Epictetus, seorang filsuf Yunani yang hidup pada abad pertama berkata, “Hanya ada satu cara menuju kebahagiaan, dan itu adalah berhenti mencemaskan hal-hal yang berada di luar kekuatan kita,”
Walau telah berabad-abad lalu Epictetus menyampaikan, pemikiran itu masih relevan untuk direnungkan saat kita memperingati Hari Lansia Internasional setiap tanggal 1 Oktober. Ia adalah salah satu filsuf penerus filsafat Stoic, yakni aliran filsafat ini mengedepankan pandangan hidup yang berfokus pada pengendalian diri, dan hidup sesuai alam atau fitrah kita.
Peringatan Hari Lansia Internasional dicetuskan pertama kali dalam pertemuan Rencana Aksi Internasional Vienna terhadap Penuaan (Vienna International Plan of Action on Ageing). Penetapan 1 Oktober kemudian disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 14 Desember 1990 melalui resolusi 46/106.
Tujuan perayaan Hari Lansia Internasional memupuk harapan terhadap meningkatnya layanan kesehatan, produktivitas, dan kesejahteraan di kalangan lansia secara global. PBB juga memprediksikan jumlah lansia akan meningkat lebih dari dua kali lipat selama 30 tahun ke depan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, lanjut usia (lansia) adalah warga yang telah berusia 60 tahun ke atas.
Menyoal usia, tentu semua orang wajib maklum bahwa hal itu di luar kemampuan dan nalar kita, maka jangan dicemaskan. Perlu sikapi dengan santai saja, lantaran menjadi tua itu memang suatu keniscayaan. Pernyataan yang mudah diucapkan ini ternyata sulit dihayati maupun dijalani dalam kehidupan senyatanya. Kenyataannya, masih banyak lansia yang cemas menjalani kehidupan mereka.
Dilansir dari lifestyle.kompas.com, dalam Journal of American Geriatrics Society dinyatakan bahwa 3-14 dari setiap 100 orang lansia memiliki gangguan kecemasan. Hal-hal yang menimbulkan kecemasan itu antara lain keterasingan sosial dan kesepian. Mereka merasa kesepian ketika anak-anak pindah ke tempat lain, ditinggal pasangan hidup meninggal, pensiun dari pekerjaan, dan tak mempunyai sahabat.
Sedangkan pemicu kecemasan yang lain yakni apa yang disebut kerawanan finansial. Ketika memasuki gerbang pensiun maka penghasilan berkurang dan itu wajar, sementara biaya hidup yang menyangkut biaya medis pasti meningkat. Semakin usia merangkak tua tentu tak bisa lari menghindar dari apa yang disebut menderita penyakit kronis.
Menurut National Council on Aging (NCOA) yang didirikan pada tahun 1950, di Amerika Serikat sekitar 92 persen lansia menderita setidaknya satu penyakit kronis, dan 77 persen menderita dua penyakit kronis. Penyakit kronis ini termasuk penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus, kanker, maupun penyakit bawaan lainnya.
Selain itu, masalah kesehatan mental juga memengaruhi sejumlah besar lansia, seperti penyakit alzheimer, demensia, dan depresi. WHO mengungkapkan saat ini sekitar 47,5 juta orang di seluruh dunia menderita demensia (pikun), yang diperkirakan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050. Lebih dari 15 persen orang dewasa di atas usia 60 menderita gangguan mental.
Menurut pandangan Epictetus, ternyata ada yang salah atas beragam kecemasan itu. “Bukan peristiwa tertentu yang mecemaskan kita, tetapi persepsi kita akan peristiwa tersebut,” kata filsuf Yunani itu. Epictetus mau meyakinkan setiap rasa cemas yang kita alami sesungguhnya terbentuk dari cara pandang kita sendiri.
Sebaiknya, mulai saat ini kita mesti mampu mengubah cara pandang kita terhadap risiko-risiko hari tua. Risiko itu di luar kekuatan atau kemampuan kita. Yang ada, selama ini kita hanya bisa memperlambat risiko, bukan menghindari sama sekali. Apa mau dikata, mari ikuti saja, kalau kita ingin bahagia di masa lansia.
Macam apa sih bahagia itu?
Merujuk buku babon etika, Nicomachean Ethics, Aristoteles menyatakan bahwa acapkali orang yang sama mengidentifikasi kebahagiaan dengan hal berbeda, dalam waktu yang berbeda. Kenyataannya, memang bukan soal mudah untuk menjawab pertanyaan sederhana, macam apa sih bahagia itu?
Sebuah pengandaian, ketika si A sedang menderita sakit, maka ia mengira kebahagiaan itu adalah kesehatan. Ketika ia miskin, ia mengira akan berbahagia jika dirinya kaya. Dalam hal ini, sejatinya si A tersebut sedang berimajinasi tentang kebahagiaan. Tampaknya yang bisa digunakan untuk identifikasi kebahagiaan adalah hidup kita bernilai itu jika berangkat dari sudut pandang kita sendiri.
Maksudnya, kita sendiri yang menganggap cara hidup kita itu penting dan menarik untuk diri sendiri. Suatu saat terkadang merasakan bahwa hidup kita tak menarik, inilah gejala ketidakbahagiaan. Menarik di sini, seharusnya selain menarik bagi diri sendiri, tetapi juga bermakna untuk orang lain. Seyogyanya orang lain itu terbantu dengan cara hidup yang kita pilih.
Saat ini saya pun sudah tergolong usia lansia, saya telah memilih cara hidup, dan pilihan itu membuat saya bahagia. Hari-hari saya nikmati dengan aktivitas sesuai passion saya, yakni memotret dan menulis artikel. Meski sudah pensiun dan tergolong lansia, saya pun masih bisa berkarya, masih berbuat sesuatu untuk orang lain. Hidup jangan jadi beban, jalani saja seraya tak lupa selalu bersyukur.
Kebahagiaan didapat dengan cara tak sendirian, ia lahir ketika kita mampu membangun relasi dengan orang lain. Selayaknya, kebahagiaan itu mesti dibagi bersama orang-orang terkasih, maupun kepada siapa saja tanpa memandang status dan asal. Itu namanya kita bisa mewujudkan bahagia, dan merasakan bahwa lansia itu bukan masa kesepian, masa kelam, namun masa masih penuh warna-warna.
“Hanya ada satu cara menuju kebahagiaan, dan itu adalah berhenti mencemaskan hal-hal yang berada di luar kekuatan kita,” kiranya kalimat Epictetus perlu dicermati kembali. Maka, mari kita nikmati masa lansia yang bebas dari kecemasan atau beban, apalagi membebani pihak lain. Satu kalimat penting, “Yuukk, mulai kita dijalani!”
Mantap pak,
Saya juga sedang membangun ralasi di Bank Sampah Bunakem, juga di KWT Guyub Rukun hehehe, cukup di RW 05 Kedung Baruk Kec Rungkut Surabaya
Selamat hari Lansia , semoga kita tetap bahagia…Aamiiin
Alhamdulillah saya lagi membangun relasi di Posyandu Lansia, sebulan sekali ada penyuluhan dari Puskesmas, setiap hari minggu pagi ada senam bersama para Lansia se RW ditemani teman2 pra Lansia…jadi asik pokoknya
Makasih Pak Ali, jadi tahu hari Lansia