Kisah Anas Heri Gunadi Boyong Isterinya yang Berkebangsaan Ukraina keluar dari Negaranya

Kisah Anas Heri Gunadi Boyong Isterinya yang Berkebangsaan Ukraina keluar dari Negaranya
Share this :

“Di antara tanggung jawab mereka yang berperang, di mana pun di dunia, adalah penderitaan yang diderita warga sipil, yang terpaksa meninggalkan rumah mereka,” sebagaimana diungkapkan oleh Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi seperti dilansir laman Anadolu Agency, Senin (21/3/2022).

Jutaan warga sipil Ukraina meninggalkan rumahnya untuk mengungsi ke negara lain yang lebih aman sejak invasi Russia ke Ukrania. Komisioner PBB untuk Pengungsi atau UNHCR mencatat, selama periode 24 Februari – 6 April 2022 total pengungsi Ukrania sudah mencapai 4,3 juta orang. Data ini dihimpun UNHCR dari catatan kedatangan di titik perlintasan perbatasan negara-negara tujuan pengungsi. Salah satunya, Angelina Bodain yang bersuamikan seorang warga negara Indonesia.

Angelina Bodain (33), yang berkebangsaan Ukrania dan Anas Heri Gunadi (32) yang Indonesia, keduanya dipertemukan dalam “cinlok” saat sama-sama bekerja di kapal pesiar Princess Cruises. Dia bekerja di kapal tersebut sejak 2012 hingga dicutikan lantaran pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Keduanya harus berpisah, pulang ke negara masing-masing, padahal cinta mereka sudah membuahkan seorang anak laki-laki, Daniel Bodian. Kini dia berusia empat tahun.

Kisah Anas Heri Gunadi Boyong Isterinya yang Berkebangsaan Ukraina keluar dari Negaranya
Anas Heri Gunadi dan keluarga diterima Kepala KBRI Polandia, Ibu Anita Lidya Luhulima (foto dok. Anas Heri Gunadi)

Perjalanan Empat Hari dengan Penuh Ketegangan

Januari 2022 pada minggu terakhir bulan itu, Anas Heri Gunadi, pergi ke Kyiv Ibu Kota Ukrania, berniat menyusul isteri dan anaknya untuk berkumpul bersama keluarga. Kebetulan dia sudah mempunyai tempat tinggal di sana. Menurutnya, Ukrania tempat yang indah untuk tempat tinggal. Belum genap satu bulan dia di sana, di Kyiv, kemudian tepatnya tanggal 24 Februari 2022 perang terjadi pukul 04.00. Rudal-rudal menghantam beberapa gedung dan permukiman sipil.

“Situasi pagi-pagi buta saat itu sunggguh menegangkan, dan sangat mencekam karena sangat tiba-tiba, dan tidak diduga oleh siapa pun,” tutur pria yang lebih akrab dipanggil Heri, saat mengawali kisahnya memboyong isterinya keluar dari Ukrania, di sela-sela saat saya berkunjung lebaran ke rumah orangtuanya, yang juga kakak kandung saya, Senin siang (2/5/2022).

Heri menambahkan, setelah kejadian itu, kebanyakan warga langsung keluar dari Kyiv untuk mengungsi ke daerah lebih aman. Jam demi jam, waktu demi waktu situasi makin menegangkan, lantaran banyak warga mencari tempat aman, menyebabkan kemacetan yang luar biasa. Sementara itu, Heri dan beberapa penghuni apartemen masih tetap tinggal, meski harus berjubelan di basement sambil mengamati situasi, mencari-cari berita yang terjadi, dan merencanakan apa yang harus dilakukan.

“Saat itu kami hanya mengamati keadaan, dan stay di apartemen, mengamati berita yang terjadi, apa yang harus kami lakukan. Meski berjubel dengan barang penting orang-orang, bahkan anjing piaraan. Alhamdulillah, kedutaan Indonesia sangat berperan maksimal. Kedutaan membantu, dan benar-benar peduli dengan warga Indonesia di Kyiv, juga yang ada di Ukraina. Kedutaan berupaya mencari akomodasi yang terbaik, memastikan kalau warga Indonesia di sini benar-benar aman,” tambah Heri.

Kisah Anas Heri Gunadi Boyong Isterinya yang Berkebangsaan Ukraina keluar dari Negaranya
Anas Heri Gunadi dan keluarga saat akhir musim dingin sebelum perang terjadi (foto dok. Anas Heri Gunadi)

Kebetulan keluarga Heri tinggal di pusat kota, di Kyiv, meski hanya berjarak 11 kilometer dari kedutaan, namun tidak bisa mencapai kedutaan. Pasukan Russia saat itu telah menyebar di seluruh kota, sangat membahayakan, selain tidak ada kendaraan untuk transportasi keluar Kyiv. Untungnya, kebetulan isterinya mempunyai teman tinggal di Germany, temannya itu mempunyai teman di Kyiv, dia sama sekali tidak mempunyai saudara untuk ke desa, untuk berlindung.

Jadi, masih menurut Heri, dirinya beserta keluarga sepakat menumpang di kendaraan temannya yang berasal dari Germany. Kemudian bersama-sama meninggalkan Kyiv untuk tinggal sementara di tempat saudara isteri Heri di daerah Lviv, tepatnya di Ternopyl. Jarak antara Kyiv ke Ternopyl sekitar 600-700 kilometer, biasanya bisa ditempuh dalam rentang waktu 7-8 jam, tetapi karena semua orang ingin pergi ke Lviv, perjalanan membutuhkan waktu 20 jam. Rombongan dua mobil tepat pukul 03.00 pagi baru sampai di tujuan.

“Sebenarnya Lviv tidak lebih aman dari Kyiv, namun lumayan aman daripada Kyiv karena daerah berbatasan dengan Polandia dan Rumania. Ini rute perjalanan yang bikin jantung berdegup keras, lantaran di perjalanan itu sudah tak terhitung berapa kali checkpoint oleh tentara Russia. Hal ini untuk memastikan bahwa di antara kami bukan penyelundup, tidak ada apa, tidak ada senjata. Kami memang betul-betul mau dari keluar Kyiv,” lanjutnya.

Setelah sampai di Lviv, singgah sementara di rumah adik isteri Heri, kemudian mengunjungi Embassy Indonesia. Kebetulan Embassy Indonesia di Ukraina bekerja sama dengan embassy terdekat yakni embassy di Polandia untuk mengevakuasi warga negara Indonesia yang berada di Lviv. Sedangkan jarak dari tempat tinggal di daerah Lviv ke embassy di Ukraina sekitar 2-4 jam perjalanan, sekitar 60-100 kilometer. Jarak ini pun tak gampang dicapai, tambah Heri.

Kisah Anas Heri Gunadi Boyong Isterinya yang Berkebangsaan Ukraina keluar dari Negaranya
Foto saat perjalanan dari Kyiv ke Lviv (foto dok. Anas Heri Gunadi)

Tragisnya, lanjut Heri, jarak sepanjang tersebut tidak bisa dijangkau karena tidak ada transportasi. Mereka masih beruntung, akhirnya petugas embassy di Polandia berkenan menjemput, kami terdiri atas dua keluarga. Embassy di Polandia mengirim pengemudi dan armada mobil untuk menjemput mereka. Orangnya sangat baik, sngat membantu, bertanggung jawab, dan memjemput mereka di kota Ternopyl. Berangkat dari Ternopyl pukul 12.00, dan pukul 19.00 sampai di Polandia.

“Antrean di rute perjalanan sangat panjang. Namun kami beruntung karena memakai mobil kedutaan besar, plat number Indonesia, dan kendaraan kami melawan arah, atau melawan arus. Kalau kami mengikuti arus, kami akan sampai sekitar tiga hari lebih di antrean. Dia sangat professional, Mas Anjar namanya, dari Yogyakarta. Dia pacu mobil melawan arus dalam sekian kilometer hanya ingin cepat keluar dari sana, dari Ukraina. Alhamdulillah, irama jantung kami bisa sedikit mereda,” lanjutnya.

Menurut Heri, orang-orang yang mengantre di rute perjalanan itu bisa tiga hari lebih untuk sampai di Polandia. Mereka membawa bekal yang bisa mereka bawa, namun tak sedikit dari pihak-pihak organisasi kemanusiaan yang membantu dengan mengirimkan beberapa makanan dan bahan pokok lainnya. Tampak banyak anak kecil yang mereka bawa. Lantaran lamanya mengantre perjalanan, bahkan di antara mereka ada yang meninggalkan mobilnya, memilih dengan tempuh berjalan kaki.

Sampai di Polandia rombongan Heri disambut oleh Kepala Kantor Embassy Indonesia untuk Polandia, Ibu Anita Lidya Luhulima, kemudian diinapkan di hotel selama dua hari. Setelah itu diadakan tes untuk persiapan perjalanan berikutnya, yakni tes PCR, dan persiapan administrasi yang dibutuhkan. Baru kedua rombongan dibawa ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Polandia, yakni di Warsawa, untuk diterbangkan ke Rumania.

Kisah Anas Heri Gunadi Boyong Isterinya yang Berkebangsaan Ukraina keluar dari Negaranya
Anas Heri Gunadi, Angelina Bodain, dan Daniel Bodain saat acara Lebaran di rumah orantuanya, di kawasan Bojonegoro (foto dok. alisson.id)

“Ibu Anita sangat baik sekali, menyambut kami, kami inap di hotel dua hari, kemudian diadakan tes untuk persiapan seperti tes PCR, dan setelah dua hari kami dibawa ke Kedutaan Besar di Polandia yang ada di Warsawa,” ungkap Heri.

Selama dua hari, Heri menambahkan, rombongannya diinapkan di kantor kedutaan dan dijamu sangat spesial . Setelah itu, tombongan akan dipindahkan ke Rumania, di Bucharest. Di sana dipertemukan dengan warga negara Indonesia yang lain, dari Kyiv. Penerbangan dari Warsawa ke Bucharest ditempuh sekitar dua jam. Tiba di bandara Bucharest rombongan dijemput oleh petugas KBRI Bucharest. Di sini, rombongan menunggu pesawat carteran dari Indonesia untuk jemput mereka.

Gelombang pertama di Bucharest untuk diterbangkan ke Jakarta sekitar 80 orang. Saat rombongan tiba di Indonesia diterima oleh Menteri Luar Negeri Ibu Retno L.P. Marsudi. Rombongan sempat membalas lambaian tangan Menteri Luar Negeri sebagai tanda hormat dan terima kasih. Setelah itu, rombongan harus melewati prosedur kesehatan, dan tes PCR. Sebelum diizinkan kembali ke daerah asal masing-masing, rombongan harus menjalani karantina di Wisma Atlet selama tiga hari, tambahnya.

“Saya atas nama pribadi dan keluarga, serta atas nama rombongan dari Kyiv – Ukrania barangkali, mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada pemerintah Republik Indonesia, melalui Menteri Luar Negeri, KBRI Ukrania, KBRI Polandia, dan KBRI Rumania, serta semua pihak yang tak bisa saya sebutkan satu per satu, atas semua bantuannya yang tak terhingga sehingga kami bisa kembali di Indonesia dengan aman, pungkas Anas Heri Gunadi.

Kisah Anas Heri Gunadi Boyong Isterinya yang Berkebangsaan Ukraina keluar dari Negaranya
Rombongan gelombang pertama tiba di Bandara Soekarno Hatta dan disambut Menlu Ibu Retno Marsudi (foto dok. Anas Heri Gunadi)

Featured Image : by Anas Heri Gunadi

You may also like

8 thoughts on “Kisah Anas Heri Gunadi Boyong Isterinya yang Berkebangsaan Ukraina keluar dari Negaranya”

    1. Mas Santoso A.
      Inggih, apa pun misinya, perang membuat raknyatnya menderita.
      Itu akibat ambisi beberapa gelintir orang, yang menderita rakyat seluruh negeri.
      Semoga para pemimpin mereka segera menyadari hal itu.
      Matur nuwun.

Leave a Reply to Ali Muchson Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *