Kini di Surabaya ada pegiat tur yang mengajak para wisatawan lokal, regional, nasional, bahkan wisatawan asing untuk mengenal lebih jauh tentang sejarah Kota Surabaya, yakni Surabaya Walking Tour. Uniknya, tur dilaksanakan tidak dengan menumpang bus atau kendaraan lain, namun dengan mengajak wisatawan jalan kaki atau bersepeda di salah satu atau beberapa objek terpilih di kawasan Surabaya.
Ady Setyawan, penggagas Surabaya Walking Tour menuturkan, salah satu spesifikasi Surabaya aktivitasnya yakni mendampingi dan mengantarkan wisatawan asing yang ingin bernostalgia di Kota Surabaya. Seperti mendampingi wisatawan dari negeri Belanda yang ingin napak tilas dari apa yang diceritakan kakek, nenek atau keluarganya tentang Kota Surabaya yang pernah didiami pada masa kolonial Belanda dulu.
Kegiatan tur mengajak mereka jalan kaki sepanjang Jalan Tunjungan, start dari Hotel Majapahit hingga di Kantor PT PLN Jalan Gemblongan. Di spot-spot tertentu peserta dijelaskan latar mengenai belakang, situasi, kondisi pada zaman dulu, seperti tentang gedung-gedung peninggalan dan lain-lain, lanjut Ady Setyawan pada saat mendampingi 3 dari 4 wisatawan asal Belanda, tambah Ady Minggu malam (10/7/2022).
“Empat orang wisatawan dari negeri Belanda, yakni Hans Van Den Akker, Hanneke Coolen, Jan, dan Frits. Ada produser, Karyawan museum, dan kameraman. Mereka datang di Surabaya dalam rangka pembuatan film dokumenter bertema perang kemerdekaan,” tambah pendiri Roodebrug Soerabaia.
Praktiknya, lanjut Ady Setyawan, peserta tur akan mendapatkan cerita panjang lebar di setiap objek pada kawasan tertentu yang dijadikan paket pilihan objek wisata “Mlaku-Mlaku Nang Suroboyo”. Paket tur bisa juga mengajak sebuah keluarga yang ingin mengajak anak-anaknya mengenalkan kotanya sehingga tumbuh kecintaan untuk merawat dan menjaga, dan turut melestarikan kotanya sejak dini.
Setiap jengkal tanah di Surabaya, lanjutnya Ady Setyawan, sarat dengan sejarah yang melatarbelakinginya. Hal ini penting untuk diketahui oleh masyarakat Surabaya, lebih-lebih bagi para generasi muda milenial. Surabaya akan menjadi apa kelak di 20 tahun, 30 tahun, atau 40 tahun mendatang salah satunya berada di pundak mereka.
“Penting bagi para orangtua sejak dini mengenalkan anak-anak mereka tentang Kota Surabaya di masa lalu, sejarah perjuangan Arek-Arek Suroboyo, dan perkembangan kota sebagai pijakan awal generasi muda milenial turut menbangun kotanya di masa mendatang,” tambahnya.
Lebih lanjut Ady Setyawan menambahkan, di samping itu, Surabaya Walking Tour juga mengajak komunitas pegiat bersepeda untuk keliling Surabaya dengan bersepeda sambil mengupas panjang lebar tentang nilai historis setiap objek yang dituju. Selain bisa kampanye berkendara ramah lingkungan, murah dan menyehatkan, peserta tur memperoleh nilai tambah tentang sejarah Surabaya.
“Salah satu misi Surabaya Walking Tour adalah turut menjaga dan mempertahankan ruh Surabaya sebagai Kota Pahlawan, sebagai bagian dari menjaga identitas sekaligus memanfaatkan potensi wisata sejarahnya. Bisa diintip aktivitasnya di akun instagram @surabayawalkingtour “Welcome to City of Heroes. Wanna have ride or walk seeing historical sites in Surabaya? DM us #payasyouwish,” pungkas Ady Setyawan.
Setiap sudut kampung di sekitar Tugu Pahlawan punya sejarah. Lawang seketeng,Makam Peneleh,Kampung Maspati dll. Hidup Surabaya. Penelusuran sejarah, adalah pahlawan tanpa tanda jejak he he he.
Mas Santoso A.,
Memang, tiap jengkal tanah di Surabaya penuh dengan sejarah yang melingkupinya.
Untuk itu, masyarakat, utamanya kaum muda millenia perlu dikenalkan sejarah kotanya agar mereka setelah mengenal
akan timbul mencintai merawat, menjaga, dan turut membangun kotanya di masa mendatang.
Terima kasih atas apresiasi Panjenengan. Sehat-sehat selalu.
Butul Pak Ali…anak muda jadi tertarik dengan dilestarikannya Jalan Tunjunga … Makin cantik juga lho yaa…
Baru anak2 yg jalan, saya agendakan yaaa…Mlaku Mlaku Ning Tunjungan
Pak Ali ijin untuk melampirkan foto yang terkait mural untuk latuhan pembuatan video saya Terima kasih.
Mbak Tika,
Monggo aja.
Makasih.