Falsafah Jawa Ojo Dumeh merupakan salah satu nilai penting dalam budaya Jawa. Dalam bahasa Jawa, ojo berarti jangan dan dumeh berarti mentang-mentang atau dalam makna lain sombong. Lantas, secara harfiah, ojo dumeh berarti jangan mentang-mentang atau jangan sombong. Falsafah ini mengajarkan manusia untuk menjadi rendah hati dan menghargai sesama.
Dalam konteks ini, ada sebuah metafora yang tepat untuk mendeskripsikan falsafah Jawa Ojo Dumeh, yakni Di atas langit masih ada langit. Ojo Dumeh mengingatkan kita bahwa menjadi rendah hati adalah sikap yang lebih baik. Dalam kehidupan sehari-hari, falsafah ini memberikan nilai sangat berarti bagi masyarakat Jawa, terutama menjalin hubungan dalam konteks sosial.
Pun Ojo Dumeh mengajarkan kita agar tak merasa lebih baik dari orang lain dan untuk tak mentang-mentang atau sombong, lantaran sedang merasa berposisi di atas awan atau sedang memiliki sandaran dalam tanda kutip (“), orang berpengaruh. Justru, jika seseorang mau menjiwai Ojo Dumeh, ia akan dapat menciptakan keseimbangan dalam hidup, dan menjaga hubungan yang harmonis dengan orang lain serta lingkungannya.
.
Falsafah Jawa Ojo Dumeh merupakan salah satu dari beberapa falsafah atau pandangan hidup orang Jawa. Falsafah ini menjadi prinsip hidup yang dipegang teguh oleh masyarakat Jawa dalam menjalani kehidupan sehari-hari, yang dapat membentuk citra diri mereka. Dalam konteks ini, adat dan adab memainkan peran penting dalam membangun citra diri yang baik.
Pandangan secara umum, citra diri merupakan gambaran perilaku seseorang di mata dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya. Citra diri seseorang tak hanya didasarkan pada realitas, namun juga dipengaruhi oleh persepsi orang lain dan pandangan masyarakat terhadap diri seseorang atas perilakunya terkait dengan adat dan adab.
Adat melibatkan kebiasaan dan nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang lazim dilakukan di suatu daerah atau masyarakat . Dengan memahami dan menghargai adat, seseorang dapat menunjukkan sikap yang baik dan sesuai dengan norma-yang berlaku dalam masyarakat. Jika tak melaksanakan dianggap menyimpang, biasanya ada sanksi, meski tak tertulis.
Sementara itu, adab berarti kesopanan, keramahan, dan kelembutan budi pekerti. Adab melibatkan perilaku yang baik, sopan, ramah, dan lembut budinya dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan memiliki adab yang baik, seseorang dapat membangun dan menjaga hubungan yang harmonis dengan orang lain, yang ujungnya adalah menjaga citra dirinya yang positif.
*
Ingat peribahasa ketika zaman masih bersekolah di jenjang SD atau SMP, Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Peribahasa ini memiliki arti bahwa setiap orang yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan perbuatannya saat masih hidup. Berbuat baik atau buruk adalah pilihan. Yang jelas, saya tak perlu bertanya, Anda pilih yang mana?