Teriakan-teriakan sekelompok pemuda Kedung Klinter kepada warga ketika mereka melihat tentara Inggris melakukan penyusuran di tengah Kota Surabaya, khususnya di daerah Kedung Klinter. Peristiwa itu memicu warga di sekitar kampung tersebut merasa geram lantaran sekelompok tentara Inggris tampak sombong dengan gaya mereka menggunakan kendaraan jip sambil siap menembakkan senapannya.
Rupanya tentara Inggris tidak menyangka bahwa Arek-Arek Kedung Klinter dan kampung sekitarnya telah memiliki senjata hasil rampasan dari markas tentara Jepang di Don Bosco sebelumnya. Akhirnya pertempuran sengit pun terjadi. Lantaran jumlah tentara Inggris yang waktu itu berpatroli tidak sebanding, maka tentara Inggris tersebut kalah telak hingga kendaraan jip yang mereka tumpangi juga dihancurkan oleh Arek-Arek Kedung Klinter.
Demikian gambaran cuplikan adegan teatrikal “Tragedi Membara di Kedung Klinter” yang disuguhkan Roodebrug Soerabaia dalam rangka turut meramaikan Pameran Cross Musea yang mengusung tema “Keberagaman Nusantara”, di area Lapangan Monumen Tugu Pahlawan Surabaya Jawa Timur. Pameran Cross Musea diselenggarakan pada tanggal 16 – 19 November, masih dalam suasana dan semangat memperingati Hari Pahlawan Nasional pada tahun 2023
Satrio Sudarso, Ketua Roodebrug Sorabaia, menuturkan bahwa gelaran teatrikal Tragedi Membara Kedung Klinter Surabaya pada 1945 dapat memberikan pengetahuan sejarah kepada masyarakat, khususnya para generasi muda. Pertunjukan ini menggambarkan peristiwa sejarah yang terjadi pada masa itu dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh para pahlawan.
“Pertunjukan teatrikal ini juga dapat memperkuat identitas kearifan lokal masyarakat Surabaya. Dengan mengangkat kisah pertempuran yang terjadi di kota mereka, masyarakat Surabaya dapat merasa lebih terhubung dengan sejarah perjuangan dan budaya mereka sendiri,” tutur Satrio Sudarso.
Di samping itu, lanjutnya, dengan menyaksikan teatrikal Tragedi Membara Kedung Klinter Surabaya, masyarakat dan generasi muda diharapkan dapat menghargai perjuangan dan pengorbanan para pahlawan yang terlibat dalam pertempuran tersebut. Pertunjukan ini dapat menjadi pengingat akan pentingnya mempertahankan kemerdekaan dan nilai-nilai nasionalisme.
“Nonton teatrikal Tragedi Membara Kedung Klinter Surabaya dapat mengajarkan nilai-nilai keberanian dan kepahlawanan kepada generasi muda, khususnya. Pertunjukan ini dapat menginspirasi mereka untuk memiliki semangat juang yang tinggi dalam menghadapi tantangan bagi masa depan mereka dengan keberanian yang positif,” pungkasnya.
Sementara itu, pameran Cross Musea diselenggarakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, diikuti oleh 12 museum, yakni Museum Manusia Purba Sangiran, Museum Geologi Bandung, Museum Airlangga Kota Kediri, Museum Daerah Tulungagung, Museum Angkut Kota Batu, Museum Brawijaya Malang, Museum TNI AL Loka Jala Crana AAL, Museum Sonobudoyo Jogjakarta, Museum Perkebunan Indonesia Medan, Museum Jawa Tengah Ranggawarsita, Museum Lambung Mangkurat Provinsi Kalimantan Selatan, dan UPTD Museum Bali.
Dengan pameran Cross Musea tersebut, Pemkot Surabaya bertujuan menggalakkan kembali minat generasi muda berkunjung ke museum. Sebab, museum berperan penting dalam memberikan edukasi sejarah guna memperkuat identitas bangsa, dan pengembangan potensi budaya di Indonesia. Juga, untuk mengenalkan keberadaan dan koleksi museum yang ada di Indonesia, sehingga menumbuhkan kecintaan mereka agar lebih mengetahui identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Biarkan Foto Bercerita
Teatrikal Tragedi Membara di Kedung Klinter 1945
Briefing oleh Satrio Sudarso sebelum teatrkal dimulai
“Tragedi Membara di Kedung Klinter Surabaya 1945”
Serba-Serbi
