Lawang Sewu Semarang sebagai Destinasi Mainstream, Tetap Menarik Digali Kembali Sejarahnya Meski Telah Lama Tertimbun Waktu

Lawang Sewu Semarang
Share this :

Kegiatan dalam Rangka #BlusukanEdan PSL (Pernak Pernik Surabaya Lama) Goes to Semarang

Lawang Sewu merupakan obyek destinasi wisata kedua saya membersamai #blusukanedan PSL dalam acara bertitel ā€œPSL Goes to Semarangā€. Yakni, jalan-jalan sambil mengulik sejarah bangunan kuno peninggalan masa kolonial Belanda dengan narasi ā€œMengulik Jejak Arsitektur Kuno, Menghidupkan Sejarahā€ di kota yang dikenal dengan sebutan Kota Lumpia. Sabtu (24/8/2024).

Lumpia Semarang bukan hanya sekadar jajanan, namun juga menjadi bagian dari identitas kota. Lumpia adalah contoh yang baik bagaimana kuliner bisa menjadi simbol identitas kota, sekaligus menggambarkan pertemuan dan perpaduan budaya. Lumpia pertama kali diperkenalkan oleh imigran Tionghoa yang menetap di Semarang sekitar pada abad ke-19.

Mereka mengadaptasi makanan tradisional Tionghoa menjadi lebih sesuai dengan selera lokal dengan bahan-bahan yang tersedia di Jawa, seperti rebung, dan bahan serta-bumbu-bumbu lain. Lambat laun, lumpia menjadi populer di kalangan masyarakat, tak hanya di Semarang, juga daerah lain. Banyak wisatawan yang datang ke Semarang menjadikan lumpia dengan berbagai variannya sebagai oleh-oleh khas.

Saya tak mau kesasar lebih jauh berbicara tentang lumpia, kini kembali ke topik awal. Lawang Sewu. Obyek ini adalah sebuah bangunan bersejarah terletak di pusat Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Nama “Lawang Sewu” secara harfiah berarti “seribu pintu,”. Hal itu merujuk pada jumlah banyaknya pintu dan jendela dalam bangunan itu, meski sebenarnya jumlah pintu tersebut tak sampai seribu pintu.

Lantaran keunikan arsitektur bangunannya menjadikan bangunan ini seolah-olah memiliki pintu sebanyak itu. Sebagai salah satu ikon kota Semarang, Lawang Sewu memiliki sejarah yang panjang dan penuh dengan peristiwa bersejarah yang menjadikannya lebih dari sekadar destinasi wisata yang sudah dianggap terlalu mainstream di kalangan masyarakat Jawa Tengah, bahkan mungkin Indonesia.

Lawang Sewu adalah bangunan tua yang masih berdiri kokoh hingga kini, keberadaannya adalah simbol ikonik dari masa lalu yang kompleks. Meski destinasi wisata ini sudah sangat populer, sejarah dan keunikan Lawang Sewu tetap layak untuk terus digali dan dipelajari bagi masyarakat, terutama bagi para generasi muda yang ingin memahami perkembangan sejarah.

Dikutip dari https://kemenparekraf.go.id/destinasi-pariwisata-dan-ekonomi-kreatif/siaran-pers-menggali-jejak-sejarah-gedung-lawang-sewu-semarang, Lawang Sewu terdiri atas lima bangunan. Proses perancangan awal Lawang Sewu dimulai oleh seorang arsitek asal Belanda Ir. P. de Rieu. Bangunan pertama dibuat adalah Gedung C pada tahun 1900, difungsikan sebagai kantor percetakan karcis kereta api.

Setelah Ir. P. de Rieu meninggal dunia, kemudian Prof. J. Klinkhamer dan B. J. Oundag ditunjuk untuk melanjutkan pembangunan Lawang Sewu. Pengerjaan gedung A sebagai kantor utama NIS pun dimulai pada Februari 1904 dan selesai Juli 1907. Desain bangunan mencerminkan gaya arsitektur Eropa yang dipadukan dengan elemen-elemen lokal untuk menyesuaikan dengan iklim tropis Indonesia.

Lawang Sewu didirikan sebagai kantor pusat untuk Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), sebuah perusahaan kereta api milik Belanda yang beroperasi di Hindia Belanda. Pembangunan gedung ini dimulai pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Seiring berkembangnya kantor kereta api Belanda, maka dibangun beberapa gedung pendukung, pembangunan pada tahun kisaran tahun 1916 ā€“ 1918.

Pada masa itu, NIS adalah salah satu perusahaan transportasi terbesar di Hindia Belanda, dan Lawang Sewu menjadi pusat operasional mereka. Di gedung ini, para pegawai NIS mengelola rute kereta api yang menghubungkan berbagai daerah di Jawa, termasuk rute Semarang-Yogyakarta yang merupakan jalur kereta api pertama di Indonesia.

Arsitektur Lawang Sewu sangat mencolok dengan jendela-jendela besar dan tinggi, serta ventilasi yang dirancang untuk mengoptimalkan sirkulasi udara. Hal ini bertujuan untuk menjaga suhu di dalam gedung tetap sejuk meski berada di tengah iklim tropis yang panas dan lembab. Selain itu, bangunan ini juga memiliki menara kembar di bagian depan, yang memberikan sentuhan megah dan kokoh.

Ketika Jepang menduduki Indonesia selama Perang Dunia II (1942-1945), Lawang Sewu diambil alih oleh militer Jepang. Gedung ini digunakan sebagai markas besar militer dan juga sebagai penjara. Pada masa inilah Lawang Sewu menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa kelam, termasuk penyiksaan dan eksekusi tahanan, baik dari kalangan pejuang kemerdekaan Indonesia maupun warga sipil.

Salah satu bagian yang paling terkenal dari Lawang Sewu adalah ruang bawah tanahnya. Selama masa pendudukan Jepang, ruang bawah tanah ini digunakan sebagai penjara dan tempat penyiksaan. Kondisi yang gelap, lembap, dan sempit membuat tempat ini menjadi salah satu titik yang paling beraura mistis.

Setelah Indonesia merdeka, Lawang Sewu sempat digunakan oleh berbagai instansi pemerintah, termasuk sebagai kantor untuk PT Kereta Api Indonesia dan beberapa lembaga lain. Namun, seiring berjalannya waktu, bangunan ini mulai ditinggalkan dan mengalami kerusakan karena kurangnya perawatan.

Pada tahun 2000 pemerintah setempat melakukan upaya pemugaran untuk mengembalikan kemegahan Lawang Sewu. Setelah dipugar, bangunan ini dibuka kembali untuk umum pada tahun 2011, dan dialihfungsikan menjadi museum. Kini, Lawang Sewu menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang populer, selain mengetahui sejarah perkeretaapian Indonesia, pengunjung juga menikmati keindahan arsitektur klasik dan megah.

Mengapa Lawang Sewu Masih Relevan?

Meski dikatakan saat ini sudah menjadi destinasi wisata yang tergolong mainstream, kiranya Lawang Sewu tetap relevan untuk digali sebagai salah satu sumber literasi, lantaran keberadaannya sebagai:

Saksi Bisu Sejarah

Lawang Sewu tak hanya menjadi simbol sejarah perkeretaapian di Indonesia, namun juga menyimpan banyak kisah kelam selama masa penjajahan. Sebagai saksi bisu dari berbagai peristiwa, bangunan ini memiliki nilai historis. Meski masa lalu Lawang Sewu penuh dengan tragedi, kini menjadi tempat untuk mengenang dan memahami bagian penting dari sejarah bangsa.

Ikon Arsitektur dan Kebudayaan

Lawang Sewu adalah contoh yang sempurna dari bagaimana arsitektur Eropa diadaptasi untuk iklim tropis Indonesia. Desain bangunan ini tak hanya memukau dari segi estetika, namun juga sangat fungsional. Keunikan arsitektur ini membuat Lawang Sewu menjadi salah satu bangunan bersejarah paling ikonik di Indonesia.

Destinasi Wisata Edukasi

Sebagai museum, Lawang Sewu menawarkan pengalaman edukatif bagi pengunjung. Selain menyuguhkan pameran tentang sejarah perkeretaapian, Lawang Sewu juga sering menjadi tempat berlangsungnya acara-acara budaya dan pameran seni. Ini menjadikan Lawang Sewu bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga pusat pembelajaran dan pelestarian budaya.

Tumbuhkan Ekonomi Kreatif Masyarakat Setempat

Lawang Sewu dikenal sebagai ikon sejarah dan budaya Kota Semarang, ada peluang permintaan dari wisatawan domestik maupun internasional akan produk-produk suvenir yang khas dan unik. Masyarakat setempat dapat mengembangkan berbagai produk kreatif seperti miniatur bangunan, kaos, tas, dan barang kerajinan lainnya yang terinspirasi oleh desain arsitektur atau sejarah Lawang Sewu.

*

Lawang Sewu adalah lebih dari sekadar bangunan tua yang masih tetap kokoh, keberadaannya sebagai simbol dari masa lalu yang kompleks dan sarat sejarah. Dari awalnya sebagai pusat administrasi kereta api, hingga menjadi saksi dari berbagai peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia, dan akhirnya bertransformasi menjadi museum yang edukatif.

Lawang Sewu terus mempertahankan relevansinya sebagai salah satu warisan budaya yang memiliki peran penting di Indonesia. Meski sudah dianggap mainstream, sejarah dan keunikan Lawang Sewu tetap layak untuk terus digali dan dipelajari, terutama oleh generasi muda yang ingin memahami sejarah dan identitas bangsa mereka.

Tangkapan Mata Lensa
Lawang Sewu sebagai Destinasi Mainstream, Tetap Menarik Digali Kembali Sejarahnya

Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang
Lawang Sewu Kota Semarang

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *