Sejak Dini Anak-Anak Perlu Dikenalkan Sejarah Kotanya,
agar Mereka Mencintai Negerinya
Kabut pagi itu menyelimuti bumi Surabaya belahan timur. Tanah basah oleh embun dan derap langkah para pejuang menggetarkan jalanan kampung. Di kejauhan, dentuman senapan dan gelegar mortir menggema, menandai datangnya pasukan Gurkha, serdadu asing di bawah pasukan Inggris. Namun dua pemuda, Mulyono dan Sarirejo, tak gentar.
Mereka bukan tentara terlatih. Mereka rakyat biasa, dengan tekad luar biasa. Dalam semak belukar, di balik reruntuhan rumah dan parit-parit darurat, mereka bertempur dengan semangat membara, mempertahankan tanah kelahiran mereka hingga nafas terakhir. Keduanya gugur.
Kisah itu kini dihidupkan kembali dalam sebuah pertunjukan teatrikal kolosal bertajuk “Pertempuran Mulyorejo”. Dipentaskan oleh komunitas sejarah Roodebrug Soerabaia atas kerja sama dengan UPTD Tugu Pahlawan, Museum, Balai Pemuda, dan Taman Hiburan Rakyat – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, di pelataran Monumen Tugu Pahlawan Surabaya, Minggu (18/5/2025) pagi.
Dalam pementasan tersebut, penonton diajak menyelami kembali peristiwa nyata yang terjadi pada masa-masa awal kemerdekaan Indonesia, tepatnya tahun 1945. Kala itu, dua tokoh muda dari kampung pinggiran timur Surabaya, Mulyono dan Sarirejo, bangkit turut berjuang dalam perlawanan terhadap pasukan asing Inggris, terutama legiun Gurkha, yang dikenal ganas dan terlatih.
Mulyono dan Sarirejo menjadi simbol perlawanan rakyat jelata. Dengan senjata seadanya dan semangat yang membara, mereka menghadang serangan musuh demi mempertahankan tanah air. Perjuangan keduanya berakhir dengan gugurnya mereka di medan laga, namun tidak sia-sia, semangat mereka hidup dan abadi dalam ingatan dan catatan sejarah Surabaya.
Kini, nama Mulyono dan Sarirejo, menurut penuturan beberapa sumber, ditengarai menjadi cikal bakal sebagai nama desa di wilayah timur Surabaya, Desa Mulyorejo. Kini, menjadi Kelurahan Mulyorejo. Sebagai penghargaan atas jasa dan pengorbanan mereka, jenazah kedua pahlawan tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Ngagel Surabaya, tempat peristirahatan mereka terakhir sebagai pejuang negeri ini.
…………………………………………..
Dua pemuda gagah berani
Menjunjung bambu runcingnya tinggi, tinggi
Terbunuh di tanah kelahirannya sendiri.
Karena engkau memaksa, bertahan atau MATI
Menghalangi koloni yg tak tahu diri.
Merebut kekuasaan dan harga diri.
…………………………………………….
Demikian cuplikan sebagian puisi berjudul “Mulyorejo Membara Jilid I” yang dibacakan oleh Garti Hani mengakhiri teatrikal bertajuk “Pertempuran Mulyorejo”. Yang sebelumnya, membuka acara teatrikal diawali dengan pembacaan puisi “Kepahlawanan” yang dibacakan oleh Tio, dengan diiringi alunan gesekan biola oleh Arul Lamandau.
Pementasan ini diperankan selain oleh anggota Roodebrug Soerabaia secara umum, juga didukung oleh anggota Karang Taruna (Kartar) Kelurahan Mulyorejo, dan “Amuba” (Arek Mulyorejo Barat). Selain menjadi hiburan yang sarat makna, pertunjukan ini juga menjadi sarana edukasi sejarah yang menggugah kesadaran generasi muda tentang arti perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan.
Andik Sutarto, salah satu tokoh muda warga Kelurahan Mulyorejo, mengatakan bahwa menurut yang ia telisik bersama teman-teman Karang Taruna, beberapa narasumber dari kaum tua warga setempat menuturkan bahwa saat itu belum ada nama desa tersebut, Desa Mulyorejo, hanya menyebut Tempuran, yang sekarang menjadi Kampung Tempurejo. Justru, yang sering beliau sebut ada empat pedukuhan
Empat pedukuhan itu, lanjutnya, yakni: Kaliwaron, Kalialoh, Piting Lor dan Piting Kidul. Kemudian keempatnya dijadikan satu desa, Desa Mulyorejo. Hal itu, untuk mengenang jasa dua pemuda yang berani menghadang tentara Inggris, namun gugur. Dan saat itu jasad Mulyono dan Sarirejo dimakamkan di Makam Pedukuhan Kaliwaron, lalu sekian lama baru diangkat untuk dimakamkan di Makam Pahlawan.
“Terima kasih banyak kepada Pak Ady Setiawan, Founder Roode Brug Soerabaia, yang telah sudi membantu mencarikan tempat dan letak makam kedua pejuang tersebut di Makam Pahlawan Ngagel. Padahal sebelumnya, warga bahkan pemerintah setempat, tidak mengetahui di mana posisi atau letak makam kedua pejuang tersebut dimakamkan,” tambahnya.
Terima kasih juga, imbuhnya, kepada teman-teman anggota Roode Brug Soerabaia yang sudi mengangkat cerita Desa Mulyorejo, atau sekarang Kelurahan Mulyorejo, dengan menampilkan salah satu lakon drama teatrikal pada momen-momen tertentu. “Mewakili segenap warga Kelurahan Mulyorejo, saya menyampaikan salam hormat kepada seluruh jajaran Roode Brug Soerabaia”, pungkas Andik Sutarto, yang kerab dipanggil Cak Bogel.
Satrio Sudarso, Ketua Roodebrug Soerabaia yang juga dosen di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Jawa Timur, menegaskan betapa pentingnya membangkitkan kembali semangat kepahlawanan masa lalu untuk menggugah memori kolektif masyarakat dalam rangka membentuk karakter bangsa ke depan, khususnya bagi kaum muda.
Sudah saatnya kita belajar dari para pejuang bangsa, lanjutnya, Mulyono dan Sarirejo adalah contoh nyata bahwa keberanian tidak selalu datang dari mereka yang bersenjata lengkap, tetapi dari mereka yang mencintai tanah airnya sepenuh jiwa. Imbaunya, melalui keteladanan semangat para pejuang, ia mengajak menjaga semangat itu agar generasi muda kita mampu berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
“Atas nama Roodebrug Soerabaia , saya sangat mengapresiasi semangat anggota Karang Taruna (Kartar) Kelurahan Mulyorejo, dan kawan-kawan “Amuba” – Arek Mulyorejo Barat, yang masih terus dapat melestarikan sejarah perjuangan asal kampungnya, mengenang perjuangan Mulyono dan Sarirejo, yang diimplementasikan dalam bentuk antusiame dalam mendukung aksi teatrikal Roodebrug Soerabaia,” pungkasnya.
*
Melalui “Kisah Heroik Mulyono dan Sarirejo dalam Pertempuran Mulyorejo” ini, Surabaya tak hanya mengenang, namun juga menghidupkan kembali nilai-nilai semangat perjuangan yang tak ternilai. Semoga kisah Mulyono dan Sarirejo terus mengalir dalam darah para pemuda, khususnya para anggota Karang Taruna (Kartar) Kelurahan Mulyorejo, sebagai nyala semangat untuk meneruskan menjaga negeri ini. (Ali Muchson)
Biarkan Foto Bicara
Roodebrug Soerabaia: Kisah Heroik Mulyono dan Sarirejo dalam Pertempuran Mulyorejo
Foto oleh: Mager Cinematic (Wildan & Jibril)
