Applaus, tepuk tangan menggema di setiap sudut ruangan Auditorium W Petra Christian Univercity Surabaya dari ratusan penonton, mengapresiasi atas kekaguman mereka menikmati pertunjukan yang menggiring susana emosional dan menyentuh hati dari konser musik klasik oleh THEDUTCHBREWHOUSE, musisi dari Belanda, dengan pemain biola Lonneke van Straalen bertajuk “Climate Justice in Seasons”, Minggu (16/3/2025) sore hari.
Karya Antonio Vivaldi, The Four Seasons (1723), mengawali konser, adalah salah satu contoh paling terkenal dari musik program yang menggambarkan perubahan musim secara dramatis. Melalui biola dan orkestra, Antonio Vivaldi menangkap esensi musim semi yang riang, musim panas yang penuh terik matahari, musim gugur yang meriah, dan musim dingin yang menggigil serta hembusan angin yang dahsyat.
The Four Seasons karya komposer Italia Antonio Vivaldi, yang ditulis 300 tahun lalu, telah mendefinisikan pengalaman musiman kita di gedung konser. Namun, karena perubahan iklim mengubah persepsi kita tentang musim, seperti apa musim di abad ke-21? Pada abad ini, perubahan iklim telah mengubah cara kita mengalami musim. Siklus alam yang dulu teratur kini menjadi lebih ekstrem dan tak dapat diprediksi.
Pemain biola Belanda Lonneke van Straalen meminta komposer Trevor Grahl dan Anne-Maartje Lemereis untuk menerjemahkan kondisi iklim saat ini ke dalam musik untuk ansambel yang unik. Musim-musim akan memiliki warna baru, dipadukan dengan komposisi oleh Trevor Grahl dan Anne-Maartje Lemereis.
Lonneke van Straalen (lahir 1985) dikenal lantaran pendekatannya yang berani dan penuh petualangan terhadap musik. Pada tahun 2017, ia mendirikan kolektif Pynarello, yang tampil di Indonesia pada tahun 2019, membuat pengalaman musik klasik lebih menyenangkan dan mudah diakses. Dengan proyek terbarunya THEDUTCHBREWHOUSE, ia berkolaborasi dengan seniman, ilmuwan, penulis, dan individu inspiratif lainnya.
Konser atas kerja sama Erasmus Huis Jakarta, Amadeus Enterprise Surabaya, dan Petra Christian Univercity, THEDUTCHBREWHOUSE menampilkan para musisi, antara lain Lonneke van Straalen (solo violin), Sasha Raikhlina ((violin), Laura Kieboon (violin), Gijs Kramers (viola), Genevieve Verhage (cello), Wimian Hernandez Reyes (double bass), dam Gijs Idema (electric guitar).
Pertunjukan sore itu terasa istimewa, salah satunya lantaran THEDUTCHBREWHOUSE membawakan musik klasik bertema perubahan iklim. Lonneke van Straalen tampil sebagai solois violin dengan kharismanya yang memikat. Di sampingnya, Sasha Raikhlin dan Laura Kieboom memainkan violin dengan penuh penghayatan.
Sementara Gijs Kramers memperindah harmoni dengan permainan viola yang lembut. Alunan cello dari Geneviève Verhage terdengar penuh perasaan, pun disusul permainan double bass oleh Wimian Hernandeze Reyes yang memukau. Tak kalah pula, Gijs Idema yang memainkan electric guitar menambahkan sentuhan modern dalam konser ini.
THEDUTCHBREWHOUSE menampilkan tiga karya besar dari komponis ternama, yang mereka mainkan dengan penuh penghayatan, yakni The Four Seasons karya Antonio Vivaldi (1723), Seize karya Trevor Grahl (2024), dan Lemeres Fata Morgana karya Anna-Maartje (2024). Pertunjukan yang berlangsung ‘no interval’ mampu menyihir penonton sehingga suasana benar-benar senyap, menikmati setiap alunan nada.
Sekilas tentang The Four Seasons Karya Antonio Vivaldi
The Four Seasons, kumpulan empat konser biola karya komposer Italia Antonio Vivaldi, yang masing-masing memberikan ekspresi musikal pada musim tertentu dalam setahun. Konser ini ditulis sekitar tahun 1720 dan diterbitkan pada tahun 1725 (Amsterdam), bersama dengan delapan konser biola tambahan, sebagai “Il cimento dell’armonia e dell’inventione” (“Persaingan antara Harmoni dan Penemuan”), sebagaimana dilansir dari https://www.britannica.com/topic/The-Four-Seasons-by-Vivaldi?utm_source=chatgpt.com.
The Four Seasons (Le Quattro Stagioni) adalah kumpulan empat konserto biola yang menggambarkan keempat musim dalam setahun: Spring (La Primavera), Summer (L’Estate), Autumn (L’Autunno), dan Winter (L’Inverno). Setiap konserto berisi tiga gerakan (cepat-lambat-cepat), dan secara musikal menggambarkan suasana khas dari masing-masing musim. Uniknya, Vivaldi menyertakan soneta (puisi pendek) yang menjelaskan adegan dalam musiknya.
Berikut adalah gambaran The Four Seasons (Le Quattro Stagioni) karya Antonio Vivaldi dari masing-masing musim dalam satu tahun:
Spring (La Primavera) atau Musim Semi
Gerakan 1: Melodi ceria yang menggambarkan kicauan burung, angin semilir, dan aliran air sungai di musim semi.
Gerakan 2: Suasana lebih tenang, menggambarkan seorang penggembala yang tidur dengan anjingnya di samping.
Gerakan 3: Perayaan musim semi dengan tarian rakyat yang penuh kegembiraan.
Summer (L’Estate) atau Musim Panas
Gerakan 1: Menggambarkan hari musim panas yang terik dan berat, dengan suara burung kukuk dan gemuruh badai yang mendekat.
Gerakan 2: Suasana yang lebih gelisah, mencerminkan kepanikan di antara manusia dan hewan akibat panas yang menyiksa.
Gerakan 3: Puncaknya adalah badai petir yang dahsyat dengan permainan biola cepat dan dramatis.
Autumn (L’Autunno) atau Musim Gugur
Gerakan 1: Keceriaan panen anggur dan pesta minum yang meriah.
Gerakan 2: Suasana mabuk setelah perayaan, dengan musik yang lebih lambat dan mengantuk.
Gerakan 3: Perburuan musim gugur, dengan suara anjing, tembakan senapan, dan pelarian hewan buruan.
Winter (L’Inverno) atau Musim Dingin
Gerakan 1: Musim dingin yang dingin menggigil, angin yang menusuk, dan gigi yang gemetar kedinginan.
Gerakan 2: Suasana damai duduk di dalam rumah dekat perapian yang hangat.
Gerakan 3: Berjalan di atas es yang licin, jatuh, lalu bangkit kembali dengan hati-hati.
Patrisna May Widuri, owner Amadeus Enterprise, menuturkan bahwa The Four Seasons adalah salah satu contoh awal musik programatik, yaitu musik yang menceritakan suatu kisah atau menggambarkan suasana tertentu. Keempat konserto karya Antonio Vivaldi ini tak hanya indah secara musikal, tetapi juga berhasil membawa pendengar di Auditorium W Petra Christian Univercity sore ini benar-benar seakan merasakan perubahan musim dalam alunan musiknya.
“Puji Tuhan, dengan persiapan yang tak begitu lama, berkat support Erasmus Huis Jakarta dan Petra Christian Univercity Surabaya, serta semua pihak yang terlibat acara konser ini, dan para penonton setia, kami mengucapkan terima kasih,” pungkas Patrisna May Widuri usai acara konser.
Biarkan Foto Bicara
“Climate Justice in Seasons – Classical Concert by THEDUTCHBREWHOUSE”
