Perwakilan Roode Brug Soerabaia Hadiri Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo

Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo
Share this :

PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Daop 8 Surabaya bersama Komunitas Indonesian Railway Preservation Society (IRPS), salah satu komunitas pemerhati sejarah kereta api di Indonesia, menggelar kegiatan Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru serta Memperingati 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo, Rabu (13/12).

Acara tersebut diikuti Jajaran KAI Daop 8, para Pegawai Depo Lokomotif Sidotopo, Balai Teknik Perkeretaapian Kelas 1 Surabaya, Komunitas IRPS, pensiunan pekerja KAI, pemerhati sejarah kereta api, dan pemerhati sejarah Surabaya seperti Roode Brug Sorabaia, serta mengajak anak-anak yatim joy trip menggunakan Kereta Luar Biasa (KLB) dari Stasiun Surabaya Gubeng menuju Stasiun Sidotopo.

Executive Vice President PT KAI Daop 8 Surabaya, Wisnu Pramudyo, menuturkan bahwa setelah dilakukan perawatan di Balai Yasa Yogyakarta, sarana lokomotif CC 201 83 48 kini hadir di wilayah Daop 8 Surabaya dengan Livery Vintage Merah dan Biru. Kehadiran lokomotif dengan livery ini secara simbolis dihadirkan di Depo Lokomotif Sidotopo oleh Daop 8 Surabaya.

“Dengan kehadiran Lokomotif Livery Vintage Merah dan Biru tersebut, sekaligus menggelar kegiatan tasyakuran dan santunan kepada anak yatim dalam rangka memperingati 1 Abad beroperasinya Depo Sidotopo,” tutur Wisnu.

Kegiatan ini, lanjutnya, KAI Daop 8 Surabaya juga mengedukasi terkait perkeretaapian, pameran fotografi, dan memberikan pemahaman kepada masyarakat agar dapat turut turun tangan dalam menjaga keselamatan perjalanan kereta api. KAI Daop 8 Surabaya bersama IRPS menyerahkan santunan kepada para anak yatim, serta doa bersama untuk kelancaran perjalanan kereta api pada masa libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

Sebagai tambahan, imbuhnya, Livery Vintage ini dahulu digunakan KAI pada era tahun 1991, yang pada saat itu bernama Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), kemudian berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Saat ini KAI aplikasikan Livery Vintage tersebut pada Lokomotif CC 201 83 48 milik Depo Sidotopo. Pengecatannya sendiri dilakukan di bengkel lokomotif Balai Yasa Yogyakarta.

“Lokomotif CC 201 produksi General Electric ini memiliki berat 84 ton dan daya mesin 1.950 tenaga kuda (HP). Lokomotif ini mampu melaju hingga kecepatan maksimal 120km/jam, memiliki dua boggie dimana masing-masing boggie memiliki tiga gandar penggerak dengan total enam traksi motor sehingga lokomotif ini dapat dioperasikan pada lintas datar maupun pegunungan,” tambahnya.

Penggunaan Livery Vintage Merah dan Biru lokomotif CC 201 83 48 ini diharapkan tidak hanya mengingatkan kita akan kenangan masa lalu, tetapi juga untuk menarik minat masyarakat untuk menggunakan moda kereta api, serta mengenalkan sejarah perkeretaapian bagi masyarakat generasi sekarang, pungkas Wisnu Pramudyo.

Sekilas tentang Depo Sidotopo Surabaya

Sebagai salah satu tempat untuk melakukan perawatan sarana kereta api, PT KAI memiliki tempat perawatan sarana kereta api yang dinamakan ‘depo’. Salah satu depo yang dimiliki PT KAI adalah Depo Sidotopo. Depo ini berada di Jalan Sidotopo Lor No. 2 Surabaya, Jawa Timur. Depo Sidotopo saat ini telah berusia satu abad atau 100 tahun sejak aktif digunakan tahun 1923.

Dilansir dari www.kai.id/information/full_news/5770-mengenal-depo-sidotopo, beriku ini sekilas tentang sejarah berdirinya Depo Sidotopo dari masa ke masa.

Depo Sidotopo Masa Hindia Belanda

Pada 6 April 1875 pemerintah Hindia Belanda saat itu mendirikan Staatsspoorwegen (SS) untuk membangun proyek jalur kereta menghubungkan wilayah Surabaya-Pasuruan-Malang. Jalur ini pertama dibuka tanggal 16 Mei 1878 dengan lintas Surabaya–Pasuruan.Pembangunan selesai pada tahun 1879, bertepatan dibukanya seksi terakhir jalur kereta antara Lawang–Malang tanggal 20 Juli 1879.

Stasiun Surabaya Kota atau Stasiun Semut pada masa–masa awal sebagai pusat aktivitas perbengkelan dan depo lokomotif. Seiring berjalannya waktu, dengan makin meluasnya jaringan rel kereta setelah memasuki dekade 1900, dibarengi jumlah dan ukuran lokomotif yang makin banyak dan besar, maka kebutuhan akan fasilitas perawatan sarana berupa depo yang memadai sangat dibutuhkan.

SS menyulap wilayah yang dulunya sawah, rawa-rawa, dan kampung di Sidotopo menjadi kawasan depo dengan luas lebih dari 80 hektar dalam kurun waktu tiga tahun. Depo ini diklaim SS sebagai terbesar dan terluas yang pernah dimiliki, bahkan terbesar se-Asia. Dalam buku perayaan ulang tahun Staatsspoorwegen ke-50 “Gedenkboek Staatspoor-en Tramwegen”, ditulis oleh S. A. Reitsma dijelaskan bahwa Depo Lokomotif Sidotopo telah aktif digunakan sejak tahun 1923.

Sedangkan J.J.G Oegema dalam bukunya dengan judul “STOOMTRACTIE OP JAVA EN SUMATRA”, juga menulis bahwa Depo Sidotopo merupakan depo induk yang paling modern saat itu. Tak tanggung-tanggung, dengan luas lebih dari 80 hektar, SS membangun komplek locomotief depot beserta remise untuk perawatan dan perbaikan lokomotif termasuk juga kereta, dan gerbong.

Depo Sidotopo Masa Pertahanan Kemerdekaan

Tanggal 13 November 1945 setelah kemerdekaan, Stasiun Sidotopo menjadi salah satu saksi bisu pertempuran pejuang dengan melawan tentara Sekutu pada bulan Agustus-November 1945 di Kota Surabaya tepatnya di daerah sekitar Sawah Pulo. Para pejuang yang tergabung dalam organisasi Pemuda Republik Indonesia (PRI) Utara dibawah pimpinan Kustur, memiliki pos pertahanan di sekitar Jatipurwo berdekatan dengan Stasiun Kereta Api Prince Hendrik.

Saat itu, para pejuang sempat mendapatkan perlawanan tembakan sengit hingga mendapat tekanan yang membuat para pejuang terpaksa mengalihkan pertahanannya ke Stasiun Sidotopo. Para pejuang lalu ikut bergabung dengan para pemuda dan buruh dari kereta api pada masa itu yang telah membuat pertahanan di Stasiun Sidotopo. Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 20 pejuang gugur dan dimakamkan di Jalan Sidotopo Wetan.

Depo Sidotopo Masa Sekarang

Depo Sidotopo yang berada di wilayah Daop 8 Surabaya saat ini masih aktif difungsikan sebagai tempat perawatan maupun perbaikan lokomotif, kereta, dan gerbong. Di Depo Sidotopo juga dilakukan perawatan rangkaian KA Commuter Line Tumapel, Line Jenggala, Line Supas, Line Dhoho dan Penataran.

Selain itu, kawasan tersebut juga terdapat stasiun, klinik kesehatan milik KAI (Mediska), dan Griya Karya Bima yang merupakan tempat beristirahat untuk masinis. Semua yang ada di kawasan Depo Sidotopo sekarang ini memang masih sangat otentik. Meski ada beberapa renovasi, namun tidak mengubah bangunan asli sejak dibangun tahun 1923.

Bidikan Mata Lensa
Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru
serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo

Bidikan Mata Lensa
Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru 
serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo
Bidikan Mata Lensa
Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru 
serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo
Bidikan Mata Lensa
Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru 
serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo
Bidikan Mata Lensa
Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru 
serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo
Bidikan Mata Lensa
Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru 
serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo
Bidikan Mata Lensa
Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru 
serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo
Bidikan Mata Lensa
Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru 
serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo
Bidikan Mata Lensa
Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru 
serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo
Bidikan Mata Lensa
Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru 
serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo
Bidikan Mata Lensa
Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru 
serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo

You may also like

1 thought on “Perwakilan Roode Brug Soerabaia Hadiri Ceremonial dan Tasyakuran Lokomotif Livery Merah Biru serta Peringatan 100 Tahun Operasional Depo Lokomotif Sidotopo”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *