Sekadar untuk ‘Eling-Elingan’, Mumpung Masih Ada Waktu
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” – Al-Quran Surat Al-A’raf ayat 34.
Kehidupan di dunia tidaklah abadi. Ayat ini menegaskan bahwa setiap umat, bangsa, bahkan individu, memiliki masa hidup yang telah ditentukan oleh Allah. Tidak ada yang kekal di dunia; segala sesuatu berjalan sesuai takdir dan sunnatullah (hukum ketetapan Allah).
Ada ajal bagi setiap umat. Bukan hanya manusia secara pribadi, tetapi suatu komunitas, peradaban, atau bangsa pun memiliki ajal (batas waktu eksistensi). Umat yang sombong, zalim, dan menolak kebenaran, akan berakhir sesuai ketetapan Allah, sebagaimana umat-umat terdahulu, seperti kaum ‘Ad, Tsamud, atau kaum Nabi Nuh.
Waktu kematian tidak bisa ditunda atau dipercepat. Pesan yang sangat tegas dalam ayat tersebut adalah: bila ajal datang, tidak bisa ditawar. Tidak bisa dimundurkan walau sesaat, juga tidak bisa dipercepat lantaran sudah waktunya. Ini mengingatkan manusia untuk tidak lengah atau merasa bisa mengatur hidup sepenuhnya tanpa mengingat Sang Pencipta.
Peringatan agar memanfaatkan waktu. Karena ajal dan batas waktu itu pasti, manusia dan umat diberikan kesempatan hidup untuk memanfaatkannya sebaik-baiknya: beribadah, berbuat baik, menegakkan keadilan, dan menghindari kerusakan. Ayat ini sekaligus mengandung pesan moral agar tidak menyia-nyiakan kesempatan.
Teguran bagi yang sombong. Banyak manusia dan bangsa merasa berkuasa, kuat, dan bisa menentukan nasib tanpa campur tangan Allah. Ayat ini menegaskan bahwa sekuat apa pun umat, tetap ada saat kehancurannya jika sudah tiba ketetapan Allah.
Tiga Hal Rahasia tentang Kematian
Dari sini kita memahami bahwa Allah merahasiakan banyak hal tentang ajal. Dalam KBBI, arti kata ajal adalah batas hidup yang telah ditentukan Tuhan. Ada tiga hal penting yang tidak pernah ditunjukkan secara pasti kepada manusia, yakni tentang waktu, tempat, dan cara ajalnya.
Kerahasiaan ini bukan tanpa makna, melainkan mengandung hikmah mendalam agar setiap umat, bangsa, dan bahkan individu manusia tetap hati-hati bertindak-tanduk, rendah hati, dan tidak menyia-nyiakan waktu hidupnya. Tiga hal yang dirahasiaka Allah itu sebagai berikut:
Waktu Ajal
Allah tidak memberi tahu kapan tepatnya seseorang akan menghadapi ajalnya. Ada yang meninggal saat bayi, di usia muda, ada pula yang mencapai usia lanjut. Kerahasiaan waktu ini bertujuan agar manusia selalu bersiap dan tidak menunda-nunda kebaikan.
Jika saja kita tahu tanggal kematian, bisa jadi kita menunda amal, menumpuk dosa, lalu baru bertobat menjelang ajal. Dengan merahasiakannya, Allah mendidik manusia untuk menjaga konsistensi amal kebaikan sejak sekarang, karena esok belum tentu milik kita.
Tempat Ajal
Tidak seorang pun mengetahui di mana ia akan menemui kematian. Bisa jadi di rumah sendiri, di jalan, di ranjang, atau bahkan di tanah yang belum pernah dipijak sebelumnya. Kerahasiaan ini membuat manusia tak boleh terlalu melekat pada satu tempat atau merasa aman hanya karena berada di lingkungannya.
Kematian bisa datang di mana saja, dan hal itu mendorong kita untuk senantiasa membawa iman serta amal kebaikan sebagai bekal, sebab tempat bukan penentu keselamatan, hanya ketaatanlah yang akan menyelamatkan.
Cara Ajal
Allah juga merahasiakan bagaimana cara seseorang meninggal. Ada yang wafat dalam tidur, ada yang sakit panjang, ada pula yang meninggal secara mendadak. Kerahasiaan cara kematian ini menjadi pengingat agar manusia tidak terbuai oleh rencana panjang hidupnya. Sehat atau sakit, muda atau tua, semuanya memiliki pintu kematian masing-masing.
Hal ini mengajarkan bahwa keselamatan sejati bukan pada bagaimana cara kita mati, namun pada bagaimana kondisi iman kita saat nyawa dicabut. Itulah yang disebut husnul khatimah, akhir hidup yang baik, atau su’ul khotimah, akhir hidup yang buruk. Husnul khotimah, meninggal dalam keadaan beriman kepada Allah, dan su’ul khotimah yaitu meninggal dalam keadaan tidak beriman.
Refleksi
Tiga hal yang Allah rahasiakan tentang kematian, yakni waktu, tempat, dan cara ajal, sesungguhnya adalah bentuk kasih sayang. Ia membuat manusia tetap rendah hati, tidak sombong atas usia, tidak merasa aman karena tempat, dan tidak lengah karena kesehatan.
Semua ini agar kita mengisi hidup dengan amal kebaikan, memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama, serta selalu mengingat bahwa setiap tarikan napas adalah peluang yang mendekatkan kita pada akhir perjalanan.
Sumber
- Al-Quran Surat Ke-7, Surat Al-A’raf ayat 34
- Mendengarkan Khotbah Jumat di Masjid Baitudz Dzikri, Penjaringan Asri 10, Surabaya pada Jumat (26/9/2025).