Kota Lama Surabaya sebagai Ruang Literasi Sejarah bagi Anak-Anak. Tahu Sejarah Kotanya, Mengapa Penting?

Kota Lama Surabaya sebagai Ruang Literasi Sejarah bagi Anak-Anak.
Share this :

Lebih awal saya datang di kawasan Kota Lama Surabaya untuk mengikuti proses gladi resik teatrikal “Pertempuran Surabaya 1945” yang diperankan oleh komunitas Roode Brug Soerabaia dalam rangka persiapan Soft Launching Kota Lama Surabaya yang akan dilaksanakan sekaligus diresmikan oleh Wali Kota Eri Cahyadi, Kamis (27/6/2024) besok.

Sambil menunggu teman-teman datang, saya memanfaatkan waktu untuk keliling di sekitaran Monumen Mobil Brigadier A.W.S. Mallaby. Tiba-tiba mata saya tergelitik oleh ulah dua ‘bocah’ (Jw) atau anak. Pikir saya, ulah kedua ‘bocah’ itu tak seperti ulah anak-anak kebanyakan. Di ruang terbuka biasanya mereka berlaian liar, namun kedua ‘bocah’ itu justru asyik membaca di papan informasi di banyak tempat yang disediakan, Rabu (26/6/2024) sore.

Pelan-pelan saya berjalan dari belakang, agar tak mencurigakan dan mengusik keasyikan mereka. Dari jarak yang cukup aman melalui zoom kamera, saya take photo beberapa kali klik, lumayanlah hasilnya. Tanpa mengganggu keasyikan mereka sedang membaca, saya pun mendapatkan hasil foto yang cukup berbicara meski hanya beberapa shot saja.

Di Kota Lama Surabaya zona Eropa, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, melalui Disbudporapar Surabaya, telah memasang banyak papan informasi di berbagai sudut taman dalam rangka persiapan Soft Launching Kota Lama Surabaya. Papan-papan informasi tersebut memuat berbagai informasi tentang sejarah Kota Surabaya. Saya pikir, papan-papan informasi itu cocok bagi anak-anak belajar sejarah tentang kotanya di tempat yang menarik sambil bermain-main.

Sejarah adalah jendela ke masa lalu yang membantu anak-anak memahami perjalanan dan perkembangan suatu tempat. Bagi anak-anak, mengetahui sejarah kotanya memiliki banyak manfaat yang tak terhingga. Maka, itu pentingnya mengapa anak perlu mengetahui sejarah kotanya agar mereka sejak dini memperoleh pemahaman tentang identitas, budaya, dan warisan tempat mereka tinggal.

Kota Lama Surabaya sebagai Ruang Literasi Sejarah bagi Anak-Anak.
Fatih Maruf Abimanyu (7+11) sedang membaca di papan informasi tentang sejarah terkait Kota Surabaya

Beberapa alasan mengapa anak perlu mengetahui sejarah kotanya agar mereka dapat memahami perkembangan kotanya. Dengan mengetahui sejarahnya, mereka dapat melihat bagaimana kotanya berkembang dari waktu ke waktu, hingga yang mereka lihat saat ini. Hal ini memberikan mereka pemahaman tentang bagaimana kota mereka menjadi apa, sehingga menghargai upaya dan perjuangan yang dilakukan oleh generasi pendahulu.

Selain itu, mengetahui sejarah kotanya dapat membantu anak-anak mempelajari warisan budaya. Setiap kota memiliki cerita dan tradisi unik yang telah diteruskan dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari sejarah, anak-anak dapat memahami dan menghargai nilai-nilai dan tradisi yang ada. Mereka dapat merasakan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, sehingga menjadi lebih terhubung dengan identitas mereka sebagai warga kota.

Bagi anak-anak, tahu sejarah kotanya juga dapat menginspirasi mereka untuk membangun masa depan yang lebih baik. Dalam sejarah, kita bisa belajar dari kesalahan dan pencapaian masa lalu. Melihat tantangan dan perubahan yang dialami kota mereka di masa lalu, anak-anak dirangsang untuk berpikir bagaimana mereka kelak dapat berkontribusi untuk membangun kota yang lebih baik di masa depan.

“Sejarah menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran bagi mereka untuk menghadapi masa depan dengan penuh semangat dan kepercayaan diri,” pikir saya.

Pun, mengetahui sejarah kotanya juga dapat mengembangkan rasa kebanggaan dan cinta terhadap tempat mereka tinggal. Ketika anak-anak belajar tentang perjuangan dan prestasi kotanya, mereka akan merasa terhubung secara emosional. Sejarah kotanya menjadi cerita yang menarik dan memikat, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu. Hal ini dapat membuahkan rasa memiliki, tanggung jawab, dan mau menjaga kotanya.

Kedua ‘bocah’ itu adalah Fatih Maruf Abimanyu (7+11) dan Atha Faeyza Saputro (7). Fatih adalah siswa Kelas 2 SDN Sidosermo 1, Kota Surabaya. Beberapa waktu lalu ia menerima rapor kenaikan ke kelas dua, umurnya pun sebenarnya baru 8 tahun minus 1 bulan. Sedangkan Atha, masuk sebagai siswa kelas 1 SDN Pacarkeling 5, Kota Surabaya. Kedua ‘bocah’ itu adalah ‘the young’ Roode Brug Soerabaia sedang menunggu gladi resik juga. Keikutsertaan mereka di komunitas Roode Brug Soerabaia sudah jelang tahun ketiga.

Di tangan siapakah yang bertanggung jawab menuntun anak-anak bangsa ini agar mereka akan tumbuh minatnya belajar untuk mengetahui tentang sejarah kotanya, sehingga mereka mau mencintai dan menjaga kotanya? Apakah orangtua, guru, atau Kemendikbudristek beserta jajarannya, atau mungkin juga komunitas kesejarahan? Jawabnya, silakan bertanya kepada rumput yang bergoyang.

Kota Lama Surabaya sebagai Ruang Literasi Sejarah bagi Anak-Anak.

Fatih Maruf Abimanyu (7+11) dan Atha Faeyza Saputro (7). sedang membaca di papan informasi tentang sejarah terkait Kota Surabaya
Fatih Maruf Abimanyu (7+11) dan Atha Faeyza Saputro (7) sedang membaca di papan informasi tentang sejarah terkait Kota Surabaya

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *