Menonton untuk menikmati sebuah pertunjukan memang tidak bisa ‘disambi’ (Jw), atau dalam bahasa Indonesia ‘dikerjakan bersama-sama’ dengan aktivitas yang lain. Tidak fokus. Seperti halnya kemarin malam, Jumat (21/6/2024), saya hadir di Balai Adika Hotel Majapahit Surabaya saat pertunjukan Hero Puppet Theater Performance oleh Studio Figur dari Belanda atas prakarsa Erasmus Huis Jakarta kerja sama dengan Amadeus Enterprise dan Pendhapa Art Space Yogyakarta.
Lha, saya hadir atas undangan Amadeus Art Management ‘didapuk’ sebagai orang yang suka motret, jadi ya buat liputan sekaligus buat artikel di alisson.id. Lantaran di Surabaya pertunjukan “Hero” empat kali di tempat yang sama, sekali pada Jumat, dan tiga kali pada Sabtu (22/6/2024), pukul 11.00, 14.00, dan 16.00. Terbawa hanya khusus menikmati cerita Hero, akhirnya saya reservation yang pukul 14.00 dan minta tiga seat, dua seat untuk teman.
Hero karya Studio Figur, sebuah pertunjukan teater boneka dengan kemasan cerita inovatif tidak hanya memikat penonton, namun juga menggiring isu-isu penting, seperti nasib yang dialami anak-anak di wilayah konflik. Pertunjukan “Hero” menceritakan kisah Moun, boneka ‘bocah’ (Jw) perempuan, yang telah menunggu cukup lama akan datangnya seorang pahlawan super untuk menyelamatkan dunia.

Cerita diawali dengan kegiatan literasi Moun, yakni membaca surat kabar tentang isu-isu yang terjadi di dunia, membolak-balik halamannya, kemudian ia menggunting salah satu berita yang menarik dirinya untuk di klipping. Kelelahan membaca surat kabar dengan berita yang cukup menyedihkan, Moun mengantuk dan akhirnya ia tertidur, terlelungkup kepalanya di meja tempat ia membaca.
Ketika ia terlelap tidur, Moun bermimpi dan berkelana dalam mimpinya lantas menemukan sebuah jubah pahlawan di suatu tempat. Kemudian ia kenakan jubah itu, ia membayangkan menjadi sebagai seorang pahlawan yang ia tunggu-tunggu untuk menyelamatkan konflik dunia, dan peperangan di daerah konflik yang masih berkepanjangan.
Dalam teater “Hero” yang ditampilkan oleh Studio Figur dari Belanda, Moun, seperti anak perempuan lainnya, memiliki sebuah boneka sebagai teman dan sekaligus penghibur dirinya. Boneka menjadi teman dekat anak-anak, memberikan mereka kesempatan untuk bermain dan menggunakan imajinasi untuk mengungkapkan emosi mereka. Begitu juga bagi Moun.
Suasana panggung yang dihiasi dengan elemen pertunjukan visual, musikal, dan puitis dengan perpaduan teater boneka, video live, dan musik visual serta permainan pencahayaan yang menarik, mampu menghadirkan suasana yang benar-benar menghipnotis penonton. Apakah seorang pahlawan super yang ditungu-tunggu Moun untuk menyelamatkan dunia datang?

Tidak, atau mungkin belum. Sebagai salah satu gambaran anak-anak di wilayah konflik, korban peperangan berkepanjangan, Moun saatnya memakai jubah pahlawan dan membentangkan jubahnya bernuansa dengan latar warna hitam, putih, hijau dan merah kemudian terbang untuk mencari keadilan yang tak kunjung tiba. Itulah penutup teater boneka “Hero”.
Menurut saya, pertunjukan Hero Puppet Theater yang disutradarai oleh Noufri Bachdim, yakni adik kandung Irfan Bachdim, ingin menyampaikan pesan tentang keberanian, keadilan, dan kekuatan dalam diri setiap individu. Melalui pertunjukan boneka yang hidup, Noufri Bachdim ingin menginspirasi penonton untuk menemukan pahlawan dalam diri mereka sendiri.
Emosi anak-anak korban konflik wilayah yang diwakili lewat tokoh Moun, boneka anak perempuan, dalam pertunjukan teater boneka “Hero” tersampaikan lewat imajinasi Moun yang liar. Lantaran “Hero”, pahlawan super yang dapat menyelamatkan dunia yang diimpikan Moun tak juga datang, lantas imajinasi Moun ingin menjadi pahlawan sendiri.
Padahal kondisi sedang perang, dengan jubahnya di antara reruntuhan bangunan, masjid dan bom-bom pahlawan Moun terluka. Memang, imajinasi anak-anak tak terbatas dan liar, meski dalam kondisi buruk sekalipun.
Pun lewat “Hero”, Noufri Bachdim ingin menekankan bagi setiap individu akan pentingnya berani menghadapi tantangan dan mengatasi rintangan, serta memperjuangkan keadilan dan kebaikan. “Hero juga ingin menunjukkan bahwa kekuatan sejati tidak hanya datang dari fisik, tetapi juga dari hati dan jiwa.
Dengan pertunjukan Hero Puppet Theater Performance lewat tokoh Moun, boneka anak perempuan, yang tidak saja menghibur namun juga mengharukan, Studio Figur menyampaikan pesan secara implisit dan berharap dapat meninggalkan pesan positif, menginspirasi, dan memotivasi penonton untuk menjadi pahlawan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
