Surabaya Walking Tour (SWT) Bergiat Mendampinginya
Nona (@nonapowna) dan Arne adalah traveller dari Belgia. Nona dengan darah Indonesia, dalam kunjungannya di Surabaya ia beserta Arne menyempatkan untuk mengunjungi Kota Lama Surabaya zona Eropa. Kawasan yang memiliki bangunan-bangunan tua yang masih mempertahankan arsitektur kolonial Belanda, Rabu (23/7/2024).
Nona juga memiliki latar belakang yang menarik, yakni nenek dari Nona adalah asli dari Kota Kupang, sebuah kota yang terletak di pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang merupakan kota yang kaya akan budaya dan kearifan lokal di Indonesia belahan Timur.
Nona beserta Arne sangat antusias mengunjungi Kota Lama Surabaya pada hari yang spesial ini, yakni Hari Kebaya Nasional 24 Juli. Mereka didampingi oleh Ady Setyawan dan Sylvi Mutiara, dari Surabaya Walking Tour, yang juga bagian dari kegiatan Roode Brug Soerabaia.
“Saya sengaja mendampingi Anda dengan mengenakan kain kebaya, kebetulan hari ini, hari bersejarah bagi kaum wanita Indonesia, terkait busana nasional,” tutur Sylvi Mutiara kepada Nona, yang kebetulan Nona sedikit bisa berbahasa Indonesia.
Sementara Ady Setyawan memandu dengan bercerita tentang mengapa ada Monumen Mobil Brigadier A.W.S. Mallaby. Juga berkeliling di bangunan tertentu sambil menerangkan sejarah keberadaannya. Seperti Gedung Internatio, Museum Bank Indonesia, Rambu-Rambu Trem di Jalan Rajawali, Bunker di Gedung Veteran di Jalan rajawali, dan melintas Jalan Glatik ke Pabrik Sirup Siropen di Jalan Mliwis.
Saat jalan-jalan, Ady Setyawan mengajak mampir dan mentraktir di Kopi Sigan di Jalan Cendrawasih dengan tujuan mengenalkan keberadaan UMKM. Toko ini mulanya bernama Toko Kopi Swiekhay dan diperkirakan berdiri sejak sekitar 1950-an. Di samping itu, kedua traveller juga mendapatkan cerita tentang sejarah terkait dengan prasasti ROODE BRUG SOERABAIA.
Sekilas tentang Hari Kebaya Nasional
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2023 ditetapkan bahwa tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional. Keputusan tersebut, yakni atas pertimbangan berikut ini:
Pertama, kebaya merupakan identitas nasional perekat bangsa yang bersifat lintas etnis dan telah berkembang menjadi aset budaya yang sangat berharga sehingga perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
Kedua, kebaya berkembang menjadi busana yang digunakan secara nasional dalam berbagai kegiatan, baik yang berskala nasional maupun internasional.
Ketiga, pada Kongres Wanita Indonesia X yang dihadiri oleh Presiden Soekarno dinyatakan bahwa Revolusi Indonesia tidak dapat berjalan tanpa keterlibatan perempuan, di mana seluruh perempuan yang hadir pada Kongres tersebut memakai kain kebaya.
“Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebaya, maka pemerintah menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional,” bunyi pertimbangan berikutnya yang tercantum dalam Keppres 19/2023.
Tangkapan Mata Lensa
Nona, Traveller dari Belgia Berdarah Kupang, Kunjungi Kota Lama Surabaya