Mengulik Miniatur Alam di Halaman Depan
Liem Heritage – The Hidden Treasure of Rembang
Harmoni semesta bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan hasil dari perpaduan keseimbangan, keterhubungan, siklus alam, elemen dasar, kesadaran, hukum alam, dan cinta kasih. Ketika manusia hidup selaras dengan semua unsur ini, ia tak hanya menjadi bagian dari semesta, melainkan juga menjadi penjaga harmoni itu sendiri.
Narasi mengenai unsur-unsur harmoni semesta didukung oleh beragam disiplin, yakni relegi, filsafat Timur dan Barat, ilmu alam, fisika modern, spiritualitas, serta psikologi. Kesemuanya menunjukkan bahwa semesta bergerak dalam tatanan yang harmonis, dan manusia memiliki peran untuk menjaga dan menyelaraskan diri dengan unsur-unsur tersebut.
Fritjof Capra, dalam buku The Web of Life: A New Scientific Understanding of Living Systems, membahas keterhubungan semua unsur kehidupan dan semesta melalui pendekatan sistemik dan ekologi. Capra menggabungkan ilmu fisika, biologi, dan filsafat Timur untuk menjelaskan bahwa kehidupan dan alam semesta saling terhubung dan bekerja dalam keseimbangan yang dinamis. Ini mendukung unsur keterhubungan, keseimbangan, siklus, dan hukum alam.
Sedangkan Laozi, dalam buku Tao Te Ching, diterjemahkan oleh D.C. Lau, Penguin Classics, karya klasik filsafat Taoisme ini menekankan pentingnya hidup selaras dengan Tao, prinsip alami semesta yang mencakup keseimbangan (Yin-Yang), ketidakterpaksaan (wu wei), dan harmoni antara manusia dengan alam. Laozi menjelaskan unsur keseimbangan, kesadaran, dan cinta kasih sebagai bagian dari harmoni universal.
Pun dalam terjemahan bahasa Indonesia (Kemenag RI), Al Quran Surah Al-Mulk (67): 3, yakni menyebutkan “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu tidak akan melihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu melihat suatu kecacatan?”
Ayat tersebut menegaskan bahwa ciptaan Allah bersifat sempurna, seimbang, dan teratur, tanpa ada cela atau kekacauan. Allah mengajak manusia untuk merenungi penciptaan langit sebagai simbol keteraturan kosmik yang tidak mungkin terjadi tanpa kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya.
Tak hanya dalam Al Quran, tentu dalam Alkitab, Weda, dan Tripitaka pun membahas tentang harmoni semesta.
Chrisyandi Tri Kartika, Ketua PSL (Pernak-Pernik Surabaya Lama), mengatakan bahwa melihat miniatur konsep harmoni semesta itu, dalam hidup ini bukan sekadar tentang manusia sebagai pusat segalanya, melainkan tentang keterhubungan kita dengan alam, sesama, dan Sang Pencipta. Semesta ini ibarat orkestra agung, jika satu nada tak seimbang, getarnya terasa ke seluruh penjuru.
“Harmoni semesta bisa dihadirkan kembali melalui kesadaran, cinta kasih, dan penghargaan terhadap tatanan semesta. Saya yakin, semakin banyak orang merenungi hal ini, semakin besar pula kemungkinan kita merawat bumi dan hidup berdampingan dalam damai,” pungkas Pustakawan di Universitas Ciputra Surabaya.
Biarkan Foto Bicara
Liem Heritage – The Hidden Treasure of Rembang: Miniatur Harmoni Semesta
Lokasi Halaman Depan, Jumat (27/6/2025




