Hari Puisi Nasional dirayakan setiap tanggal 28 April adalah bertepatan dengan peringatan hari wafatnya Chairil Anwar, penyair legendaris Indonesia. Hari ini, 72 tahun silam, ia menghadap Sang Pencipta dalam usia 27 tahun, yakni pada 28 April 1949. Lantaran jasa-jasanya di bidang sastra Indonesia, pria yang lahir di Medan pada 26 Juli 1922 itu dinobatkan sebagai Pelopor Angkatan 45.
Bagi kalangan guru, dosen, siswa, mahasiswa, sastrawan, maupun pemerhati bahasa dan sastra Indonesia, nama Chairil Anwar tentu sangat melekat di benak mereka. Chairil Anwar dikenal telah berhasil dengan gebrakan pembaruan, khususnya dalam karya puisi. Penggunaan bahasa, pandangan hidup, dan sikap hidup di antara ciri-ciri pembaruan Chairil Anwar.
Kiprah Chairil Anwar
Dilansir dari Kompas.com, 28 April 2020, ciri-ciri Angkatan 45 yang dipelopori Chairil Anwar secara garis besar yakni penghematan bahasa, kebebasan pribadi, individualisme, berpikir lebih kritis dan dinamis. Ia dikenal pencetus aliran baru di bidang sastra yang disebut aliran ekspresionisme, yaitu aliran seni yang menghendaki adanya kedekatan pada sumber asal pikiran dan keinsyafan.
Dalam karya puisi, Chairil Anwar meninggalkan kaidah dan ikatan lama seperti yang ada pada Pujangga Baru. Corak dan iklim baru dalam puisi ia kembangkan, kaidah-kaidah perpuisian yang ada sebelumnya ia tinggalkan. Chairil menghendaki perubahan bagi generasinya yaitu generasi sesudah perang untuk lebih dinamis dan bebas dari kungkungan.
Berbarengan saat itu bangsa Indonesia sedang di bawah kekuasaan Jepang yang tidak memberikan kebebasan berpikir dalam seni dan budaya. Chairil Anwar justru membuat suatu revolusi dalam bidang sastra, puisi-puisinya memberi nafas baru bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Ia sebagai pelopor aliran baru, aliran ekspresionisme.
Nama Chairil Anwar mulai populer saat ia menginjak usia 20 tahun, dan kiprahnya di bidang sastra, khususnya puisi, dimulai saat itu. Puisi-puisi yang ditulis sangat fenomenal lantaran berkaitan dengan sikap pemberontakan, individualism, dan vitalitasnya sebagai penyair. Hal ini, menjadikan puisi-puisinya bersifat multi-interpretasi.
*
Puisi ‘Aku’ adalah salah satu puisi ciptaan Chairil Anwar yang fenomenal, dan sebagai karya puisi terkemuka di Angkatan 45. Pada bulan Juli 1943 di Pusat Kebudayaan Jakarta puisi ‘Aku’ untuk pertama kali dibacakan.
Yuukk…, kita cermati puisi ‘Aku’ berikut ini :
Aku
(Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Foto source : Wikipedia
Wawasan baru,ternyata ada hari puisi segala.
Sebagai pemerhati bahasa Indonesia mesti wajib tahu.
Terima kasih.