Masihkah api inspirasi itu tetap menyala di tungku semangat,
atau kini hanya tinggal ilusi?
Kali ini Imlek ketiga, kami yang 12 tahun silam tergabung sebagai relawan Kelas Inspirasi Surabaya (KIS), bertemu kembali dalam reunion kecil-kecilan. Reunion ketiga Imlek tersebut adalah atas prakarsa Juli Indawati dan Anton Angka Wijaya, owner IVY School Surabaya, Kompleks Royal Residence Surabaya.
Reunion, ajang kumpul-kumpul, pertama di rumah Annisa Rofika (2023) di Kompleks Perum Delta Surya Sidoarjo; kedua di Resto Warung Dulang (2024) Jalan Ketintang Baru XIV/1 Surabaya Surabaya; dan ketiga di Laoban Kopitiam, Jl. Raya Menganti, Babatan, Kec. Wiyung, Surabaya, Sabtu (1/2/2025) petang.
Hadir pada Imlek Tahun Shio Ular Kayu yakni Juli Indawati & Anton Angka Wijaya, Anne Risalona beserta & Ibunda, Fuji Rahayu, Ecie, Amandasani & Pandu beserta sang bidadari kecilnya – Meme, Mochamad Deddy Karim &Tri Ajeng Retno bserta kedua jagoan kecilnya, Hestya & Deny, Denny Hidayat, dan Ali Muchson.
Perayaan Imlek kental dengan ucapan “Gong Xi Fa Cai”. Mengutip kamus Mandarin-Indonesia, untuk arti kata “Gong Xi” (恭喜) dan “Fa Cai” (发财), yakni Gong Xi Fa Cai (恭喜发财) adalah ucapan dalam bahasa Mandarin yang sering digunakan saat perayaan Tahun Baru Imlek. Gong Xi (恭喜) berarti “selamat” atau “berkah”, dan Fa Cai (发财) berarti “kemakmuran” atau “kekayaan”.
Jadi, secara harfiah, Gong Xi Fa Cai berarti “Selamat mendapatkan kemakmuran, dan keberkahan”. Basanya digunakan untuk mendoakan agar orang lain mendapatkan rezeki, kesejahteraan, dan kesuksesan di tahun yang baru. Ucapan ini sering diikuti dengan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) yang berarti “Selamat Tahun Baru!” agar lebih lengkap.
Imlek bukan sekadar perayaan tahun baru bagi komunitas Tionghoa, tetapi juga menjadi momen refleksi, ajang berkumpul bagi kami, dan kesempatan untuk mengenang perjalanan yang telah dilalui. Tahun ini, Imlek membawa kembali ingatan 12 tahun silam, ketika kami pertama kali dipertemukan dalam Kelas Inspirasi Surabaya (KIS) tahun 2013.
Kelas Inspirasi Surabaya, sebuah gerakan relawan yang berangkat dari kepedulian terhadap pendidikan, mempertemukan kami dengan satu tujuan, yakni menginspirasi anak-anak SD (Sekolah Dasar), Kelas 4 hingga Kelas 6, agar mereka berani bermimpi dan percaya pada masa depan mereka.
Saat itu, kami datang dari berbagai latar belakang profesi yakni ada guru, dokter, jurnalis, pegawai pajak, polisi, pengusaha, pilot, sopir, insinyur, foto-videografer, wirawasta, konsulat negara asing, dan banyak lagi profesi lainnya. Mereka berbagi cerita dan pengalaman di hadapan wajah-wajah yang penuh rasa ingin tahu.
Kepada mereka, kami menunjukkan bahwa dunia ini luas, penuh kemungkinan, dan setiap anak memiliki kesempatan untuk mengukir jalannya sendiri. Kami tidak hanya berbicara tentang profesi kami, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai perjuangan, kerja keras, dan ketekunan yang kami lalui untuk sampai ke titik ini.
Waktu terasa berjalan begitu cepat. Anak-anak yang dulu kami temui di ruang-ruang kelas sederhana tentu kini telah tumbuh dewasa, menapaki jalan yang pernah mereka impi-citakan. Kami pun telah menjalani perjalanan masing-masing, berpindah kota, meniti karier, membangun keluarga, dan bahkan sudah purna tugas atau pensiun.
Namun, setiap kali Imlek tiba, reunion membangunkan ingatan tentang hari-hari penuh semangat kebersamaan dalam aura positif kembali menyeruak. Momen itu bukan sekadar ajang berbagi cerita profesi, namun juga tentang persahabatan yang terjalin dalam satu tujuan mulia, menanamkan mimpi pada anak-anak Indonesia. Kebersamaan dalam kebaikan tinggalkan jejak yang panjang.
Lebih dari sekadar mengenalkan profesi, pengalaman itu menanamkan keyakinan bahwa berbagi ilmu dan pengalaman adalah bagian dari tanggung jawab sosial kita. Kami menyadari bahwa menginspirasi bukan hanya tentang kata-kata yang diucapkan, tetapi juga tentang kehadiran, teladan, dan kepedulian yang nyata.
Kini, setelah lebih dari satu dekade berlalu, menjadi pengingat bahwa di balik setiap cita-cita yang terwujud, ada jejak inspirasi yang pernah ditanamkan. Dan inspirasi itu, mungkin kini telah tumbuh menjadi kenyataan di kehidupan sebagian anak-anak. Atau, masihkah api inspirasi itu tetap menyala di tungku semangat, atau kini hanya tinggal ilusi?
Biarkan Foto Bicara
Imlek dan Kenangan 12 Tahun Silam: Merajut Ingatan di Kelas Inspirasi Surabaya 2013
