Desain Masjid UIN Batusangkar, Tanah Datar, Sumatra Barat, Angkat Ikonik “Deta atau Destar”

Desain Masjid UIN Batusangkar, Tanah Datar, Sumatra Barat, Angkat Ikonik “Deta atau Destar”
Share this :

Desain adalah proses perencanaan suatu objek bertujuan agar objek yang diciptakan memiliki fungsi, nilai keindahan, dan bernilai guna. Secara etimologis istilah desain berasal dari bahasa Inggris, “design” yang artinya reka rupa, rencana, atau rancangan. Dalam proses desain, seorang arsitek akan memperhitungkan berbagai aspek, seperti : fungsi, estetika, dan aspek lainnya yang diperoleh dari hasil riset dan pemikiran.

Teddy A. Permana, Arsitek yang mendesain Masjid UIN Batusangkar menuturkan, fungsi desain sebagai alat bantu dalam proses menciptakan suatu objek, sarana desainer menyampaikan karya ciptanya, di samping sebagai wadah untuk memaparkan tampilan objek tertentu dengan suatu gambaran keadaan sebenarnya.

“Mengapa desain itu penting? Selain untuk menciptakan suatu objek, sistem, komponen, atau struktur, juga untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas suatu objek. Di samping itu, desain yang dipadukan dengan unsur seni, etnik, dan teknologi bertujuan untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, dan keamanan,” tutur Arsitek yang tergabung dalam Waqaf Desain Masjid Yayasan Manarul Ilmi (YMI) ITS Surabaya.

Desain Masjid UIN Batusangkar, Tanah Datar, Sumatra Barat, Angkat Ikonik “Deta atau Destar”
Deta atau Destar dengan lima kerutan atau lipatan

Filosofi Deta atau Destar

Terkait dengan desain Masjid UIN Batusangkar, Alumni A32 ITS menjelaskan, konsep rancanan berangkat dari latar belakang masyarakat Sumatra Barat, umumnya berpegang pada falsafah “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”. Falsafah tersebut diterjemahkan sebagai kerangka kehidupan orang Minangkabau secara vertikal kepada Sang Pencipta. Yakni, menjadikan ajaran Islam sebagai satu-satunya pedoman hidup untuk mengatur tata laku dan kehidupan sehari-hari.

“Sebagaimana arsitek-arsitek masjid yang kini banyak menerapkan lokalitas pada rancangannya, maka kami pada kesempatan ini akan mengejawantahkan satu konsep dasar ikonik dari morfologi Deta atau Destar. Deta atau Destar merupakan tutup kepala yang umumnya digunakan oleh Raja atau Penghulu Adat,” jelas pria yang akrab dengan sapaan Bang Tedd.

Desain Masjid UIN Batusangkar, Tanah Datar, Sumatra Barat, Angkat Ikonik “Deta atau Destar”

Deta atau Destar, lanjutnya, adalah kain penutup kepala tetapi khusus dikenakan untuk kaum lelaki Minangkabau. Konon, di dalam kehidupan kesehariannya lelaki Minangkabau masa dahulu, deta selalu dipakai sebagai kelengkapan yang tidak terpisahkan dari kehidupan kaum lelaki. Kaum lelaki Minangkabau tidak akan merasa lengkap apabila tidak memakai deta di kepalanya, lebih-lebih bagi bagi lingkup di kerajan.

Lebih lanjut Bang Tedd menambahkan, Deta berbentuk selembar kain persegi yang dibentuk sedemikian rupa menjadi sebuah ikat kepala dengan bentuk yang sederhana hingga paling rumit. Semakin rumit bentuknya melambangkan semakin tinggi kedudukannya. Deta dengan lipatan mengibaratkan kepala yang sedang berpikir, dengan mengkerutkan kening.

“Nilai filosofi yang dikandung, semakin banyak kerutan meyimbolkan semakin banyak akal budi dan undang-undang yang diketahui. Kerutan Deta juga memberikan makna bahwa ketika hendak berbuat mesti mengerutkan kening untuk berpikir terlebih dahulu sehingga tidak tergesa-gesa dalam bertindak,” tambahnya.

Desain Masjid UIN Batusangkar, Tanah Datar, Sumatra Barat, Angkat Ikonik “Deta atau Destar”

Masih menurut Bang Tedd, dari morfologi Deta tersebut, kami mengambil bentuk Deta dengan lima kerutan/lipatan. Lima lipatan tersebut mewakili lima Rukun Islam sebagai kewajiban beragama paling mendasar umat Islam. Di samping itu, lima lipatan mewakili dari lima Sila Pancasila sebagai falsafah hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia.

“Filosofi tersebut kami harapkan akan menjadi ikonik, yang mengandung keunikan tersendiri sehingga melekat di benak dan menjadi kebanggaan seluruh warga kampus UIN Batusangkar maupun masyarakat pengunjung masjid ini,” harapan Bang Tedd sebagai arsiteknya.

Desain Masjid UIN Batusangkar, Tanah Datar, Sumatra Barat, Angkat Ikonik “Deta atau Destar”

Nah, dengan berpegangan pada falsafah dasar ketauhidan, yakni “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” dan falsafah Pancasila, kemudian desain bangunan masjid UIN Batusangkar ini dirancang dengan lima lantai. Fungsinya masing-masing lantai dan sarana pendukungnya sebagai sarana halal tourism telah disesuaikan dengan kerangka berpikir dan masukan-masukan dari pemberi tugas, pungkas salah satu owner dari Biro Konsultan Arsitektur dan Engineering, T+D.

You may also like

4 thoughts on “Desain Masjid UIN Batusangkar, Tanah Datar, Sumatra Barat, Angkat Ikonik “Deta atau Destar””

Leave a Reply to Endang Sulistijorini Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *