Minggu pagi (2/2/2020) sengaja mengolor-olor waktu, tak seperti hari biasanya. Usai Subuh masih wira-wiri siapkan perlengkapa bersepeda. Hal itu biasanya aku lakukan sebelum tidur.
Ini bukan tanpa alasan. Minggu ini memutuskan untuk gowes sendiri. Tidak terpaku oleh janji tentang waktu.
Bisa dimaklumi, gowes bareng kadang ada salah satu atau beberapa anggota yang terlambat datang di titik kumpul yang disepakati dengan berbagai alasan. Gowes sendirian, kapan pun sempat maka tinggal meluncur tanpa perlu menunggu.
Gowes sendirian bebas memilih rute ke mana hendak lewat. Suka-suka hati. Tidak perlu turut bingung menentukan rute atau tujuan lantaran banyaknya usulan dari anggota gowes yang berbeda keinginan.
Bila ingin beristirahat sejenak untuk sekedar mengusir dahaga sambil menikmati pemandangan menarik, semua itu bisa dilakukan tanpa harus khawatir tertinggal.
Apalagi yang punya hobi demen motret. Jika melihat sesuatu yang memukau mata pasti ingin berhenti dan klik objek. Gowes sendirian dapat melakoni hobi dengan leluasa.
Kebetulan rute pagi tadi memutari area sekitar wilayah Kecamatan Sedati, yakni Bandara Juanda, Desa Pulungan, Buncitan, Cemandi ā TPI, dan Segoro Tambak. Banyak hal yang bisa dijadikan objek mata lensa.
Ada nuansa beda, gowes bareng baru bisa pulang setelah sampai tujuan, plus sesi ngobrol atau sarapan. Nah, gowes sendirian bisa pulang kapan mau, walau mungkin belum sampai di tempat tujuan.
Jika disuruh memilih, dua-duanya pasti aku pilih. Tergantung keperluan, juga mood saja. Gowes bareng juga suka. Suka bareng.
Gowes bareng juga kaya hal positif. Bisa bertukar info, menambah teman atau relasi, sikap toleransi, sabar, saling menolong, saling menghargai, dan terjamin rasa aman.
Yang penting, keduanya selalu berhati-hati, dan fokus. Jalur, juga lajur adalah milik semua pengguna lalu lintas. Maka, sikap berbagi dan toleransi sangat dibutuhkan.