Akhir-akhir ini tak sedikit warga negara asing yang belajar berbahaas Indonesia, baik dalam pengucapan maupun penulisan. Di lain pihak, tak sedikit pula di antara warga negara kita yang kurang peduli terhadap bahasa kita sendiri.
Hal itu diperparah pula, tidak sedikit di antara kita yang terkesan lebih bangga dengan pemakaian bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Bahkan, terkesan kurang bangga kalau dalam bertutur tidak menyisipkan kata-kata asing ke dalamnya. Barangkali agar terkesan mereka dinilai lebih terpelajar.
Memang tak ada ‘dosa’ dalam berbahasa lisan, katakanlah demikian, masih dapat ditoleransi. Yang dipentingkan antara penutur dengan mitra tuturnya ada kesepahaman komunikasi. Namun, tidak demikian dalam berbahasa tulis, kesalahan sekecil apa pun akan dengan mudah terlihat, apalagi bahasa dalam penulisan karya ilmiah.
Di samping itu, bahasa merupakan salah satu sarana yang penting, bukan hanya sebagai alat komunikasi untuk penyampaian pesan, tetapi bahasa juga harus menjadi pembentuk pola pikir dan pola tindak yang dapat membentuk karakter yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.
Peran HPBI Jawa Timur
Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) Jawa Timur adalah organisasi profesi dan mitra kerja pemerintah, khususnya Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, pembinaan, pengajaran, penelitian serta penyuluhan bahasa dan sastra Indonesia.
HPBI Jawa Timur didukung Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT) dan perguruan tinggi di Jawa Timur untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra. Selain itu, HPBI memberikan pemahaman mendasar tentang bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang digunakan dalam berbagai media.
Ketua Umum HPBI Jawa Timur Mulyono menuturkan bahwa peran HPBI adalah melakukan pembinaan bahasa Indonesia untuk meningkatkan sikap positif dan rasa bangga masyarakat, terutama generasi muda terhadap bahasa Indonesia.
Rendahnya rasa bangga generasi muda terhadap bahasa Indonesia, lanjutnya, dapat dilihat pada kemampuan mereka dalam berbahasa Indonesia pada forum-forum formal dan hasil penulisan karya ilmiah. Meski nilai yang diperoleh pada ujian nasional bagus, namun kenyaataan pada pembelajaran praktik berbahasa, baik berbicara maupun penulisan karya ilmiah masih jauh dari harapkan.
Penumbuhkembangan rasa bangga tersebut sangat penting bagi generasi muda agar bahasa Indonesia dapat memenuhi syarat sebagai bahasa internasional. Rasa bangga terhadap bahasa Indonesia tersebut dapat diamati dari sikap berbahasa penuturnya.
“Bahasa menciptakan budaya pluralis dan heterogen. Bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional dan media budaya belum sepenuhnya dipahami masyarakat,” tutur Kaprodi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unesa Surabaya saat rapat koordinasi pengurus di BBJT, Selasa (29/12/2020).
Lebih lanjut Mulyono menambahkan, anggota HPBI Jawa Timur tidak melulu orang-orang yang berprofesi di bidang kebahasaindonesiaan saja, berbagai profesi bisa menjadi anggota. Syaratnya asal ada minat dan peduli, serta menyadari tentang peran penting bahasa Indonesia.
“Berbagai kalangan bisa menjadi anggota HPBI, bisa guru, dosen, mahasiswa, budayawan, tokoh masyarakat, pejabat, wartawan, pengusaha, dan semua komponen masyarakat yang peduli dengan keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara,” pungkasnya.
Turut hadir dalam rapat koordinasi terbatas pengurus HPBI Jawa Timur yakni Kepala Dinas Sosial kabupaten Sidoarjo Dr. Tirto Adi, Kepala Kantor Bahasa Bangka Belitung Drs. Yani Paryono, M.Pd., Kepala SMA Tulungagung Dr. Sri Wahyuni, M.Pd., STKIP PGRI Pasuruan Mardiningsih, M.Pd., dan sejumlah pengurus lainnya.