Beri Ruang Anak untuk ‘Wani Dolanan’ atau Berani Bermain

Beri Ruang Anak untuk ‘Wani Dolanan’ atau Berani Bermain
Share this :

Masih sering kita dengar kata ‘tidak boleh’ dan kata ‘jangan’ sebagai kata yang familier dari sebagian orangtua, entah bapak atau ibu, untuk melarang sang buah hati. Hal itu akibat kekhawatiran ketika si upik mulai mencoba bermain untuk memperoleh pengalaman baru misalnya bermain tanah, hujan-hujanan, memanjat pagar, naik tangga lantai dua, memegang tanaman, dan lain-lain. Lantas keluarlah dua kosa kata tersebut untuk menepis kekhawatiran mereka.

Anak-anak dan aktivitas bermain ibaratnya dua sisi dari keping mata uang, masing-masing sisi tak dapat terpisahkan. Namanya anak-anak, mereka tak akan lepas dengan aktivitas bermain, dan bermain tidak akan terjadi ketika tidak ada anak-anak yang ingin bercanda dengan tawa riang. Aktivitas bermain selalu ada, entah itu bermain di dalam rumah, sekitar lingkungan tetangga, sekolah, maupun di tempat fasilitas umum.

Bagi sebagian orangtua beranggapan, bermain yang dilakukan anak-anak adalah hal yang dianggap sepele dan membuang-buang waktu, namun tidak bagi mereka. Dengan aktivitas bermain mereka dapat olah fisik, membangun kreativitas, mengasah kemampuan berpikir dan kebahasaan dalam berkomunikasi, serta mengembangkan aspek sosial. Melalui bermain pula anak-anak akan belajar memahami keterkaitan antara dirinya dengan lingkungan.

Beri Ruang Anak untuk ‘Wani Dolanan’ atau Berani Bermain

Lia Alwi, owner ‘Wani Dolanan”, menuturkan bahwa bermain bagi usia anak-anak sebenarnya dapat digunakan untuk belajar banyak hal. Bermain sebagai sarana dapat mengenal aturan, menata emosi, menempatkan diri, toleransi, kerja sama, menjunjung sportivitas, dan bersosialisasi. Bermain adalah aktivitas mendasar bagi anak yang dapat dilakukan sendiri, bersama keluarga, teman sebaya, atau bersama guru jika di sekolah.

Wani dolanan, atau berani bermain, mestinya dilakukan oleh anak dengan senang hati, suka-suka karena tanpa paksaan. Dengan bermain, anak-anak akan mampu memahami aturan-aturan, berlatih bekerja sama, dan bersosialisasi denga lingkungan. Peran orangtua yakni memberikan fasilitas dan mendampingi mereka,” tutur Lia Alwi.

Lia Alwi menambahkan, sebenarnya aktivitas bermain itu memiliki beberapa esensi penting, di antaranya menumbuhkan motivasi internal, anak-anak melakukan kegiatan bermain atas kemauan diri sendiri, tanpa paksaan. Anak menjadi aktif, yakni melakukan berbagai kegiatan melibatkan fungsi fisik dan mental. Bersifat nonliteral, anak melakukan apa saja sesuai keinginan. Kemudian jauh dari tujuan eksternal, ketika bermain dilakukan atas dasar partisipasi semata.

Demi tumbuh kembang sang buah hati yang sedang bereksplorasi, para orangtua tak perlu terlalu merisaukan atau khawatir. Jika ia dilarang secara terus-menerus dengan kata ‘jangan’ atau ‘tidak boleh’, maka nyali anak tidak akan teruji, nyalinya jadi ciut. Sebaiknya para ayah atau para ibu memberikan rambu-rambu saat anak hendak mencoba pengalaman baru dengan bermain daripada melarang-larang, imbau Lia.

Beri Ruang Anak untuk ‘Wani Dolanan’ atau Berani Bermain

Satu misal, tambahnya, saat mengetahui anak bermain-main dengan pasir, orangtua cukup mengingatkan agar pasir tidak mengenai mata atau masuk ke mulut, dan memintanya segera mencuci tangan setelah bermain. Ada dua dampak negatif jika anak selalu dilarang oleh orangtua. Pertama, lantaran ketakutan orangtua yang cenderung berlebihan, maka anak akan ikut-ikutan menjadi penakut sehingga mengganggu aspek perkembang anak.

Sedangkan kedua, jika anak selalu dilarang, sedikit-sedikit tidak boleh, maka anak akan semakin penasaran. Lantaran tingkat penasarannya sudah memuncak, ia akan tetap mencari-cari kesempatan untuk bermain saat diluar pengawasan orangtua, atau ketika orangtua sedang tidak di rumah. Satu contoh, anak ingin naik tangga karena penasaran ingin tahu di lantai dua ada apa, tetapi selalu dilarang. Ketika orangtua tak ada, ia coba naik diam-diam, dan ini membahayakan, pungkasnya.

Terkait dengan sarana bermain, ‘Wani Dolanan’ menyediakan berbagai jenis mainan bagi anak-anak. Tidak hanya sebagai sarana bermain saja, namun berbagai jenis mainan tersebut memiliki nilai edukasi bagi anak-anak. Misalnya, mewarnai tas kain, mencetak bentuk dari bahan seperti pasir, menyusun bentuk-bentuk tertentu, bongkar pasang mainan, dan masih banyak lagi jenisnya. Barangkali ingin tanya-tanya, atau konsultasi tentang sarana bermain apa yang dapat mengedukasi anak, Anda bisa kontak langsung dengan Lia Alwi via whatsapp di nomor : 0878 3095 8532.

Beri Ruang Anak untuk ‘Wani Dolanan’ atau Berani Bermain
Beri Ruang Anak untuk ‘Wani Dolanan’ atau Berani Bermain
Di antara sarana bermain “Wani Dolanan” bersifat edukatif

Manfaat ‘Wani Dolanan’ atau Berani Bermain bagi Anak-Anak

Pemanfaatan bagi aspek perkembangan usia anak-anak menurut John W. Santrock dalam LifeSpan (2012:306) memiliki fungsi dan bentuk yang meliputi aspek moral, motorik, kognitif, bahasa, dan sosial.

Bermain dan Perkembangan Moral

Aspek moralitas bagi anak-anak merupakan hal abstrak dan sulit untuk didefinisikan, sehingga perlu cara lain untuk mengenalkan aspek moral kepada anak, yakni melalui aktivitas bermain. Adapun bidang perkembangan aspek moral meliputi perkembangan pikiran, perasaan, dan perilaku sesuai dengan aturan atau kebiasaan tentang hal-hal yang semestinya dilakukan seseorang ketika sedang berinteraksi dengan orang lain.

Kegiatan bermain seharusnya dijadikan ruang untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Misalnya, sebelum bermain diberikan tata cara atau aturan yang harus ditaati. Ketika anak sudah mau mengikuti aturan, maka tidak akan sulit menanamkan konsep-konsep yang berlaku. Termasuk dalam masyarakat, misalnya anak harus menghormati orang yang lebih tua, harus salim dan berpamitan ketika mau bepergian.

Beri Ruang Anak untuk ‘Wani Dolanan’ atau Berani Bermain
Aneka sarana bermain “Wani Dolanan”

Bermain dan Perkembangan Motorik

Semua aktivitas yang dilakukan anak-anak selalu diwarnai dengan gerak, baik gerak kasar atau halus . Lantaran gerak dapat merangsang anak mau bermain, dan akibat bermain maka anggota tubuh anak akan selalu bergerak. Anak-anak akan melatih kemampuan otot-otot yang menjadikan mereka kuat dan bugar jika anak-anak diberikan kesempatan untuk bermain.

Anak yang aktif kesana-kemari dan tidak hanya duduk-duduk berdiam diri tanpa reaksi, karena sifat dasar anak adalah suka bergerak, itulah anak yang sehat. Untuk mengembangkan aspek motorik, kegiatan bermain dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Untuk itu, salah satu cara meningkatan kemampuan motorik kasar dan motorik halus dilatih memalui bermain.

Pengembangan kemampuan motorik kasar, misalnya anak bermain petak umpet. Anak yang menang diberi kesempatan untuk bersembunyi, sedangkan anak yang kalah selain menjaga basecamp juga harus mencari teman-teman yang bersembunyi. Yang kalah tentu akan berjalan, bahkan berlari untuk mencari teman di persembunyian. Dalam permainan tradisional ini anak harus berlari, jalan, membungkuk, bergegas, sehingga sangat baik dalam menstimulasi otot dan pernafasan anak.

Sedangkan pengembangan motorik halus, misalnya pada permainan congklak, anak akan melakukan koordinasi mata dan tangan dalam memindahkan dan memasukkan biji congklak dalam lubang yang tepat. Anak akan menggerakkan jemari tangan, menjumput, dan menjatuhkan satu per satu biji congklak sehingga dapat menstimulasi motorik halus anak-anak.

Beri Ruang Anak untuk ‘Wani Dolanan’ atau Berani Bermain
Beberapa mainan edukatif yang lain dari “Wani Dolanan”

Bermain dan Perkembangan Kognitif

Aspek perkembangan kognitif meliputi pengetahuan, ingatan, kreativitas, daya pikir, dan daya nalar. Usia anak-anak dapat mengenal konsep salah satunya dengan bermain. Melalui bermain, sebuah konsep akan lebih mudah diterima anak-anak daripada diajarkan secara verbal. Contoh, ketika mereka sedang bermain bola, mereka dapat mengenal konsep bola yang dimainkan tentang bagaimana bentuk, ukuran, dan warna bola, sehingga ia dapat membandingkan bentuk, ukuran, dan warna bola milik teman dengan bola miliknya.

Bermain dan Perkembangan Bahasa

Ketika bermain anak-anak akan berkomunikasi dengan lawan mainnya, baik berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal, bahasa sebagai alatnya. Awalnya mereka hanya menggunakan bahasa tubuh, namun seiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya perbendaharaan kosa kata maka anak akan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Perkembangan bahasa dapat ditandai ketika anak mampu mengutarakan keinginan, berpendapat, atau berkomentar.

Jika ada anak yang awalnya diam, ketika diajak bermain dengan anak usia sebaya lambat laun ia akan mulai berani berkomunikasi nonverbal meski diawali dengan malu-malu. Bahasa tidak hanya dipengaruhi faktor hereditas (keturunan), namun dapat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan bermain. Perbedaan kemampuan bahasa anak-anak, seperti kosa kata dan kebahasaan sebagian besar karena pengaruh lingkungan, meskipun efek genetik juga memainkan peran penting.

Bermain dan Perkembangan Sosial

Ketika aktivitas bermain berlangsung, sekumpulan anak akan saling bersosialisasi. Kegiatan bermain bersama teman, mereka akan belajar memahami eksistensi diri dan eksistensi orang lain. Mereka yang mulanya egosentris, setelah bermain dengan teman bisa berubah mulai sosialis. Selain itu, bermain juga dapat melatih rasa tanggung jawab anak, kedisiplinan, serta kejujuran. Dengan bermain bersama teman lainnya, ia akan bersikap untuk dapat bekerja sama dalam sebuah kelompok.

Beri Ruang Anak untuk ‘Wani Dolanan’ atau Berani Bermain
Nilai edukatif apa dari mainan ini, “Wani Dolanan” sisp memberikan pencerahan

*

Lantaran sering dilarang, akan membuat anak takut mengambil risiko, sama halnya ketika anak dimarahi, atau ditakut-takuti. Anak akan cenderung pasif terhadap berbagai hal karena khawatir akan menerima sesuatu negatif yang datang dari orangtuanya. Kondisi ini bisa makin parah, anak menjadi minder, canggung untuk melakukan sesuatu, dan tidak memiliki kepercayaan diri.

Tentu bukan berarti anak diperbolehkan melakukan segala keinginannya. Orangtua juga perlu bertindak bijak menentukan mana yang memang tidak boleh dilakukan oleh anak. Namun, saat hendak melarang anak, sebaiknya orangtua juga menyampaikan alasan dengan baik sehingga anak mengerti mengapa ia tidak boleh melakukannya.

Beri Ruang Anak untuk ‘Wani Dolanan’ atau Berani Bermain

You may also like

6 thoughts on “Beri Ruang Anak untuk ‘Wani Dolanan’ atau Berani Bermain”

  1. Mmm….hidupkan suasana ceria anak. Kita dampingi mereka berani bertanggung jawab menghadapi hidupnya yang jauh berbeda dengan kita. Dan selalu kita doakan kesuksesannya. Semoga kelak menjadi orang yang pandai bersyukur, bermanfaat dan selalu mendirikan sholat. Karena sholat tiang agama. Dan tetap rendah hati. Agar muncul pemimpin andal yang membawa masyarakatnya selamat dunia dam akhirat.

    1. Tugas kita sebagai orangtua memberikan fasilitas, mengarahkan, dan pmendampingi anak agar mereka tidak keliru arah.
      Semoga sehat-sehat selalu bersama keluarga besar Panjenengan.
      Matur suwun.

  2. Belajar adalah bermain dan bermain adalah belajar. Kurang lebih itu yang saya tangkap dari filosofi Ki Hadjar Dewantara. Tulisan ini melengkapi pemahaman saya. Ternyata lewat permainan kita dapat belajar banyak dimensi yang memberdayakan kita sebagai manusia dan anggita masyarakat. Keren.

    1. Terima kasih atas apresiasi dari Suhu saya nih.
      Semoga Panjenengan tetap jadi inspirator bagi para guru dan dan masyarakat secara luas.
      Tetap sehat-sehat selalu bersama keluarga besar Panjenengan.

  3. Mantaap….artikel yang padat berisi, membuka wawasan ortu agar lebih bijak dalam nendampingi putra putrinya.
    Tetaplah semangat menulis.

    1. Matur suwun atas apresiasi dan support Panjenengan.
      Hehehe…, selalu ingatkan tentang moment-moment penting.

      Sehat-sehat selalu bersama keluarga besar Panjenengan.
      Matur suwun.

Leave a Reply to Hendro Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *