Pertanyaan itu tentu dapat mengaduk-aduk ingatan kita yang pernah ‘mengenyam’ bangku kuliah. Meski jawaban yang muncul akan berbeda-beda bagi setiap orang, namun ‘circle’ jawaban lebih kurang intinya sama. Mungkin tentang belajar kelompok, garap tugas bersama, rasan-rasan dosen, titip absen, nongkrong bareng di warkop, dan ‘cinta monyet’ dengan junior atau teman seangkatan.
Sebagian orang mengatakan, masa-masa kuliah adalah masa sangat individualistis. Umumnya, pada semester awal perkuliahan masih bersama teman seangkatan. Sedangkan pada semester selanjutnya, antarteman mungkin akan mengambil kelas yang berbeda-beda karena minat dan fokus akademik yang ditempuh. Maka, kekompakan dalam persahabatan tak sama dengan semasa di bangku SMA dulu.



Pendapat tersebut tak sepenuhnya benar. Justru teman-teman akrab yang bisa ditemukan di bangku kuliah adalah mereka yang akan menjadi teman hingga masa tua. Bagaimana tidak? Mereka mengalami perjuangan bersama untuk mengerjakan tugas hingga larut malam. Merekabisa menjadi ‘keluarga adopsi’ bagi satu sama lain lantaran jauh dari orangtua, atau saling menolong dalam kesulitan.
Bahkan mereka dipicu untuk tanggung jawab dan mandiri, menemukan identitas diri, jatuh bangun menyelesaikan tugas maupun skripsi. Kadang juga harus mencari uang tambahan untuk menutup kebutuhan bulanan. Sepanjang pernak-pernik perjuangan ini, mereka akan mendewasa bersama. Persahabatan yang dibangun oleh fondasi kesulitan bersama itu yang kemudian mereka pertahankan hingga masa tua.




Berlatar memorabilia dan pernak-pernik kenangan di atas, Bapak Udahariantoro, saat ada kesempatan ke Surabaya, ‘nyekar ke makam orangtua’, sambang ke sanak saudara, dan sambang pula di kampus tercinta. Sambil bersepeda atau gowes bersama adik-adik dan keponakan, ia menyempatkan diri sambang ke kampus idaman, yakni Institut Teknologi Surabaya (ITS) di Fakultas Teknik Elektro, Minggu pagi (29/5/2022).
“Begitu turun dari sepeda, dan menginjakkan kaki di gerbang fakultas, aroma serius masa perkuliahan yang telah lama mengental, kini seakan mencair dalam ingatan kembali. Meski dulu tak berkelas di bangunan ini, gerbang fakultas ini cukup menghadirkan ukiran kenangan lama,” tutur pria yang lulus pada tahun 1979 dari Fakultas Teknik Elektro (E12/1972), kini telah lama bermukim di Kota Bandung.


Bapak Udahariantoro menambahkan, ketika sambang ke kampus tercinta lebih baik lagi jika para alumni dapat sambang kembali ke kampus kebanggaan membawa serta anak dan cucu. Pada kesempatan itu, mereka dapat menceritakan kisah perjuangan selama megejar cita-cita. Sehingga energi positif dan spirit perjuangan dapat menginspirasi generasi penerus mereka.
“Kiranya tak salah, meski telah berpuluh tahun menamatkan pendidikan di kampus mana pun dan di level apa pun, Anda dapat menyisihkan waktu sambang atau napak tilas dalam rangka memorabilia masa silam selama menempuh pendidikan di almamater tercinta. Ini akan menggugah rasa bahagia tersendiri,” pungkas pensiunan IPTN/PT DI, yang sempat mendapatkan pendidikan singkat di Perusahaan BELL Texas-USA.


Keluarga ‘Uda’, selain Bapak Udahariantoro, adik-adiknya pun juga alumni ITS. Secara berurutan yaitu Udaheryati lulusan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan (S16); berikutnya Udaherwibowo, adiknya adalah lulusan Fakultas Teknik Perkapalan tahun 1983; dan yang terakhir Udaheripatjoro (A17-1982) lulusan Jurusan Arsitektur tahun 1987
Di samping itu, bahkan dua keponakannya saat ini menjadi dosen di ITS. Yakni, Sarah Cahyadini, sebagai dosen di Jurusan Arsitektur ITS, yang merupakan tempat ia belajar di S1 dulu, Angkatan 33 (A33), sedangkan suaminya juga jebolan di D3-Teknik Sipil. Juga, Diana Deviantari, sebagai dosen di Geomatika ITS, yang saat ini sedang menempuh S3 di UGM.


*
Keluarga ‘Uda’ salah satu contoh keluarga pehobi bersepeda, mulai dari bapak, ibu, anak hingga cucu-cucunya. Bersepeda adalah aktivitas yang menyenangkan selain menyehatkan. Dengan bersepeda Anda dapat putar-putar atau berkeliling suatu kawasan sambil menikmati panorama sekitarnya. Hobi bersepeda tak hanya sebagai sarana menyehatkan, namun juga sebagai sarana bermain dan rekreasi yakni dapat menyehatkan mental.



Keren. Sangat menginspirasi Bos.😀
Bu Siti Nurhasanah,
Menginspirasi buat mengaduk-aduk kembali kenangan manis semasa kuliah, semasa muda.
Matur nuwun atas apresiasi Panjenengan.
bikin jadi nostalgia jaman kuliah jg.
magical photos as always.
Bu Juli Indawati,
Hahahaha, memancing kenangan lama biar bersemi lagi.
Thanks for your appreciation.
Saya kangen nasi rawon pak di dekat kampus IKIP Negeri Surabaya ( Ketintang )
Bu Kun Mariyati,
Iya, bener. Tongkrongan kita dulu. Waktu itu saya D1 BIN angkatan 1979/1980.
Heheheh, sudah lebih dari 40 tahun lalu.
Matur nuwun atas apresiasi Panjenengan.
ingat kampus Pabelan di UNS Solo,pernah bersama teman2 belajar kilat dan dikirim tersebar di pulau2 Indonesia. Membuat kami berjuang di daerah…
Foto2nya bagus…foto aah kapan2 di taman bambu
Mantap Pak Ali…
Bu Endang Sulistijorini,
Sengaja mengingatkan kenangan lama yang termakan oleh waktu. paling tidak bisa mengenang kembali.
Matur nuwun atas apresiasi Panjenengan.
Membaca liputan ini,teringat fil CINTAKU DI KAMPUS BIRU yg dibintangi Roy Martin.Sukses liputannya
Mas Santoso A.,
Hehehehe, memancing munculnya memorabilia semasa kuliah dulu. Ada kisah kasih.
Matur nuwun atas apresiasi Panjenengan.