Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya

Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Share this :

‘Kampungnesia’, demikian tema yang diangkat Suroboyo Cycling Institute (Subcyclist) dalam even Mancal Nang Suroboyo (MNS). Dengan tema tersebut dimaksudkan Subcyclist mengajak tak kurang dari 60 pesepeda menjelajah sebuah sisi lain Surabaya yang belum banyak diketahui orang. Mencoba menjawab misteri tentang gedung terkesan horror ‘Gedung Setan’, dan ‘Sumur Tua’, Minggu (24/10/2021).

Kegiatan yang dikonsep mengajak bersepeda keliling Kota Surabaya berkunjung untuk menelisik jejak tempat-tempat bernilai historis yang sudah hampir tenggelam oleh waktu. Titik kumpul di Pujasera, depan Bumi Marinir, Jalan Golf I, Gunungsari Surabaya. Start pukul 06.00 dengan rute : Gunungsari – KBS – Jalan Diponegoro – Gedung Setan Banyu Urip – Jalan Arjuno – Kranggan Gang V.

Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Briefing sebelu start dan sesi foto bersama

Indra Pradana, salah satu koordinator acara, menuturkan bahwa target Subcyclist dalam setiap kegiatan, selain berkunjung ke tempat bernilai historis juga ingin mengajak sebanyak-banyaknya warga Surabaya mau bersepeda dalam aktivitas hariannya. Ke sekolah, tempat kerja, tempat dekat tempat tinggal seperti mini market atau sekedar ngopi-ngopi.

“Masak ke tempat dekat tempat tinggal masih kendarai motor, kurangi manjakan dirilah. Mancal sepeda itu menyehatkan sekaligus kegiatan rekreatif,” tuturnya.

Suroboyo Cycling Institute (Subcyclist), yakni komunitas yang terdiri atas sekumpulan orang yang bersepakat mengajak orang lain bersepeda, berbagi bahagia, disiplin dan beretika di jalan raya. Siapa pun dengan sepeda apa pun boleh ikut. Mengingat saat ini masih mas Pandemi Covid-19, Subcyclist juga menerapkan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat kepada peserta.

Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Rombongan mulai start dari tikum dan beberapa sepeda milik peserta

Gedung Setan Banyu Urip Wetan

Meski tampak lusuh layaknya gedung-gedung tua, Gedung Setan masih tampak kokoh di Jalan Banyu Urip Wetan 1A Nomor 107. Gedung tua ini menjadi salah satu saksi sejarah perkembangan Kota Surabaya. Gedung Setan pada awalnya adalah Kantor Gubernur VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) cabang Jawa Timur, dibangun J.A. van Middlekoop pada 1809.

Dilansir dari wikipedia.org, Gedung Setan dibangun di lahan seluas 400 meter persegi, ketebalan tembok hampir 50 cm, dan terdiri atas 40 ruang yang dijadikan sebagai kamar. Setelah VOC meninggalkan Indonesia, Gedung Setan dimiliki oleh Dokter Teng Sioe Hie atau Teng Khoen Gwan. Gedung ini pernah dijadikan tempat pengungsian orang-orang Tionghoa pada tahun 1948.

Julukan ‘Gedung Setan’ berawal dari area di sekitar gedung bekas Kantor Gubernur VOC tersebut dijadikan tempat pemakaman Tionghoa. Di sisi lain, gedung itu dipakai untuk tempat sembahyang bagi keluarga orang yang dimakamkan. Karena area pemakaman Tionghoa cukup luas, dan gedung itu adalah satu-satunya di daerah tersebut, lantas masyarakat menjulukinya dengan ‘Gedung Setan’.

Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Gedung Setan dan pintu utama memasuki ruangan

Pada tahun 1948, Gedung Setan dijadikan tempat pengungsian orang-orang Tionghoa yang berada di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah karena keadaan mereka yang dirasa tidak aman. Setelah kondisi cukup aman, mereka sebagian kembali ke daerah masing-masing, namun sebagian yang lain memilih tetap tinggal menetap di gedung tersebut.

Keturunan Tionghoa yang tinggal di Gedung Setan saat ini adalah generasi keempat dari pengungsi Tionghoa tahun 1948. Jika tidak memiliki jalur keturunan dari pengungsi Tionghoa tersebut, maka tidak diperbolehkan tinggal di Gedung Setan. Karena proses perkawinan, kini yang mendiami gedung ini dari berbagai ras yakni Tionghoa, Jawa, Madura, Bali, NTT sampai Ambon.

Sementara itu, Sulani (80), wanita asal Desa Kedamean, Gresik, Jawa Timur, menuturkan bahwa sejak usia 15 tahun ia sudah tinggal di Gedung Setan ini. Awalnya, Sulani sebagai buruh momong anak. Ia meninggalkan desanya untuk mencari keberuntungan di Surabaya setelah kedua orangtuanya meninggal dunia.

“Saya di sini sejak umur 15 tahun, mencari kerja buruh momong anak,” tutur wanita yang meski sudah tua tetapi tampak masih bugar.

Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Rombongan Subcyclist hanya bisa sampai di depan pintu saja, dan Bu Sulani (80), kanan, salah satu penghuni Gedung Setan

Sumur Tua Kranggan Gang V

Kampung Kranggan, termasuk wilayah Kelurahan Bubutan, Kota Surabaya. Menyebut nama Kranggan selalu identik dengan sederet kuliner “Lontong Balap Garuda”. Mengapa tempat kuliner tersebut diberi nama seperti itu? Bagi generasi 60-80 an tentu ingat bahwa di Kranggan dulu ada Gedung Bioskop Garuda, dan di depannya ada yang jualan lontong balap.

Memasuki Kranggan Gang V, rombongan Subcyclist disambut warga dengan ramah. Suasana kampung meriah pula dengan sejumlah warga berjualan jajanan khas. Tampak dari dekat, kampung ini menjaga eksistensi sebagai kawasan yang merupakan bagian Keraton Surabaya. Berpredikat kampung tua, ada beberapa peninggalan, yakni rumah tua, sumur kuno, dan makam Buyut Kuning.

Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Rombongan disambut dengan bubuhkan ttd, sajian Tari Remo, dan lapak jajanan kearifan lokal

Sutaji Arman (42), salah satu warga yang menemani rombongan, menuturkan bahwa sumur kuno berukuran besar ini ada sejak jaman Belanda. Sebelum jaringan PDAM masuk, warga mengambil air di sumur ini. Di dekat sumur berdiri rumah lawas, dahulu berfungsi sebagai kantor kelurahan. Meski pernah dipugar, aksen kunonya masih tampak. Kampung Kranggan juga berdekatan dengan Penjara Koblen.

“Pesarehan Buyut Kuning ini di Kranggan IV. Menurut cerita tutur, makam berjajar tiga ini adalah pembuka kampung Kranggan. Di samping itu, kampung Kranggan juga melahirkan seniman, Cak Lutfi (alm.), mantan personil grup lawak Galajapo,” tambah pria berprofesi penyiar Radio Mercury.

Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Rumah keluarga Sumo Prawiro, dahulu bekas Kantor Kelurahan

*

Mengunjungi situs bersejarah dapat menggugah memori kolektif masyarakat untuk menghargai dan melestarikan benda cagar budaya. Sebab, peninggalan bersejarah bernilai tinggi bagi perkembangan arkeologi, ilmu pengetahuan, arsitektur, teknologi, dan budaya. Situs-situs semacam tersebut dapat berfungsi sebagai bagian penting dalam industri pariwisata.

Seperti halnya Kampung Kranggan atau Gedung Setan, jika ditata dan dikelola dengan baik, secara professional, tentu akan dapat menjadi jujugan destinasi wisata ‘Kampungnesia’ di Kota Surabaya. Maka, dampak positif yang akan timbul yakni dapat menggerakkan perekonomian warga setempat dengan menjual produk kearifan lokal.

Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Sumur Kuno
Subcyclist Ajak Pesepeda Kunjungi Gedung Setan Banyu Urip Wetan dan Sumur Tua Kranggan Gang V Surabaya
Pesarean Buyut Kuning dan Menara Pengawas Penjara Koblen

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *