“Culture Shock” Bisa Terjadi tatkala Kamu Berada di Daerah yang Masih Asing

Culture Shock
Share this :

Ketika berkunjung ke suatu daerah baru atau mungkin negara asing yang kebiasaan setempatnya berbeda dengan kebiasaan kita, acapkali mengalami semacam kejutan atau gunjangan budaya, atau istilah populernya culture shock. Seperti perasaan heran, kaget, aneh, atau tidak nyaman yang kita rasakan ketika sedang berada di lingkungan tersebut.

Hal itu bisa terjadi lantaran disebabkan oleh perbedaan dalam tradisi, norma, dan kebiasaan sosial yang ada di tempat baru atau asing. Misalnya, cara berinteraksi, aturan sopan santun, atau bahkan kebiasaan sehari-hari bisa sangat berbeda dengan yang kita biasa lakukan saban hari. Ini yang menyebabkan timbul perasaan heran, aneh, kaget, bingung atau mungkin tidak nyaman.

Seperti sebuah thread yang dikirim melalu whatsapp oleh Wahyu D., seorang sahabat karib saya, setelah ia tiba di pelabuhan sebuah daerah kepulauan di Utara Pulau Bali bersama rombongan menuju ke KaPus (Kepala Puskesmas) dan kantor kecamatan daerah setempat untuk kulo nuwun terkait dengan kegiatan yang akan mereka lakukan.

Rasa heran muncul pertama saat ia bersama istri dan satu staf dari RSTKA (Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga) berpamitan kepada istri KaPus, kebetulan bapak KaPus-nya sedang dinas di Puskesmas, untuk jalan kaki menuju pusat kota, alias alun-alun. Istri KaPus tampak kaget, dan menawarkan untuk kendarai sepeda motor. Menurutnya, mungkin itu jaraknya cukup jauh untuk jalan kaki.

Jarak dari rumah KaPus ke alun-lun kota kecamatan sekitar 2 kilometer, sehingga pergi pulang (PP) total sekitar 4 kilometer. Bagi karib saya dan timnya, itu merupakan jarak yang reachable untuk jalan kaki lantaran kebiasan lari atau jalan cepat pada pagi hari mereka biasa lakukan. Tak hanya 2 kilometer, bahkan berkilometer-kilometer totalnya.

Di tengah perjalanan kaki menuju alun-alun kota kecamatan pun ada keheranan yang mereka rasakan. Setiap berpapasan dengan orang jalan kaki atau orang berkendara motor, mereka menatap dengan tatapan bernada keheranan. Bahkan tak sedikit orang berkendara motor yang menawarkan jasa membonceng. Jalan kaki mungkin aneh bagi warga setempat.

Perasaan heran, kaget, maupun aneh itu terkuak setelah sore keesokan harinya rombongan berkumpul dengan beberapa staf Puskesmas. Ada rasan-rasan sebagian warga bahwa semalam terjadi kehebohan di desa, karena ada tiga orang yang jalan kaki ke alun-alun. Ternyata berjalan kaki di daerah ini merupakan hal yang aneh sekali. Lantaran semua warga tak melakukan itu.

“Lewat staf Puskesmas, kami jadi tahu bahwa mereka sangat ketergantungan sekali dengan sepeda motor, bahkan untuk jarak 500 meter harus ‘numpak’ motor. Makanya, saat kami berjalan kaki banyak yang menawari tumpangan, namun kami menolak. Lha, memang niatnya jalan kaki untuk menikmati suasana baru!”, ujar Wahyu D., Jumat (26/7/2024).

Di samping itu, keanehan yang lain di pulau ini adalah orang berkendara motor mengenakan helm itu aneh. Di sini semua pengendara motor tidak mengenakan helm, jadi kalo ada orang memakai helm malah dilihat bak suatu tontonan. Sama seperti waktu kami jalan kaki, semua orang yang berpapasan menatap keheranan. Mungkin pikir mereka, kami ini sekelompok orang aneh datang di pulau ini, pungkasnya.

Sekilas tentang Culture Shock

Gegar budaya, atau yang sering disebut dengan culture shock adalah ketika seseorang merasa terkejut, heran, atau kaget saat berada di lingkungan dan budaya yang baru baginya. Orang yang mengalami culture shock biasanya akan merasa heran, bingung, lantaran dia kehilangan familiaritas dengan tanda, simbol, dan cara bergaul yang biasa mereka kenal dari budaya asalnya.

Dikutip dari https://e-ujian.id/culture-shock, menurut Aang Ridwan dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Antarbudaya: Mengubah Persepsi dan Sikap dalam Meningkatkan Kreativitas Manusia (2016), culture shock atau gegar budaya adalah kondisi di mana seseorang mengalami goncangan mental dan jiwa karena tidak siap menghadapi budaya asing dan baru bagi mereka.

Tahapan Culture Shock

Terdapat beberapa tahapan culture shock yang umumnya dialami oleh individu yang datang atau berpindah ke lingkungan budaya yang berbeda. Tahapan-tahapan tersebut dapat bervariasi tergantung pada individu dan situasi yang dihadapi.

Pertama, ada tahap bulan madu (honeymoon phase), yakni seseorang merasa senang dan antusias dengan lingkungan baru.

Kedua, individu tersebut akan mengalami tahap krisis (crisis phase), yakni ia mulai merasakan kecemasan, kebingungan, aneh, kaget, dan ketakutan akibat perbedaan budaya yang signifikan.

Ketiga, individu akan masuk ke tahap penyesuaian (adjustment phase), yakni ia mulai beradaptasi dengan lingkungan baru, dan mampu berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

Keempat, berikutnya adalah tahap bi-budaya (bi-cultural phase), yakni individu mulai merasa nyaman dan mampu beradaptasi dengan baik dalam lingkungan budaya baru.

Kelima, memasuki tahap integrasi (integration phase), yakni individu benar-benar terintegrasi dengan lingkungan budaya baru, dan mampu berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.

Mengatasi Masalah Culture Shock

Terima Perasaan Tidak Nyaman

Seseorang yang merasakan culture shock perlu menyadari bahwa mereka sedang mengalami ketidaknyamanan. Mereka harus menerima kenyataan bahwa mereka tidak familiar dengan apa yang sedang terjadi. Hal ini akan mendorong rasa ingin tahu untuk belajar lebih tentang budaya tersebut.

Terima Perbedaan

Individu perlu memahami dan menerima perbedaan-perbedaan yang ada di sekitar mereka. Seperti perbedaan adat istiadat, norma, kebiasaan, tingkah laku, agama, makanan, cara bersosialisasi, dan lain sebagainya.

Terlibat dengan Budaya Tersebut

Menyikapi segala sesuatu yang baru dan berbeda sebagai kesempatan belajar dan mendapat pengalaman dapat membantu mengatasi masalah culture shock. Dengan turut serta dalam kegiatan di lingkungan setempat tanpa rasa takut dan berusaha percaya diri. Kebiasaan dan budaya yang berlaku di lingkungan tersebut akan lebih mudah dipahami.

Bersosialisasi

Jangan ragu untuk bertanya atau memulai percakapan dengan orang-orang di tempat baru. Mulailah dengan bertanya tentang sesuatu dan berusaha membangun hubungan persahabatan dengan orang-orang di sekitar. Menemukan teman baru dan terlibat dalam komunitas lokal dapat membantu seseorang merasa lebih nyaman dan terhubung dengan lingkungan barunya.

Featured image : Canva/AI

You may also like

1 thought on ““Culture Shock” Bisa Terjadi tatkala Kamu Berada di Daerah yang Masih Asing”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *