Pagi-pagi tadi dikirimi video banjir bandang yang menerjang wilayah pegunungan Ijen Bondowoso kemarin (29/1/2020) via WhatsApp oleh Arsyanti Tuladani, salah satu rombongan saat muncak di Kawah Ijen (7/1/2020).
Dari video itu, terlintas dalam benak ketika perjalanan pulang dari Kawah Ijen menuju Paltuding. Sepanjang perjalan turun yang sudah melelahkan akibat perjuangan menaklukkan diri untuk bisa mencapai di pinggir kawah.
Walau dalam kondisi lelah, saya masih menyempatkan untuk memotret objek-objek landscape indah seputar pegunungan Ijen, di samping objek sisa-sisa kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Objek karhutla sempat membuat pikiran melayang. Apa akibatnya kelak?
Hujan dengan intensitas tinggi terjadi di wilayah pegunungan Ijen hingga memicu banjir bandang yang melanda Desa Sempol, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso, kiranya siapapun bisa memaklumi jika tahu kondisi di puncak Ijen itu bagaimana. Gundul.
Tak salah jika Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut bahwa akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2019 di wilayah hulu pegunungan Ijen sebagai penyebab terjadinya banjir.
Puncak hingga lereng-lereng pegunungan Ijen gundul akibat karhutla tersebut tidak bisa menahan atau menampung limpahan air hujan deras itu yang menjadi faktor terjadinya banjir bandang.
Turut prihatin, untung tidak ada korban jiwa di Desa Sempol, Kecamatam Ijen ini. Dua orang luka ringan, satu orang lansia dirawat di Puskesmas setempat. Kondisi Membaik. Sedangkan kerugian materil dalam pendataan.
Banjir bandang di Desa Sempol mengakibatkan setidaknya 200 kepala keluarga terdampak. Para korban mengungsi di rumah tetangga atau kerabat-kerabatnya yang lokasinya aman dari bencana.
Mengambil hikmah pembelajaran tentang banjir, peran hutan sangat penting sebagai sumber kehidupan. Selain merupakan paru-paru dunia, tempat tinggal satwa fauna, sumber bahan pangan, dan penghasil oksigen (O2).
Tak kalah penting, hutan sebagai penahan erosi, pencegah terjadinya longsor dan banjir. Hutan harus dilestarikan. Jika hutan dibakar dan atau terbakar, serta ditebang, maka air tidak dapat terserap oleh tanaman. Akibatnya, apalagi kalau tidak banjir!
