaya perayaan Tahun Baru Imlek dengan segala pernak-pernik khasnya tetap lestari di Kampung Tambak Bayan hingga kini. Setiap tahun, warna merah yang melambangkan keberuntungan menghiasi sudut-sudut kampung, sementara lampion-lampion bergoyang pelan diterpa angin, membawa nuansa nostalgia yang hangat.
Suara tabuhan jidor, bunyi simbal, atraksi “Wu Shi” atau “Lion Dance”, dan angpao menjadi saksi bahwa tradisi ini masih hidup di tengah warga. Lebih dari sekadar perayaan, Imlek di Tambak Bayan adalah bukti bahwa sejarah tidak pernah benar-benar pergi, ia hanya menunggu untuk diceritakan kembali, diwariskan, dan dirayakan oleh setiap generasi berikutnya, hingga berikutnya lagi dan lagi.
Tahun Baru Imlek 2025 Shio Apa?
Peringatan tahun baru Imlek merupakan tradisi penting bagi masyarakat Tionghoa dalam merayakan pergantian tahun. Penghitungan Imlek didasarkan pada kalender lunar Tionghoa, yang memiliki siklus 12 tahun. Masing-masing tahun dalam siklus ini ditandai dengan 12 hewan dalam shio atau astrologi Tionghoa. Yakni : tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi.
Setiap hewan dalam shio tersebut mencerminkan karakteristik, kepribadian, dan nasib tertentu. Selain itu, juga terdapat lima elemen yang biasanya disandingkan dengan shio. Kelima elemen itu adalah air, tanah, kayu, api. dan logam. Tahun ini, Imlek 2025 merupakan Shio Ular dengan elemen Kayu. Tahun Ular Kayu ini dimulai pada Rabu, 29 Januari 2025.
Dilansir dari cnnindonesia.com, yang mengutip South Chinese Morning Post, ular dianggap sebagai hewan yang melambangkan kebijaksanaan, pengetahuan, kecerdasan, intuisi, dan kreativitas. Hewan ini juga diasosiasikan dengan keberuntungan, kemakmuran, kesuburan, dan umur panjang.
Bahkan dalam beberapa legenda, ular dianggap sebagai pembawa pesan Ilahi dan penjaga tempat suci. Reptil ini juga dihormati karena kemampuannya berganti kulit dan memperbarui diri yang dianggap sebagai transformasi dan kelahiran kembali. Karena itu, ular dianggap sebagai hewan yang paling siap menghadapi tahun kematian dan kelahiran kembali.
Yakni, tahun untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab untuk berkembang secara spiritual, menjauh dari cara dan kebiasaan lama yang tidak bermanfaat. Tahun ini juga disebut sebagai tahun yang dinamis untuk belajar dari masa lalu, bergerak maju dengan kebijaksanaan, kesadaran, transformasi, dan kasih sayang.
Biarkan Foto Bicara
Tradisi Perayaan Imlek Kampung Tambak Bayan


































