Selain pesona budaya dan eksotika topografi Banyuwangi yang terdiri atas gunung dan laut, belum lengkap jika tidak mencicipi menu kulinernya, yakni rujak soto, rujak rawon, pecel pitik, sego cawuk, nasi tempong, dan lainnya.
Menu nasi tempong yaitu sepiring nasi hangat, sayur rebus yakni genjer, kobis, kacang panjang, terong, kangkung, sawi, selada, daun singkong, daun papaya, daun kemangi segar, dan irisan mentimun ditambah gorengan tahu, tempe, ikan asin dan dadar jagung, plus sambal mentah ekstra pedas.
Sensasi nasi tempong ada pada sambalya yang khas diracik dari bahan serba mentah. Cabe rawit, tomat ranti, gula pasir, terasi, garam, dan air jeruk limau.

Pilihan lauk berupa, ayam goreng, empal ikan laut, telur seafood, jeroan, pepes, bothok tawon, dan lele goreng.
Menurut penuturan, zaman dahulu nasi tempong merupakan makanan yang biasa disantap para petani di sawah. Nasi dengan lauk ala kadarnya sebagai pengisi perut para petani yang sudah bekerja keras di sawah atau ladang.
Kini, nasi tempong justru naik tahta. Dahulu menu makan para petani di sawah, saat ini dijajakan di berbagai warung atau rumah makan. Tidah hanya masyarakat setempat, tetapi wisatawan sudah banyak mencicipi.

Serasa Ditempong atau Ditempeleng
Lantaran super pedasnya, orang yang usai makan nasi ini serasa ‘ditempong’, artinya ditampar atau ditempeleng. Tentu hanya sebuah kiasan, yang menggambarkan sensasi rasa pedas sambalnya seakan selesai ditampar atau ditempeleng wajahnya, panas.
Nah, dari gambaran sensasi itu lalu muncul istilah ‘nasi tempong’ yang membuat pencandu masakan pedas banget jadi ketagihan. Yuk, dicoba jika Anda lagi jalan-jalan di banyuwangi!
