Berbagai sajian kuliner yang khas dapat ditemukan di Kota Solo. Bila Anda sedang berkunjung ke kota yang dijuluki Kota Batik atau Kota Budaya ini berbagai kuliner bisa jadi pilihan. Seperti nasi liwet, gudeg, timlo, bestik, sate, gulai, tengkleng, serabi, atau bermacam-macam gorengan yang disajikan bersama teh pahit atau manis di wedangan akan mudah Anda temukan di setiap sudut kota.
Rasanya tak lengkap ketika wisata kuliner di Kota Solo bila belum mencicipi salah satu masakan legendaris, yaitu selat solo. Dalam satu porsi selat solo tersaji daging sapi rebus atau daging bistik, wortel, potongan kentang goreng, irisan telur pindang, buncis, tomat, mentimun, acar, daun selada dan mayones. Lalu sentuhan terakhir disiram dengan kuah encer khusus berwarna kecokelatan.
Warung Selat Mbak Lies adalah salah satu warung selat solo yang sudah sangat popular di Kota Solo. Meski lokasi Warung Selat Mbak Lies terletak di sebuah gang yang tersembunyi sekaligus area permukiman padat, yakni berada di Jalan Veteran, Gang II No. 42, Serengan, Solo, tiap saat tak pernah sepi pembeli.
alisson.id sempat menemui Mbak Lies, pemilik Warung Selat Mbak Lies, ia menuturkan bahwa selat solo ini semula dari masa Kolonial Belanda. Saat itu salah satu sajian istimewa yakni bistik daging dikenalkan sebagai makanan para petinggi Belanda. Namun karena perbedaan selera dan budaya, bistik daging tidak mudah diterima oleh kaum ningrat di Kasunanan Surakarta.
Lantaran untuk menyesuaikan dengan selera lidah orang Jawa, khususnya kaum ningrat kasunanan, yang cenderung suka manis, maka dibuat menu yang dinamai selat solo. Ciri khas Eropa bisa dilihat dari penggunaan bistik dan mustard atau mayones, sedangkan ciri khas selera Jawa dengan penambahan kecap manis, tambahnya.
Bermacam-macam selat yang disajikan Warung Selat Mbak Lies, yakni ada selat lidah, selat bistik, selat galantin kuah saus, dan selat galantin kuah segar. Menu lain yang juga tidak kalah lezatnya dengan selat solo yaitu disajikan pula sup manten, sup matahari, timlo, dan menu-menu sampingan berupa berbagai camilan juga disediakan.
“Warung selat ini sudah mulai buka sejak saya lulus SMA tahun 1987. Dulunya cuma ada dua meja, yang membeli baru anak-anak kecil. Saya jualan selat ini tidak meniru warung lain,” tutur Mbak Lies disela-sela kesibukan sebagai kasir.
Ada dua lokasi Warung Selat Mbak Lies, duanya saling berhadapan. Namun ada hal unik, aksesori yang dipajang di ruang warung penuh dengan berbagai jenis dan bentuk keramik. Mulai ukuran yang kecil-kecil hingga keramik berukuran besar. Hal itu ternyata ada kaitannya dengan hobi Mbak Lies mulai sejak kecil.
“Saya hobi kumpulkan keramik sejak usia lima tahun. Dulu, saya disuruh memilih, pakai rautan plastik atau keramik, saya milih keramik. Malah kebablasan jadi hobi mengoleksi keramik sampai sekarang. Dulu saya suka traveling, tetapi sekarang sibuk jadi tidak jalan-jalan lagi,” ujarnya.
Berbagai keramik ini, lanjutnya, berasal dari Thailand, Belanda, China, dan Jepang. Pokoknya dari macam-macam negara. Jika ada pembeli yang menginginkan untuk mengoleksi salah satu atau beberapa keramik, Mbak Lies siap melepas dengan mengganti sesuai harga yang telah ditentukan.
Sentuhan penataan interior dan eksterior warungnya juga menarik perhatian. Nuansa perpaduan Eropa dan Jawa terasa kental, pembeli serasa dibawa ke masa Solo tempo dulu. Pernak-pernik unik nan cantik menjuntai, guci-guci terpajang rapi, dan hiasan keramik-keramik kesayangan pemilik terpajang di setiap dinding.
Pajangan perabotan dari aneka keramik itu semakin menambah keindahan di setiap ruangan warung tersebut. Tidak heran jika banyak pembeli yang begitu antusias dan betah berlama-lama di Warung Selat Mbak Lies. Di warung selat solo legendaris, pembeli selain menikmati cita rasa selat juga mengabadikan momen dengan selfie atau welfie bersama keluarga, teman, atau komunitasnya.
Warung Selat Mbak Lies mulai buka sekitar pukul 08.00 pagi hingga tutup pukul 18.00 petang. Selain penggunaan bahan-bahan yang masih segar, sedapnya rasa selat solo Mbak Lies berasal dari cara memasaknya yang sebagian masih diolah dengan alat tradisional, yaitu anglo dengan arang sebagai bahan bakar.
Hal yang tak kalah penting, bukan hanya kualitas makanan saja yang selau dijaga, kenyamanan pembeli pun tidak luput dari perhatian Warung Selat Mbak Lies. Meski lokasi warung ini di gang, namun tersedia lahan parkir yang memadai. Pembeli tidak perlu direpotkan mesti di mana akan memarkirkan kendaraan.
Selat Solo…paling suka kalau ke Solo…segeeeeer, walau hanya setahun tinggal di Solo …kangen terus selat solonya…mantap tap
Bu Endang Sulistijorini,
Di Solo, kalau gak ke Selat Mbak Lies, ya Selat Viens.