Surabaya – Komunitas kesejarahan Roodebrug Soerabaia kembali menghidupkan momen-momen bersejarah lewat pertunjukan teatrikal yang memukau. Kali ini, mereka melakonkan teatrikal bertema ‘Perebutan Markas Kempeitai’ di Lapangan Monumen Tugu Pahlawan. Pertunjukan ini menggambarkan perjuangan heroik warga Surabaya melawan tentara Jepang demi mempertahankan kemerdekaan, Minggu (22/12/2024) pagi.
Langit Surabaya kala itu terasa gelap, seolah mencerminkan bayang-bayang penjajahan yang dimulai sejak Jepang menduduki Indonesia pada 1942, menggantikan kolonialisme Belanda. Alih-alih membawa perubahan, pendudukan Jepang justru memperparah penderitaan rakyat dengan kerja paksa ala romusha yang tidak manusiawi.
Di Surabaya, Jepang mendirikan Markas Kempeitai, yang menjadi pusat Polisi Militer Darat Kekaisaran Jepang. Markas ini bukan hanya pusat kendali militer, tetapi juga tempat rakyat yang dianggap mencurigakan ditahan, disiksa, bahkan dihilangkan. Kehadiran markas ini menjadi simbol penindasan yang semakin memicu kemarahan rakyat.
Ketika Jepang menyerah kepada Sekutu pada akhir Perang Dunia II, situasi di Indonesia berubah drastis. Rakyat, khususnya di Surabaya, mulai bangkit melawan sisa-sisa tentara Jepang. Mereka melucuti senjata, menurunkan bendera Jepang yang berlogo ālingkaran matahariā, dan menegaskan semangat kemerdekaan yang baru diraih.
Namun, konflik belum berakhir. Pasca-kekalahan Jepang, Sekutu kembali ke Indonesia dengan dalih membebaskan tawanan perang, tetapi secara terselubung membawa pasukan Netherlands Indies Civil Administration (NICA) untuk merebut kendali atas Indonesia. Situasi memanas ketika insiden pengibaran bendera Belanda di Hotel Yamato memicu perlawanan sengit rakyat Surabaya yang dikenal sebagai āHet Vlagincidentā.
Salah satu peristiwa penting lainnya adalah perebutan Markas Kempeitai. Setelah perjuangan gigih, tentara Jepang akhirnya menyerah dan sepakat menyerahkan gedung tersebut kepada Residen Sudirman, pejabat resmi Surabaya. Gedung itu kemudian menjadi saksi bisu perjuangan pejuang Surabaya dan lambang kemenangan atas penjajah saat itu.
Ketua Roodebrug Soerabaia, Satrio Sudarso, yang juga bertindak sebagai sutradara teatrikal, menegaskan pentingnya mengenalkan sejarah ini kepada generasi muda. Menurutnya, peristiwa ini adalah bagian dari sejarah yang harus kita jaga. Monumen Tugu Pahlawan yang berdiri di bekas lokasi Markas Kempeitai adalah pengingat perjuangan rakyat Surabaya yang luar biasa.
Dibangun pada 1951, lanjutnya, Monumen Tugu Pahlawan kini menjadi ikon peringatan Pertempuran Surabaya 10 November 1945. Tak jauh dari monumen tersebut, Museum 10 Nopember 1945 berdiri sebagai pusat edukasi dan refleksi sejarah, mengabadikan kisah-kisah heroik para pejuang yang mempertaruhkan segalanya demi kemerdekaan.
āPertunjukan teatrikal ini diharapkan memggugah memori kolektif masyarakat, dan membawa penonton menyelami perjuangan para pahlawan Surabaya. Dengan adegan-adegan dramatis dan penggambaran yang kuat, ‘Perebutan Markas Kempeitai’ menjadi pengingat bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari pengorbanan besar para pendahulu kita,ā pungkas pria berprofesi dosen di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Pertunjukan teratrikal ‘Perebutan Markas Kempeitai’ atas kerja sama Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Surabaya, didukung pula oleh komunitas CAK Kedungklinter, Karang Taruna Mulyorejo, dan komunitas Musik Nyelentang dari Kota Malang (Uki Hariyanto dan Maghfirotul Laily, sang bapak dan anak).
Biarkan Foto Bicara
Roodebrug Soerabaia Hidupkan Sejarah
dengan Teaterikal āPerebutan Markas Kempeitaiā
