Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’

  • EDUKASI
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Share this :

Memaknai Ulang Tahun Sylvi Mutiara di Villa dr. Dhini, Taman Dayu, Pandaan, Pasuruan

Ulang tahun adalah momen untuk bersyukur karena menjadi penanda perjalanan hidup telah dilewati dengan suka dan duka yang membentuk pribadi hingga saat ini. Pun sebagai saat untuk merenungkan anugerah usia, kesehatan, dan kesempatan yang diberikan Tuhan, serta dukungan dari keluarga dan teman-teman yang setia menemani. Demikian yang dilakukan Sylvi Mutiara saat merayakan ulang tahunnya, di Villa Taman Dayu – Pandaan, Pasuruan, Minggu (12/1/2025) siang.

Chrisyandi Tri Kartika, founder komunitas PSL (Pernak Pernik Surabaya Lama), yang juga sebaga Pustakawan di Universitas Ciputra Surabaya, dalam sambutannya mengatakan bahwa merayakan ulang tahun sebagai bentuk bersyukur adalah cara untuk merenungkan perjalanan hidup, menghargai pencapaian, dan berterima kasih atas segala nikmat yang telah diberikan.

Ulang tahun bukan sekadar bertambahnya usia, namun juga momentum untuk introspeksi diri, dan memperbaiki kekurangan. Dengan merayakannya, kita menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan atas kesempatan hidup, kesehatan, serta dukungan dari keluarga dan teman-teman yang menyertai perjalanan hidup kita, tambahnya.

“Tradisi ini juga menjadi momen untuk berbagi kebahagiaan, mempererat hubungan sosial, dan menyebarkan energi positif kepada orang lain,” pungkas Chrisyandi Tri Kartika.

‘Rumah Kedamaian’

Dalam perjalanan hidup, bersyukur adalah fondasi yang menguatkan hati manusia untuk tetap teguh menghadapi berbagai dinamika kehidupan. Bersyukur bukan hanya wujud apresiasi terhadap karunia yang baik, tetapi juga penerimaan terhadap setiap ujian dan cobaan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan.

Secara mendalam, bersyukur memiliki tiga dimensi utama; bersyukur dengan hati, dengan lisan, dan dengan tindakan. Bersyukur dengan hati berarti menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki, baik yang menyenangkan maupun yang menguji, adalah takdir dari Tuhan. Kesadaran ini menanamkan rasa rendah hati dan pengakuan bahwa kita bukanlah pemilik mutlak apa pun di dunia.

Bersyukur dengan lisan diwujudkan melalui ungkapan terima kasih, doa, dan pujian kepada Tuhan. Sementara itu, bersyukur dengan tindakan adalah cara kita menggunakan segala nikmat yang telah diberikan untuk segala sesuatu tujuan yang baik, termasuk membantu sesama dan menjaga lingkungan. Bersyukur laksana jembatan menuju ‘rumah kedamaian’.

Salah satu aspek terdalam dari bersyukur adalah kemampuan untuk menerima ujian hidup. Dalam konsep Islam, Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia akan diuji dengan ketakutan, kelaparan, dan kehilangan (QS Al-Baqarah: 155). Namun, ujian ini tidak dimaksudkan untuk melemahkan, melainkan untuk mengasah ketangguhan dan memperkuat iman.

Ketika kita mampu menerima ujian sebagai bagian dari takdir Tuhan, hati akan lebih mudah menemukan kedamaian. Seperti yang dikatakan Jalauddin Rumi (30 September 1207 – 17 December 1273), seorang penyair sufi Persia, “Kegelapan hanya ada untuk memperlihatkan cahaya.” Setiap momen, bersyukur membuka jalan bagi kita untuk memahami esensi kehidupan.

Salah satu cara sederhana melatih rasa bersyukur adalah dengan menikmati nikmat momen penting dalam perjalanan hidup. Misalnya, nikmat panjang umur yang sering dirayakan setiap ulang tahun. Bagi sebagian orang, momen tersebut adalah waktu untuk berkumpul dengan keluarga, sahabat, atau kolega, sekaligus berbagi kebahagiaan.

Kebahagiaan yang kita miliki tidak harus kita nikmati sendiri. Membagikannya kepada orang lain, lebih-lebih kepada mereka yang membutuhkan, adalah langkah yang mampu memberikan dampak besar. Hal ini tidak hanya membahagiakan orang lain, tetapi juga menjadi tabungan kebaikan yang akan kembali kepada kita di kemudian hari.

Selain itu, membagikan kebahagiaan kepada orang lain adalah salah satu bentuk bersyukur yang paling mulia. Ketika kita memilih untuk berbagi, baik melalui sedekah, dukungan emosional, atau sekadar mendengarkan cerita orang lain, kita tidak hanya meringankan beban mereka, tetapi juga memperkaya jiwa kita sendiri.

Mengintegrasikan bersyukur dalam kehidupan bukanlah tanpa tantangan. Ada kalanya kita merasa sulit untuk bersyukur ketika menghadapi situasi yang sangat berat. Dalam situasi seperti itu, bersyukur tidak berarti mengabaikan rasa sakit atau kesedihan. Sebaliknya, bersyukur adalah kemampuan menemukan makna di balik setiap pengalaman, meski ada emosi yang muncul.

Dengan perspektif ini, bersyukur menjadi alat untuk melatih hati agar lebih ikhlas menghadapi segala kondisi. Maka, bersyukur adalah jembatan menuju kedamaian batin dan kehidupan lebih bermakna. Dengan bersyukur, kita menyelaraskan diri dengan alur takdir yang telah ditentukan Sang Pencipta, sekaligus membuka diri menerima keberkahan yang lebih besar.

Seperti kalimat ungkapan, “Bersyukur mengubah apa yang kita miliki menjadi cukup, dan cukup menjadi lebih dari cukup.” Pun seperti disebutkan dalam Al-Qur’an, “Jika kamu bersyukur, Aku akan tambahkan nikmat kepadamu” (QS Ibrahim: 7). Maka, mari jadikan bersyukur sebagai bagian dari hidup kita, agar keberkahan senantiasa mengiringi setiap langkah.

Biarkan Foto Bicara
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’

Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’
Bersyukur: Jembatan Menuju ‘Rumah Kedamaian’

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *