“Apa kegiatan positifmu sak suwene mangsa pandemi iki? Coba kene crita bareng, sapa ngerti bisa ditiru kanca kancamu terus energi positifmu nular ning liyane.” #SambateDisimpenDisik“
Jika diterjemahan secara bebas dalam bahasa Indonesia, “Apa kegiatan positifmu selama masa pandemi ini? Coba ceritakan bersama-sama, siapa tahu bisa ditiru teman-temanmu terus energi positifmu menular ke lainya.” #Keluh kesah disimpan dulu.
Di atas itulah cuitan yang ditulis Didi Kempot dalam akun Tweeter @didikempotid pada 20 April 2020 pukul 18.12 WIB, dia mengajak masyarakat untuk tetap menularkan energi positif di saat pandemi Covid-19. Penyanyi dan pencipta lirik lagu yang bernama asli Dionisius Prasetyo, kelahiran 31 Desember 1966 itu, cukup aktif dalam menyemangati publik di masa pandemi Cocid-19.
Selasa pagi setelah sang maestro campursari yang mendapat gelar “The Godfather of Broken Heart” meninggal dunia pukul 07.45 WIB di Solo, Jawa Tengah. Warganet mengucapkan belasungkawa kepada pria yang namanya sedang melonjak dalam setahun terakhir. Pelantun lagu “Ojo Mudik” yang duet dengan Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo meninggal dunia di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo, Jawa Tengah.
Sekilas Tentang Didi Kempot
Mengingat koleksi pita kaset zaman tape recorder dahulu, saya lantas bongkar-bongkar dua kardus koleksi pita kaset yang sudah saya letakkan kardusnya di rak gudang, tentu kardusnya sudah berdebu. Dari dua kardus saya temukan dua keeping pita kaset Didi Kempot Mega Hit 2000 berjudul “Sewu Kuto” dan “Ono Opo”, alih bahasa Jawa dari “Ada Apa Denganmu”-nya Ariel Peterpen.
Didi Kempot dapat membuktikan bahwa karyanya dapat dinikmati oleh siapa pun, hal itu ditandai sejak namanya booming lagi pada awal tahun 2019. Berbagai kalangan masyarakat, tak terkecuali anak muda yang dia sebut dengan istilah “Sobat Ambyar”. Di balik kesuksesan pria berusia 53 tahun itu, ternyata terselip sebuah kisah yang sangat menyentuh. Hal ini berkaitan dengan nama “Kempot” yang menghiasi namanya.
Didi kempot merintis karier dalam dunia seni ini awalnya ngamen di jalanan. Dulu dia mengawali dengan mengamen di Solo, di Jogja, dan akhirnya dengan beberapa teman pengamen berangkat ke Jakarta. Di Jakarta, Didi dan teman-temannya tinggal di kawasan Slipi, Palmerah, Jakarta Selatan.
Kegiatan rutin keseharian mereka yakni mengamen di sekitaran Bundaran Slipi, dan trotoar-trotoar jalanan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Lantaran itu, terinspirasi nama Kempot sebagai branding yang melengkapi namanya. Kempot kepanjangan dari “Kelompok Pengamen Trotoar”.
Pria yang dikenal selalu berbusana Jawa itu terlahir dari keluarga seniman daerah yang sangat menjunjung nilai-nilai kebudayaan lokal. Maka kepiawaan Didi Kempot dalam menciptakan lagu memang tidak perlu diragukan lagi. Kakak pertamanya, Mamiek Prakoso (almarhum, meninggal 3 Agustus 2014), lebih dulu menembus dunia hiburan. Ia tergabung dalam kelompok Pelawak Srimulat.
Predikat seniman paling fenomenal yang konsisten dalam melestarikan budaya lokal itu sangat layak disematkan kepada penyanyi dan pencipta lirik campursari ini. Sejak merintis karier sebagai penyanyi profesional pada tahun 1999 lewat lagu Stasiun Balapan, Didi Kempot konsisten dengan genre musik campursari yang diusungnya. Tak terbilang sudah berapa banyak lagu-lagu hits berbahasa Jawa yang telah dia lahirkan.
Liriknya Mewakili Kisah Patah Hati
Jika dicermati, lagu-lagu Didi Kempot berkisah tentang orang-orang yang diombang-ambingkan dan dihempaskan cinta. Tentang mereka yang nelangsa sehabis diputus pacar. Tentang mereka yang susah melupakan mantan. Tentang mereka yang tak mudah merelakan. Tentang mereka yang menunggu tanpa kepastian. Tentang mereka yang pada akhirnya bisa mengikhlaskan.
Jika mau mengambil pembelajaran, sebenarnya lirik lagu-lagu ciptaan Didi Kempot menyampaikan pesan sederhana bahwa patah hati merupakan bagian dari kisah siklus kehidupan manusia dan tak ada salahnya jika dirayakan. “Patah hati”, dalam tanda petik yang bermakna lebih luas lagi, bukan sekadar derai air mata, rintihan yang menyayat hati, tetapi juga tentang bagaimana manusia dapat bertahan dan berdiri tegak untuk bangkit mencari solusinya, serta ikhlas menerima keadaan.
Hampir semua lirik lagu Didi Kempot mempunyai tingkat kegalauan yang luar biasa. Setiap kata adalah kesedihan, setiap bait adalah rintihan dan ratapan. Lirik lagu Didi Kempot menggambarkan dunia yang penuh diselimuti awan kelabu. Gambaran manifestasi manis pahitnya cinta tak ubahnya seperti sebilah belati yang bertubi-tubi menghujam di ulu hati.
Tidak hanya itu, sesuatu menarik lainnya dari lagu-lagu Didi Kempot ialah banyaknya penggunaan latar tempat yang digunakan sebagai latar kisah cerita sebuah lagu. Yakni, ada Stasiun Balapan, Pantai Klayar, Terminal Tirtonadi, sampai Tanjung Emas. Tempat-tempat itu mempunyai kisah masing-masing. Kiranya cukup menambah haru birunya kisah bagi seseorang yang barangkali mengalami seperti dikisahkan lagu.
Seperti cuplikan yang digambarkan dalam lagu “Suket Teki”, Didi Kempot berupaya mengajak seseorang bersikap realistis, dan tak banyak berharap bahwa segala kenangan indah pernah dijalani dapat terulang kembali.
Aku tak sing ngalah
Trimo mundur timbang loro ati
Tak oyako wong kowe wis lali
Ora bakal bali.
Jika dalam bahasa Indonesia, yakni :
Aku saja yang mengalah,
Lebih baik mundur daripada sakit hati,
Aku kejar pun kamu sudah lupa,
Tidak akan kembali.
Berbicara kesetiaan pada cuplikan lagu “Gusti Ora Sare”, seseorang sudah setia, ternyata si dia malah berbuat hal menyakitkan di belakang dirinya. Rasa sakit hati sudah pasti tak bisa ditepis. Namun, jangan terlarut dalam kekecewaan maupun kesedihan. Serahkan semuanya pada Tuhan.
Gusti ora sare,ngerti sa’akehe
Gusti ora sare ,ngerti sa’akehe
Sing salah aku opo kowe
Gusti ora sare,ngerti sa’kabehe
Jika dialihbahasakan dengan bahasa Indonesia, yakni :
Tuhan tidak tidur, mengerti semuanya
Tuhan tidak tidur, mengerti semuanya
Yang salah aku atau kamu
Tuhan tidak tidur, mengerti semuanya
Sedangkan jika dicermati dalam cuplikan lagu “Ambyar”, yaitu berbicara tentang janji. Jangan mudah terbius akan janji, kadang palsu adanya. Terdengar manis, janji itu justru beracun dan mengoyak hati bagi yang sudah terlanjur setia. Kesetiaan yang dibangun runtuh seketika. Ambyar!
Wes kebacut ambyar, ambyar kaya ngene
Manise janjimu jebule mung ono lambe
Wes kebacut ambyar, ambyar kaya ngene
Nengapa kowe tego nyikso aku kaya ngene
Jika dibahasaindonesiakan yakni :
Sudah terlanjur ambyar, ambyar seperti ini
Manis janjimu ternyata hanya di bibir
Sudah terlanjur ambyar, ambyar seperti ini
Tetapi mengapa kamu tega siksa aku seperti ini
Catatan:
ambyar : bercerai-berai
Jika sebelumnya Didi Kempot berpesan kepada kita, masyarakat Indonesia, lewat lagunya “Ojo Mudik” yang diunggah di YouTube pada tanggal 28 April 2020 terkait dengan pandemi Covid-19, tetapi kini beliau justru “Mudik” lebih dahulu ke haribaan Allah SWT.
Selamat jalan Didi Kempot, derai air mata mengucur deras dari #sobatambyar dan seluruh lapisan masyarakat mengiringi perjalananmu. Semoga engkau mendapat predikat husnul khatimah.
Dan sebagaimana doa disampaikan Teddy A. Permana, sahabat saya, dalam WA-nya pagi tadi, “Semoga karyamu sebagai amal jariyahmu. Aamiin….”
Luar biasa
Terima kasih atas apresiasi Anda.