Bergiat dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional 2024, SD SAIM (Sekolah Alam Insan Mulia) Jalan Medokan Semampir Indah No.99-101 Surabaya gandeng Roode Brug Soerabaia, komunitas pegiat kesejarahan Kota Surabaya, mengadakan kegiatan edukatif interaktif tentang sejarah Pertempuran Surabaya 1945. Kegiatan ini melibatkan siswa kelas 1 hingga kelas 6. Hadir dari Roode Brug Soerabaia Ady Setyawan, Sylvi Mutiara, Eddy Marga, dan Ali Muchson, Selasa (12/11/2024) pagi.
Kepala Sekolah SD SAIM, Lilis Kurniawati, S.Pd., dalam membuka acara menuturkan bahwa bergiat dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional 2024 bertujuan mengenalkan peristiwa sejarah, khususnya tentang Pertempuran Surabaya 1945, kepada siswa dengan cara yang menyenangkan, edukatif dan interaktif. Untuk itu, kami menghadirkan Roode Brug Soerabaia, pegiat sejarah Surabaya, sebagai narasumber.
“Mengenalkan sejarah, khususnya sejarah lokal Surabaya, dengan cara yang menyenangkan, edukatif dan interaktif sangat penting agar mudah dipahami oleh anak-anak. Kami berharap melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya mengenal sejarah lewat buku, tetapi juga belajar langsung dari pegiat sejarah agar nilai-nilai kepahlawawan tumbuh sejak dini, sehingga mereka sejak dini mengenal dan menghargai pengorbanan para pahlawan,” tutur Lilis Kurniawati.
Sementara itu, Ady Setyawan, founder Roode Brug Soerabaia, kepada kelompok kelas 1 hingga kelas 3 SD SAIM, ia mengenalkan berbagai tempat dan peristiwa bersejarah di Kota Surabaya dengan media berbagai foto tempat dan peristiwa bersejarah. Menurutnya, foto-foto tersebut dapat memberikan gambaran visual yang menarik dan memikat, sehingga dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar lebih banyak tentang sejarah.
Foto-foto bersejarah memberikan visualisasi nyata tentang bagaimana keadaan pada masa lampau, misalnya tentang tempat, arsitektur, model pakaian dan properti se zamannya, hingga gambaran tempat dan suasana peristiwa tertentu. Ini membantu memperjelas konteks sejarah dan menghubungkan informasi dengan latar belakang yang lebih konkret, tambah Ady Setyawan.
“Ketika siswa melihat foto-foto bersejarah, mereka belajar mengamati detail, seperti pakaian, bangunan, atau aktivitas dalam foto-foto tersebut. Hal ini dapat mengasah kemampuan mereka dalam mengamati, menganalisis, dan menafsirkan informasi sesuai dengan kemampuan mereka, yang juga bermanfaat untuk kemampuan berpikir kritis,” pungkas penulis buku Kesaksian di Garis Depan.
Dengan didampingi Sylvi Mutiara, pembina Roode Brug Soerabaia, Ady Setyawan juga mengenalkan sekaligus mengenakan seragam lengkap dengan atibut dan properti pelengkap, seperti topi, helm, ikat pinggang, kotak peluru, hingga mengenalkan jenis-jenis senjata.
Pada kesempatan yang sama, Eddy Marga, salah satu anggota Roode Brug Soerabaia yang sekaligus seorang pelukis, kepada kelompok kelas 4 hingga kelas 6, ia menjelaskan tentang detail peristiwa Pertempuran Surabaya 1945 melalui media menggambar secara langsung di depan para siswa. Proses menggambar tempat atau peristiwa sejarah di depan siswa dapat menginspirasi mereka untuk berimajinasi dan berpikir kreatif.
“Melalui melihat secara langsung proses menggambar tempat atau peristiwa sejarah di depan para siswa, mereka dapat membayangkan suasana dan kehidupan pada zaman itu. Hal ini, membantu mereka merasakan pengalaman sejarah secara lebih dekat, dan mendorong mereka untuk belajar sejarah terasa lebih realistis dan konkret,” jelasnya.
Menyampaikan materi sejarah tentang tempat dan peristiwa tertentu dengan cara menggambar langsung membantu siswa memahami konsep sejarah yang mungkin abstrak atau sulit dimengerti jika hanya dijelaskan dengan ceramah. Visual yang dihasilkan mendekatkan jarak dan waktu peristiwa terjadi, pelajaran terasa menyenangkan, menambah kesan positif, dan membantu mereka mengapresiasi sejarah lebih dalam, pungkas pelukis, yang karyanya banyak menghiasi kompleks Museun 10 Nopember Surabaya.
Ditemui usai teatrikal, Eko Yulianto, salah satu guru SD SAIM sekaligus kreator drama Teatrikal Penyobekan Bendera Belanda, menambahkan bahwa giat dalam memperingati Hari Pahlawan Nasional 2024, SD SAIM mengemas acara berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain diisi dengan penyampaian materi peristiwa Pertempuran Surabaya 1945 oleh Roode Brug Soerabaia, juga gelar aksi teatrikal Penyobekan Bendera Belanda.
“Turut bermain peran dalam drama teatrikal dapat membantu menghubungkan siswa dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat jauh jarak dan waktu dari kehidupan mereka. Dengan menjadi bagian dari cerita sejarah, berkostum mendekati se zamannya, membantu mereka memahami konteks, emosi, dan latar belakang perjuangan secara lebih mendalam dan realistis, menjadikan pelajaran sejarah lebih hidup, isnpiratif, dan berkesan,” lanjut Eko Yulianto.
“Peristiwa perobekan bendera adalah simbol keberanian dan perjuangan para pemuda Surabaya dalam mempertahankan harga diri bangsa. Melalui perannya, siswa dapat menginternalisasi nilai-nilai seperti keberanian, pengorbanan, dan komitmen terhadap kemerdekaan yang ditunjukkan para pejuang, membantu siswa memahami bahwa perjuangan untuk kebenaran memerlukan tekad kuat,” pungkas pria reenactor, yang sering berimpresi sebagai pasukan Inggris dalam keikutsertaannya pada acara Parade Surabaya Juang.
*
Bergiat memperingati Hari Pahlawan Nasional 2024, siswa SD SAIM selain memperoleh wawasan kesejarahan oleh narasumber pegiat sejarah, pun mereka dilibatkan dalam kegiatan roleplay yang menggambarkan pertempuran sengit yang terjadi di Surabaya seputan Novemver 1945. Dengan kostum dan properti yang sederhana, siswa seolah-olah dibawa kembali ke masa lalu untuk merasakan semangat juang para pahlawan.
Refandra Gibran, salah seorang siswa kelas 4 SD SAIM, yang berperan sebagai pejuang, menceritakan pengalamannya bahwa ia merasa bangga dan terhormat bisa turut berperan dalam aksi teatrikal Perobekan Bendera Belanda sebagai pejuang. Hal ini membuatnya haru lantaran merasakan emosi sebagaimana para pejuang dulu menghadapi tentara Inggris dan Belanda.
“Saya merasa sangat bangga dan terhormat bisa berperan sebagai pejuang. Ini membuat saya haru, dan emosi seperti para pejuang dulu melawan tentara Inggris. Sebagai generasi penerus, harus menghargai kemerdekaan yang kita nikmati hari ini dengan belajar sungguh-sungguh,” cerita Refandra Gibran dengan semangat.
Biarkan Foto Bicara
SD SAIM Surabaya Peringati Hari Pahlawan Nasional 10 November
Penyampaian Wawasan Kesejarahan dalam Ruang
Aksi Teatrikal Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato, atau Hotel Majapahit Kini
