“Merdekaa…, merdekaaa…, merdekaaaa…!” “Merdekaa…, merdekaaa…, merdekaaaa…!”, yel-yel bersahut-sahutan segenap Arek-Arek Suroboyo pada tanggal 19 September dalam sebuah rapat raksasa di lapangan Tambaksari pukul 16.00 sore. Tampak rakyat Surabaya berkumpul untuk mendengarkan pidato di tengah lapangan, sedangkan beberapa tentara Jepang berjaga di sekelilingnya.
Mereka berkeliling kota setelah mendengarkan pidato Proklamasi 17 Agustus 1945 sambil meneriakkan yel-yel kepada para pemuda pelajar, kaum buruh, tukang becak, kaum perempuan hingga seluruh rakyat perihal berita kemerdekaan. Tentara Jepang berjaga di sekeliling Tambaksari dengan senjata lengkap, tetapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat Arek-Arek Suroboyo dalam membela dan mempertahankan proklamasi kemerdekaan.
Demikian gambaran salah satu scane suasana teatrikal Pertempuran 3 Hari yang diperankan oleh Roode Brug Soerabaia dalam rangka Kota Lama Surabaya Soft Launching di Plaza Outdoor Gedung Internatio Jalan Rajawali Surabaya. Hal itu, selaras yang dikupas dalam buku karya Ady Setyawan, yakni Surabaya di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu? dan buku Kronik Pertempuran Surabaya – Media Asing dan Historiografi Indonesia, Kamis (27/6/2024) petang.
Satrio Sudarso, Ketua Roode Brug Soerabaia yang sekaligus sebagai Scenario Created, menuturkan bahwa saat Arek-Arek Suroboyo usai memdengarkan pidato kemerdekaan, mereka merasa yakin bahwa Indonesia sudah merdeka, kemudian mereka melakukan pelucutan senjata terhadap pasukan Jepang. Pada permulaan Oktober 1945 boleh dikatakan bahwa kekuatan Jepang telah menyerah pada Arek-Arek Suroboyo.
“Dimulai dari penyerbuan dan pendudukan markas Kenpetai, markas Angkatan Laut Jepang di Gentengkali, markas angkatan darat Jepang di Don Bosco, hingga penyerahan gudang mesiu di Kamal jatuh ke tangan rakyat. Selanjutnya terjadi pengambilalihan gedung-gedung, perusahaan negara dan tempat umum penting lainya,” tuturnya.
Dalam situasi revolusioner pada 25 Oktober 1945, lanjutnya, kapal tentara Inggris atas nama Sekutu merapat di Surabaya dari Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadier A.W.S. Mallaby, yang terdiri atas sekitar 6000 orang dengan misi awal utamanya adalah mengevakuasi tawanan perang dan interniran, serta melucuti senjata dan memulangkan tentara Jepang.
“Esok harinya tentara sekutu mulai bergerak dari Penjara Kalisosok untuk membebaskan para tahanan NICA, lalu terus bergerak ke tempat-tempat tawanan Jepang dan interniran Belanda lainya,” lanjut Satrio Sudarso.
Pada awalnya misi pasukan Inggris datang ke Indonesia dengan tiga maksud, yakni membebaskan warga Eropa yang menjadi tawanan perang, melucuti dan memulangkan tentara Jepang, serta memulihkan tatanan di seantero Indonesia sampai Belanda dapat mengelola kembali bekas kawasan jajahannya itu, pungkas pria sebagai dosesn di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Dalam Catatan Ruslan Abdulgani, 100 Hari di Surabaya Yang Menggemparkan Indonesia (dalam Kronik Pertempuran Surabaya) bahwa pada 27 Oktober 1945, siang hari, beberapa pesawat Inggris menjatuhkan selebaran yang memerintahkan penduduk Surabaya dan Jawa Timur untuk menyerahkan kembali semua senjata dan peralatan Jepang yang dikuasainya kepada tentara Inggris dengan ancaman.
“Persons seen bearing arms and refusing to deliver them to the Allied Forces are liable to be shot.” (Orang-orang yang memegang senjata dan menolak memberikan senjata kepada pasukan Sekutu akan ditembak).”
Lantaran itu, Residen Sudirman, drg. Moestopo, dan lain-lain., berunding dengan Brigadier A.W.S. Mallaby sebagai pimpinan Sekutu di Surabaya. Indonesia menyampaikan bahwa selebaran yang dijatuhkan pesawat Sekutu bertentangan dengan kesepakatan antara pihak Sekutu dan pihak Indonesia pada 26 Oktober 1945.
Sementara itu, pada 28 Oktober 1945 pasukan Sekutu, Gurkha, menduduki lapangan terbang Morokrembangan dengan memberikan ultimatum kepada para pemuda untuk meninggalkan tempat dalam waktu 4 Jam. Tindakan Sekutu tersebut kemudian disusul dengan menduduki gedung-gedung penting, dan merampas mobil serta senjata para pemuda.
Hal itu, membuat seluruh rakyat terkejut hingga membuat amarah yang membara. Seketika itu, di malam harinya mulai pecah pertempuran antara pasukan Inggris dengan senjata lengkap tersebar di dua ujung Kota Surabaya dengan pasukan Indonesia yang terdiri atas TKR, laskar PRI, dan laskar-laskar lainya dengan senjata ringan sampai berat, meriam dan tank rampasan dari Jepang.
Akibatnya markas dan perkemahan pasukan Inggris dikepung oleh pasukan pemuda dan rakyat, termasuk pengepungan di gedung Lindeteves dan Internatio, juga perebutan lapangan terbang Morokrembangan. Meski dengan persenjataan yang jauh lebih rendah kelasnya, tetapi tidak menyurutkan semangat juang pasukan Republik dengan tekad bulat “Merdeka atau Mati!”.
Di tengah berkecamuknya pertempuran, pada 29 Oktober 1945 Presiden Sukarno dan beberapa pejabat tinggi, disertai sejumlah perwira Inggris dan wartawan asing datang ke Kota Surabaya guna menyerukan gencatan senjata. Pada 30 Oktober 1945 Jendral Hawtorn tiba di Surabaya turut melangsungkan perundingan tingkat tinggi dengan ‘Biro Kontak’.
Untuk sementara waktu tembak menembak berhenti sejenak, lantaran utusan Indonesia bersama pihak Inggris memasuki gedung untuk menghentikan tembakan dari dalam. Tak lama kemudian ada lemparan granat dari tentara Inggris yang menyebabkan gencarnya kembali pertempuran tersebut. Akhirnya diketahui Brigadier A.W.S. Mallaby tewas di dalam mobilnya terkena lemparan granat dan sejumlah tembakan pada 30 Oktober 1945.
Setelah Brigadier A.W.S Mallaby tewas, peperangan berangsur berhenti dan tentara Inggris merasa telah kalah telak dalam pertempuran tersebut. Pihak Inggris menyerah kepada para pejuang dengan mengangkat tangan dan mengibarkan bendera putih. Mereka tidak pernah belajar bahwa untuk menghancurkan sebuah kota seperti Surabaya, ribuan rakyat dapat mereka bunuh, namun rakyat punya tekad baja untuk merdeka.
Kekalahan Sekutu pada Pertempuran 3 Hari yang menewaskan Brigadier A.W.S Mallaby memicu pecahnya Pertempuran 10 Npvember 1545. Sekutu membalas atas kematian Brigadier A.W.S Mallaby dengan menyebarkan pamflet-pamflet berisi perintah agar Arek-Arek Suroboyo menyerahkan senjata kepada tentara Inggris, atau Surabaya dihancurleburkan dari darat, laut, dan udara.
Pertempuran Surabaya 1945 Fase Kedua berlangsung selama tiga minggu bawah komando Mayjen Robert Eric Carden Mansergh, tentara Sekutu akhirnya bisa menguasai Kota Surabaya. Pada Desember 1945 Kota Surabaya telah jatuh sepenuhnya ke tangan tentara Sekutu, dan diserahterimakan kepada pihak Belanda pada tahun 1946.
Aksi drama teatrikal Pertempuran 3 Hari oleh Roode Brug Soerabaia turut menyemarakkan acara dalam rangkaian even Surabaya Heritage Fest 2024 Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) atau @disbudporaparsby, dan Proyek Revitalisasi Kota Lama Surabaya atau @kotalamasurabaya.
Dalam drama teatrikal, Roode Brug Soerabaia didukung oleh Komunitas CAK Kedung Klinter. Selain tampilan teatrikal Pertempuran 3 Hari, acara Kota Lama Surabaya Soft Launching dalam rangkaian acara Surabaya Heritage Fest 2024 dimeriahkan pula oleh penampilan musik dari Kurmunadi dan Celia Noreen.
Fasilitas Kota Lama Surabaya
Megahnya gedung-gedung berarsitektur khas dengan nuansa style Eropa menjadi daya tarik tersendiri objek wisata Kota Lama Surabaya. Bangunan tersebut turut menjadi saksi bisu atas perjuangan para pejuang ketika melawan tentara Sekutu. Kota Lama Surabaya sendiri terbagi menjadi tiga zona, yaitu Zona Eropa, Pecinan, Melayu dan Arab.
Selain menyediakan papan informasi terkait sejarah Kota Lama Surabaya di Taman Sejarah dan toko souvenir ikonik, Pemkot Surabaya menyiapkan fasilitas berupa jeep tour dan sepeda kuno untuk berkeliling area yang dipadati bangunan ikonik khas tempo dulu itu. Bila pengunjung berniat menjelajahi kota lama dengan jeep tour wajib registrasi terlebih dahulu secara online melalui tautan bit.ly/HeritageJeepTour.
Adapun rute jeep tour start dimulai dari Taman Sejarah yang dilanjutkan menuju Gedung Internatio, Gedung Telkom, De Javasche Bank, Gedung Cerutu, Pabrik Sirup Siropen, Gedung Maybank, Pos Block Surabaya, Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria, Gedung PTPN, dan kembali lagi ke Taman Sejarah.
Setiap pengunjung yang mau keliling dengan jeep tour perlu merogoh saku Rp45.000,00. Layanan ini hanya dibuka hari Sabtu dan Minggu pukul 08.00-11.00 WIB dan 15.30-19.30 WIB. Di samping itu, yang gemar bersepeda bisa keliling sekitaran Kota Lama Surabaya dengan menyewa sepeda kuno dengan harga Rp20.000,00 per jam pada Senin sampai Minggu pukul 15.00-20.00 WIB.
Bila hanya ingin jalan-jalan saja, pengunjung bisa baca-baca seputar sejarah kota lama di papan informasi dan pepotoan di Monumen Mobil Brigadier A.W.S. Mallaby, lantaran berpagar mohon tak masuk di dalamnya. Atau, bisa juga #blusukanedan seperti komunitas PSL (Pernak-Pernik Surabaya Lama) di sekitar Jalan Rajawali, Jalan Glatik, Jalan Mliwis, Jalan Merpati, Jembatan Merah (Roode Brug), Jalan Karet, Jalan Coklat, Jalan Slompretan, Jalan Kembang Jepun, dan Jalan Panggung.
Tangkapan Mata Lensa
Kota Lama Surabaya Soft Launching











Teatrikal Pertempuran 3 Hari











































Serba-Serbi









