Tsunami Covid-19 India : Ambil Pembelajaran Hindari Euforia Meski Telah Divaksin

Tsunami Covid-19 India : Ambil Pembelajaran untuk Hindari Euforia Meski Telah Divaksin
Share this :

Menyimak pemberitaan media massa beberapa hari belakangan ini tentang tsunami Covid-19 di India kebayang betapa panik dan perasaan horror bagi masyarakat, khususnya para tenaga kesehatan, untuk menangani gelombang pasien yang datang di rumah sakit. Sementara kapasitas sarana di rumah sakit sudah sangat minim, dan bahkan kekurangan, seperti ruang tempat tidur dan oksigen.

Tsunami Covid-19 di India dipicu oleh adanya festival Maha Kumbh Mela, yakni salah satu pertemuan keagamaan terbesar di dunia dengan ribuan orang berkumpul di tepi Sungai Gangga, di kota Haridwar. Meski situasi semakin memburuk dari hari ke hari sejak bulan Maret, namun festival tersebut tetap dilaksanakan sehingga mengakibatkan gelombang tsunami Covid-19 di India.

Dikutip dari Kompas.com, India dihantam kengerian dengan lonjakan kasus Covid-19. Peningkatan kasus corona di India, lima hari hingga Senin (26/4/2021), mencetak rekor tertinggi dunia. Terdapat 352.991 kasus baru dalam satu hari terakhir, sehingga kasus total di India telah melampaui 17 juta. Angka kematian akibat Covid-19 juga melonjak 2.812 kasus menjadi total 195.123 kasus.

Kondisi demikian mengakibatkan rumah sakit dan para tenaga kesehatan kewalahan menerima dan merawat pasien. Persediaan oksigen dan kamar pun habis. Rumah sakit kesulitan menangani pasien, khususnya untuk menangani pasien yang darurat. Di luar rumah sakit, banyak orang mendirikan tandu dan tabung oksigen, mereka minta perawatan kepada tenaga kesehatan.

Dilansir dari BBC, (26/4/2021), selain rumah sakit di Delhi, di kota lain seperti Noida, Lucknow, Allahabad, dan Indore tidak ada tempat tidur pasien yang tersisa. Banyak pasien yang harus berbagi kasur dengan pasien yang lain. Ada yang tidur dengan kepala bersebelahan. Ada yang tidur saling berbalik, dengan posisi kepala di atas, satu lagi di posisi bawah.

Lantaran gelombang pasien berdatangan sehingga banyak penderita Covid-19 tidak mendapatkan ruangan dan penanganan maksimal di rumah sakit. Hal ini, mengakibatkan banyak dari mereka meninggal di area parkir, di lorong-lorong rumah sakit. Mereka meninggal dunia di saat menunggu kamar kosong dan perawatan yang mereka harapkan ketika datang..

Tsunami Covid-19 India : Ambil Pembelajaran untuk Hindari Euforia Meski Telah Divaksin
Kremasi massal di tanah lapang (source : kompas.com/AP)

Kengerian itu pun diperparah dengan urusan kremasi. Pembakaran mayat terpaksa dilakukan di fasilitas darurat. Terjadi antrean panjang di tempat-tempat kremasi. Peralatan kremasi pun meleleh karena terus digunakan untuk membakar jasad yang terus berdatangan. Akhirnya, pemerintah setempat memutuskan kremasi massal di tempat-tempat lapang menggunakan kayu bakar.

Ambillah Pembelajaran dari Tsunami Covid-19 India agar Tak Terjadi di Indonesia

Berkiblat dari perkembangan pandemi Covid-19 di beberapa negara, khususnya di India, kiranya tepat jika persyaratan pelaku perjalanan dalam negeri diperketat dengan ketentuan yang tertuang dalam Addendum Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 Tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1441 H. dan Upaya Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Selama Bulan Suci Ramadan 1442 H.

Pengetatan mobilitas perjalanan dalam negeri pada periode mulai 22 April 2021 hingga 5 Mei 2021, dan 18 Mei hingga 24 Mei 2021 untuk semua moda transportasi, udara, laut dan darat diatur dalam ketentuan khusus Addendum tersebut. Kebijakan ini diputuskan karena sejumlah alasan, termasuk masih banyaknya masyarakat yang hendak melakukan mudik dalam rangka merayakan Idul Fitri 1442 H di kampung halaman.

*

Keluarnya Addendun tersebut kalau kita sikapi dengan sikap positif sebenarnya lebih ke ‘ngeman’ kepada masyarakat. Jika mengaca kasus tsunami Covid-19 di India, adanya kegiatan keagamaan secara massal atau juga kegiatan tradisi secara massal, seperti kebiasaan mudik di Indonesia, dan pertemuan keluarga besar, dimungkinkan akan dapat meningkatkan risiko laju penularan Covid-19.

Hindari euforia meski Anda telah divaksin, karena jika Anda teledor bisa juga tertular. Tetap tinggal di rumah, menghindari bepergian, dan tidak mudik sebagai cara mencegah diri tertular atau menularkan virus COVID-19. Lantaran ketidakmampuan diri dalam mengenali orang-orang tanpa gejala secara kasat mata, maka lebih baik tetap tinggal di rumah dan menghindari kontak atau bertemu langsung dengan orang lain.

Memutuskan tidak mudik adalah sikap yang bijak. Jika mudik, ketika sampai di rumah atau kampung halaman setelah melakukan perjalanan dikhawatirkan membawa virus Covid-19. Virus Covid-19 yang dibawa dari perjalanan akan menyebar dan menular kepada sejumlah anggota keluarga di rumah atau di kampung halaman. Niatnya ingin berjumpa dan bahagia bersama, tetapi justru jadi petaka.

You may also like

4 thoughts on “Tsunami Covid-19 India : Ambil Pembelajaran Hindari Euforia Meski Telah Divaksin”

  1. Prihatin dengan kejadian di india, sunami covid 19,
    Pelajaran berharga sekali bagi kita untuk melangkah, maka tetap imuti protokol kesehatan, niar terhindar dr, musibah aamiin YRA

Leave a Reply to Ali Muchson Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *