Belajar dari Elemen Alam: Memetik Hikmah Pesan Paus Fransiskus

  • EDUKASI
Belajar dari Elemen Alam: Memetik Hikmah Pesan Paus Fransiskus
Share this :

Terkait selama kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia, berbagai kutipan pesannya diunggah oleh berbagai orang di media sosial masing-masing. Salah satu yang saya coba rangkum dari berbagai unggahan tersebut adalah tentang toleransi antarsesama yang dianalogikan dengan elemen alam yang sifatnya universal, tak pandang dari mana asal mereka, seperti sungai, pohon, matahari, dan bunga.

Unggahan pesan tersebut, terutama terkait toleransi, memang sangat relevan dengan konteks keberagaman di Indonesia. Kita adalah satu keluarga besar manusia. Hal ini mendorong untuk memiliki empati dan solidaritas terhadap sesama. Toleransi, dalam hal ini, bukan hanya sebatas menghindari konflik, tapi aktif membantu dan merangkul mereka yang membutuhkan.

Alam adalah cerminan atau potret sempurna tentang bagaimana kehidupan seharusnya dijalani setiap individu yang berlabel manusia. Paus Fransiskus dengan bijaksana, mengingatkan kita melalui pesan-pesan dengan analogi elemen alam, yang simpel dan sederhana namun sarat dengan filosofi di dalamnya.

Hidup ini bukan hanya tentang untuk diri sendiri, pun juga tentang memberi dan berkontribusi kepada sesama. Seperti sungai, pohon, matahari, dan bunga, yang hidup bukan untuk dirinya sendiri, namun untuk mendukung keberlangsungan kehidupan makhluk di sekitarnya.

Meski berangkat dengan keterbatasan pengetahuan, wawasan dan cara pandang, berikut ini saya mencoba menjabarkan pesan-pesan Paus Fransiskus yang dianalogikan lewat alam seperti sungai, pohon, matahari, dan bunga:

Sungai: Mengalir Tanpa Lelah untuk Kehidupan Sekitarnya

Sungai memberikan kehidupannya untuk semua makhluk di sekitarnya, tumbuhan yang bergantung pada airnya, ikan yang berenang bebas di dalamnya, dan manusia yang bergantung padanya untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, ia tidak pernah meminta balasan atas apa yang telah ia berikan. Sungai yang mengalir dengan tenang tidak pernah meminum airnya sendiri.

Sungai mengedukasi kita tentang pentingnya memberikan dengan tulus. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada pilihan untuk membantu orang lain atau menyimpan semua untuk diri sendiri. Seperti sungai, hidup akan lebih bermakna ketika kita memilih untuk mengalirkan kebaikan kepada mereka yang butuh, tanpa mengharapkan apapun sebagai imbalan.

Pun sungai melambangkan kelancaran komunikasi dan pemahaman antarindividu. Air sungai yang terus mengalir menunjukkan bagaimana toleransi harus dinamis, tidak terhenti, dan terus bergerak untuk menyatukan berbagai perbedaan. Sama seperti air yang mengalir melalui berbagai tanah dan wilayah tanpa membeda-bedakan jenisnya.

Pohon: Tumbuh dan Berbuah untuk Makhluk Lain

Cermati pohon yang berdiri kokoh di halaman, pinggir jalan atau di hutan, daunnya rimbun, dan buahnya lebat. Namun, pohon itu tidak pernah mencicipi buahnya sendiri. Setiap buah yang matang diberikan kepada berbagai satwa dan manusia. Pohon tidak memerlukan pujian atas pemberiannya, ia hanya tahu satu hal yakni terus tumbuh dan menghasilkan bagi makhluk lain.

Kita bisa belajar dari pohon bahwa kebesaran hati terletak pada kemampuan untuk memberi tanpa berharap mendapat sesuatu kembali. Dalam pekerjaan kita, dalam hubungan kita, atau bahkan dalam hal-hal kecil sehari-hari, kita diajak untuk memberi kontribusi dengan ikhlas. Ketika kita keras bekerja, hasilnya bukan untuk dinikmati sendiri, namun untuk kebermanfaatan orang lain.

Pohon melambangkan ketangguhan dan kekuatan dalam kebersamaan. Akarnya yang kuat menembus bumi, meski setiap cabang berbeda arah, semuanya tumbuh dari akar dan batang yang sama. Ini mengingatkan bahwa manusia berasal dari akar yang sama, yakni kemanusiaan, meski memiliki keyakinan dan latar belakang yang berbeda.

Matahari: Sumber Kehidupan untuk Semua

Matahari, setiap hari terbit dari timur, cahayanya adalah sumber kehidupan bagi setiap makhluk bumi. Tanpa matahari, tidak ada tanaman yang tumbuh, tidak ada makhluk yang bisa bertahan hidup. Namun, matahari tidak pernah membutuhkan cahayanya sendiri. Ia bersinar untuk memberikan kehidupan pada setiap makhluk yang ada, tanpa pilih kasih.

Dalam kehidupan, matahari mengajarkan tentang pentingnya memberi energi positif kepada orang tanpa memandang latar belakangnya. Sekadar tersenyum kepada orang lain, memberikan semangat, atau mendengarkan ketika seseorang sedang membutuhkan teman, semua ini adalah bentuk ‘cahaya’ yang bisa kita diberikan.

Matahari adalah simbol kehangatan tanpa mengenal diskriminasi. Matahari menyinari semua makhluk hidup tanpa membeda-bedakan. Toleransi yang ideal juga selayaknya seperti matahari, menyebarkan cahaya cinta, kebaikan, dan rasa hormat kepada semua orang, tanpa memandang dari mana asal muasal datangnya.

Bunga: Mekar dan Sebar Keharuman bagi Siapapun

Bunga mekar tidak menyimpan keharumannya hanya untuk dirinya sendiri. Ia menyebarkan aroma harumnya kepada setiap orang yang melintas di dekatnya. Setiap orang dapat merasakan keindahan dan keharumannya, tanpa memandang siapa mereka. Bunga tidak memilih siapa yang akan ia beri wangi, yang ia hanya tahu bahwa tugasnya adalah tumbuh, mekar, dan memberi keharuman.

Bunga mengajarkan kita tentang pentingnya menyebarkan kebaikan kepada siapa saja, tanpa membedakan. Ketika kita berbuat baik sekecil apa pun bisa memberikan dampak yang besar bagi kehidupan orang lain. Tidak ada tindakan kebaikan yang terlalu kecil atau tidak berarti, setiap kebaikan yang dilakukan, sekecil apa pun, memiliki dampak yang jauh lebih besar dari yang kita bayangkan.

Bunga melambangkan keindahan dalam keberagaman. Setiap bunga memiliki warna, bentuk, dan aroma yang unik, semua menciptakan taman yang indah. Pun pula, dalam hidup yang penuh dengan perbedaan dan keberagaman ini harus dilihat sebagai kekayaan dan keindahan, bukan ancaman. Toleransi menjadikan manusia menikmati keindahan dunia yang beragam dan memelihara kehidupan damai bersama.

*

Berangkat dari empat analogi tersebut, saya mencoba menarik sebuah simpulan pesan Paus Fransiskus bahwa dunia adalah hamparan taman luas, di mana setiap jiwa adalah bunga yang tumbuh mekar tak peduli dari mana akar tumbuh, semua layak mendapatkan sinar yang sama. Dari alam, kita belajar bahwa memberi tanpa pamrih adalah cara hidup yang mulia.

Kita hidup di dunia dengan beragam warna, penuh dengan perbedaan, namun inilah yang membuat taman kehidupan ini indah. Kita adalah bunga-bunga yang tumbuh dengan keunikannya masing-masing. Dalam kodrat kita, bagai matahari kehidupan, ia harus menyinari semuanya tanpa pilih kasih. Pun pula dengan kebaikan kita.

Melalui analogi tersebut bahwa toleransi yang dianalogikan melalui elemen-elemen alam adalah sesuatu yang alami, sederhana, yang perlu untuk menciptakan harmoni dalam kehidupan. Semua elemen bekerja sama untuk keseimbangan alam, dan begitu pula manusia selayaknya hidup dalam harmoni tanpa menghilangkan perbedaan. Indahnya pelangi tercipta justru dari warna-warna yang berbeda pula.

You may also like

1 thought on “Belajar dari Elemen Alam: Memetik Hikmah Pesan Paus Fransiskus”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *