Roode Brug Soerabaia Tampil Living History
Bersama Kepala Museum Pusat TNI AL Jalesveva Jayamahe
SURABAYA – Petang yang hangat, menjadi saksi perpaduan unik antara irama musik jazz dan semangat kepahlawanan. Selain penampilan para musisi jazz, penonton disuguhi sebuah sajian istimewa, yakni Living History tentang sejarah perjuangan bangsa, termasuk sekilas peristiwa dahsyat Pertempuran Surabaya 1945, dalam rangkaian “Tanjung Perak Jazz 2025” di halaman Museum Pusat TNI AL Jalesveva Jayamahe, Jalan Raya Hang Tuah 1 Surabaya, Sabtu (21/6/2025).
Penampilan ini merupakan kolaborasi antara Museum Pusat AL (Muspusal) Surabaya dengan komunitas kesejarahan Roode Brug Soerabaia. Tak sekadar mengenakan kostum, namun para pemeran living history menghidupkan kembali momen-momen penting dalam sejarah perjuangan, mulai dari barisan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Laut, laskar rakyat, hingga muasal berbagai perlengkapan pertempuran yang diperoleh saat itu.
Kepala Museum Pusat TNI AL Jalasveva Jayamahe, Letkol Laut (P) Yudo Ponco Ari, MTr.Hanla, menuturkan bahwa tujuan dari living history ini tak semata menghadirkan tontonan musik, namun juga memperkuat kesadaran sejarah di tengah masyarakat, terutama generasi muda dapat memahami sejarah dengan cara yang lebih visual, interaktif, dan membangun emosional. Cara ini terbukti efektif menyampaikan nilai-nilai sejarah secara menyentuh dan membekas.
“Sejarah menjadi lebih menarik jika disampaikan dengan cara bertutur diiringi peragaan menggunakan benda aslinya. Living History adalah sebuah pertunjukan edukasi, menghidupkan kembali peristiwa masa lalu melalui peragaan langsung dengan membawa sebagian kecil koleksi museum untuk ditampilkan, diceritakan dan diperagakan kisahnya sehingga orang menjadi lebih tertarik untuk mengunjungi museum,” pungkas pehobi motor klasik.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Roode Brug Soerabaia, Satrio Sudarso, menyampaikan bahwa peristiwa heroik “Pertempuran Surabaya 1945” menjadi tonggak penting sejarah kemerdekaan Indonesia. Pertempuran ini dipicu oleh tewasnya Brigadier Jenderal A.W. Mallaby, komandan Sekutu di Surabaya, di tengah memanasnya situasi pasca-proklamasi akibat kedatangan tentara Sekutu yang membonceng tentara Belanda.
Serangan besar-besaran pasukan Inggris, lanjutnya, dijawab dengan perlawanan gigih. Meski bertempur dengan perlengkapan terbatas, semangat juang Arek-Arek Suroboyo, termasuk TKR Laut dan laskar-laskar rakyat lainnya, membuktikan tekad bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan. Ribuan pejuang gugur, namun keberanian itu abadi dalam sejarah. Karena itulah, 10 November ditetapkan dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.
“Dalam suasana Tanjung Perak Jazz 2025, penampilan living history bukan sekadar hiburan, tetapi menjadi pengingat bahwa kemerdekaan diraih dengan pengorbanan, dan harus terus dijaga oleh generasi penerus,” pungkas Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Sekilas tentang Tanjung Perak Jazz
Tanjung Perak Jazz terbentuk oleh Surabaya Pahlawan Jazz pada saat situasi krisis, yakni pandemi COVID-19. Saat semua event musik mati suri, komunitas itu justru tumbuh dan menyemai harapan. Dari even kecil bernama ThursJamm di Omah Sae, hingga membuat caravan jazz yang berkeliling ke berbagai tempat di Surabaya pada 2020. Tentu dengan mematuhi protokol kesehatan yang ketat.
Kini, komunitas itu terus berkembang. Dengan dukungan dari berbagai komunitas seperti Korek Jazz, Fusion Jazz Community, Surabaya All Star, Ctwosix, dan Jazz Centrum, Tanjung Perak Jazz Festival tetap konsisten hadir setiap tahun. menyebarkan semangat jazz ke berbagai penjuru Jawa Timur hingga luar pulau.
Tanjung Perak Jazz 2025 berlangsung pada 14–21 Juni 2025. Berbagai pertunjukan digelar di sejumlah titik di Surabaya. Seperti Kota Lama, Kya-Kya Embong Jepun, dan Omahkurasi. Puncaknya, pada 21 Juni 2025, malam penutupan digelar di Museum Pusat TNI AL Jalesveva Jayamahe. Sejumlah musisi ternama turut memeriahkan panggung utama. Seperti Barry Likumahuwa & The Rythm Service, Dudy Oris, The Skuy, Celia Noreen, dan lain-lain.
Indah Kurnia, founder Surabaya Pahlawan Jazz, mengatakan bahwa jika sebelumnya acara itu digelar di Surabaya North Quay (SNQ), perubahan lokasi bertujuan untuk mengakomodasi penonton lebih banyak, serta menggabungkan pengalaman musikal dan edukatif dalam satu ruang. Tanjung Perak Jazz tetap digelar di kawasan Tanjung Perak. Namun kali ini bernuansa lebih ikonik, lantaran diadakan di Museum Pusat TNI AL.
“Harapannya, mahasiswa, pelajar, hingga warga Surabaya dan sekitarnya bisa menyaksikan pertunjukan musik jazz sambil belajar sejarah. Pun terkait perjuangan bangsa dan peran TNI AL dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” pungkas anggota Komisi XI DPR RI.
Dengan kombinasi sejarah dan musik, Tanjung Perak Jazz 2025 menjadi momentum kebangkitan, semangat kolaborasi, kebudayaan, dan nasionalisme melalui nada-nada jazz yang menggugah. Festival ini menjadi ruang temu antara para musisi jazz dari segala usia, juga masyarakat Surabaya. Pun, tetap mengusung semangat “Jazz’no Suroboyo”. Jargon yang digaungkan oleh Indah Kurnia.
Biarkan Foto Bicara
Tanjung Perak Jazz 2025: Jazz, Sejarah, dan Semangat Kepahlawanan









































