Revolusi industri secara langsung juga sangat berpengaruh terhadap adanya Revolusi transportasi. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan untuk pengiriman bahan mentah menuju ke tempat pengolahan atau pabrik dan pengiriman bahan jadi keluar. Hal ini memberikan dampak signifikan terhadap pola perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
Sebagaimana diketahui bahwa Inggris merupakan sebuah Negara yang mengalami kemajuan yang cukup pesat setelah beralih dari sebuah Negara Agraris menjadi Negara Industri. Revolusi Insdustri memberikan efek yang sangat signifikan terhadap berkembangnya teknologi transportasi.
Sedangkan penggunaan kereta kuda dianggap tidak efisien, sehingga banyak insinyur dan tenaga ahli di kala itu berlomba-lomba untuk membuat sebuah kereta penarik bertenaga uap yang efisien dan bisa diandalkan, tambahnya.
George Stephenson, seorang Insinyur yang lahir di tepi Sungai Tyne daerah timur laut Inggris, tepatnya di sebuah kota kecil bernama Wylam. Pada tahun 1829 dia bersama anaknya, Robert Stephenson, mengembangkan mesin uap hasil penemuan dari James Watt untuk diterapkan di sebuah lokmotif
Pengembangan mesin uap tersebut sangat terkenal reputasinya karena mampu menembus kecepatan 48 km/jam, yang kala itu merupakan sebuah capaian yang sangat spektakuler. Meski kereta uap pertama sudah di kembangkan oleh Richard Trevithick pada tahun 1804.
Perkembangan jaringan rel kereta api di wilayah Britania Raya, terutama di daerah timur laut, sudah ada jauh sebelum perkembangan mesin uap itu sendiri. Hal ini disebabkan wilayah timur laut Inggris merupakan suatu kawasan pertambangan batu bara yang luas.
Kawasan pertambangan batu bara tersebut menjadi salah satu penyuplai terbesar untuk bergeraknya mesin-mesin produksi dan bahan bakar dari kapal-kapal yang dipergunakan untuk menguasai lautan pada kala itu.
Salah satu bukti terdapatnya jaringan transportasi rel adalah adanya “Tanfield Railway” yang terletak di sebuah daerah bernama Gateshead. Rel tersebut dibangun pada tahun 1725 dan mempunyai lebar 1435 mm.
Pada saat itu gerbong-gerbong pengangkut batu bara ditarik menggunakan kuda dari East tanfield menuju Sungai Tyne. Batu bara kemudian di angkut menggunakan kapal keluar wilayah. Saat ini jalur rel kereta api dan stasiun di Tanfield di lestarikan dan dijadikan kawasan wisata.
Perkembangan Kereta Api di Indonesia
Bermula dari Semarang
Seiring berkembangnya revolusi industri yang merambah wilayah Hindia Belanda pada abad 18. Pulau Jawa kala itu, terutama di daerah Jawa Tengah terdapat sejumlah pabrik gula yang mempunyai kapasitas produksi besar. Untuk itu, diperlukan sistem transportasi yang massive dan efisien untuk mengangkut komoditi gula tersebut menuju ke pelabuhan.
Mengingat kala itu pelabuhan Semarang merupakan salah satu pelabuhan utama di daerah Jawa Tengah, maka pemerintah Hindia Belanda berinisiatif untuk melakukan studi mengenai perlunya dibangun suatu sistem transportasi darat berbasis rel.
Pada tanggal 17 Juni 1864 Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Ludolph Anne Jan Wilt Baron Sloet van de Beele, yang berkuasa antara tahun 1861-1866 melakukan seremonial pembangunan rel kereta api pertama di Pulau Jawa dengan rute Semarang-Tanggung.
Pembangunan rel kereta api tersebut di prakarsai oleh sebuah perusahaan bernama Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) di sebuah daerah yaitu Desa Kemijen. Dari sinilah di kemudian hari menjadi jalur utama Semarang – Solo. Pembangunan tersebut selesai empat tahun, yaitu pada tanggal 17 Juni 1868.
Lebar “spoor” di Indonesia adalah 1067 mm atau biasa disebut “Narrow Gauge” yang cocok digunakan di daerah yang mempunyai kontur berbukit-bukit dan tidak rata. Lebar trek ini tidak memerlukan biaya yang besar dan lebih mudah pengerjaannya.
Ada kesamaan, lebar trek serupa juga digunakan di beberapa Negara di dunia, seperti di sebagian Africa Selatan dan Afrika Tengah, Jepang, Taiwan, Filipina, Selandia Baru dan sebagian Australia.
Merambah ke Surabaya
Dengan berkembangnya industri perkebunan dan industri berat di Jawa Timur, maka kota Surabaya sebagai pintu masuk dan keluar komoditas pada abad ke-18 turut menjadi bagian dari perkembangan jaringan kereta api.
Kormoditas ekspor yang paling mendominasi kala itu adalah produk gula yang menjadi penyumbang terbesar ekspor keluar wilayah. Jalur pertama yang dibangun adalah rute Surabaya – Bangil oleh sebuah perusahaan bernama Staatssporwegen (SS) pada tahun 1878. Dari sini, jaringan transportasi rel ini akan tersambung sampai dengan Buitenzorg (Bogor).
Stasiun pertama di Surabaya yaitu Stasiun Surabaya Kota, yang lebih dikenal dengan nama Stasiun Semut. Stasiun ini beroperasi pertama kali pada tahun 1870 bertepatan dengan dibukanya trayek Surabaya-Pasuruan.
Seiring dengan perkembangan perekonomian di Pulau Jawa, dibuka pula jalur-jalur lain yang menghubungkan kota utama. Dibangun juga angkutan penumpang di dalam kota, atau yang lebih dikenal dengan nama Trem.
Di Surabaya rute trem dikelola oleh perusahaan bernama Oost-Java Stoomtram Maatschappij (OJS). Jalur trem surabaya mulai dibuka pada tahun 1889, saat itu melayani rute Ujung (Perak) – Wonokromo hingga Krian. Trem Surabaya beroperasi hingga tahun 1970.
Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922). Sementara itu di Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan.
Sampai akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km
Dari Rikuyu Sokyuku Hingga Menjadi KAI
Mengutip laman https://heritage.kai.id, pada tahun 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Semenjak itu, perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api hanya diutamakan untuk kepentingan perang.
Salah satu pembangunan di era Jepang adalah lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang batu bara guna menjalankan mesin-mesin perang mereka. Namun, Jepang juga melakukan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta api disana.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang. Puncaknya adalah pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September 1945 (kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia).
Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI). Ketika Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM).
Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda. Pengalihan dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950.
Pada tanggal 25 Mei DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun tersebut mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa tanah air.
Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1971. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991.
Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api (Persero) tahun 1998. Pada tahun 2011 nama perusahaan PT. Kereta Api (Persero) berubah menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan meluncurkan logo baru.
*
Peran kereta api tidak hanya khusus sebagai angkutan massal saja, namun banyak peran pendukung yang tak kalah pentingnya bagi kemajuan bangsa Indonesia. Kereta api berpotensi untuk berperan dalam mensejahterakan masyarakat di luar karyawan PT KAI, yang menjalin kerja sama dengan PT KAI.
Di samping itu, layanan kereta api dapat berperan dalam mendidik masyarakat melalui komitmen kedisiplinan, ketepatan waktu keberangkatan, ketertiban, dan kebersihan. Lebih-lebih pada masa pandemi Covid-19 yang belum ada tanda-tanda mereda, dengan penerapan protokol kesehatan PT KAI turut membantu memutus penularan coronavirus.
Ke depannya, syukur lagi bilamana PT KAI sejak dini mengenalkan tentang perkeretaapian kepada siswa melalui kerja sama dengan instansi terkait. Hal ini akan berdampak positif, karena sebagian dari mereka kelak yang akan menjadi pengguna jasa layanan kereta api
Selamat Ulang Tahun Ke-75. Sukses selalu untuk PT KAI dengan berbagai inovasi dan kerja sama dengan masyarakat. Semoga keberadaan PT KAI semakin bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat.
Sumber :
- Serpihan Catatan Wahyu Dewantoro, Pemerhati Otomotif dan Alat Transportasi
- https://heritage.kai.id/page/sejarah-perkeretapian