Seri Kelima Gelar Pameran “Je_da” IAI Jawa Timur
“RE” pada “je_da” bukanlah sebuah pameran karya biasa, melainkan refleksi mendalam atas karya, pun dengan seorang arsitek itu sendiri. Sebuah karya adalah sebuah cerita. Dua Musim Architecture bercerita tentang proyek renovasi yang membawa cerita menarik, sebuah perjalanan introspektif untuk bercermin melalui karya pada gelar pameran seri kelima IAI Jawa Timur, di sekretariat Jalan Ngagel Jaya Utara 66 Surabaya (11/1/2025).
Ar Kamawardhana Heksa Putra, IAI., owner Dua Musim Architecture, menuturkan bahwa “RE” sering dimaknai sebagai “kembali” atau “ulang”. Dalam ranah arsitektur, “RE” sering melekat pada kata-kata seperti renovasi, redesain, revitalisasi, hingga revisi. Yakni, semua mengacu pada keterbaruan yang didasarkan pada peninjauan kembali kondisi tampak atau eksisting.
“Mengapa “RE” terjadi? Tak lain lantaran kemunduran fasilitas ruang, tidak normalnya fungsi pada sebuah bangunan, ketidakmampuan bangunan membaca zaman atau justru sebaliknya sebagai upaya untuk bernostalgia kembali,” tutur Kamawardhana Heksa Putra.
“RE” menjadi jalan mudah untuk masuk ke dalam perangkap ego arsitek yang memandang “RE” adalah sebuah kesempatan untuk menunjukkan superioritas kita atas bentuk, fasad, ruang, dan fungsi. Sehingga bukan “mengembalikan” kepada yang lebih positif tetapi “menambahkan” degradasi sebuah ruang dan bangunan, pungkasnya.
Dalam gelar pameran bertajuk je_da seri kelima, Kamawardhana Heksa Putra menampilkan tiga karya arsitektur dari proyek renovasi yang ditangani, yakni: “RE” 1 Parmuse, “RE” 2 Courtyard, dan “RE” 3 Rumah Atap, sebagai berikut:
“RE” 1 Parmuse
Parmuse adalah “RE” dengan keterbaruan yang mencermati pola bangunan eksisting. Eksisting memberikan inspirasi terbentuknya ide ruang-ruang yang berpori, ruang yang bernafas, ruang yang berje_da. Kuantitas ruang-ruang baru tetap berada dalam pada koridor “mengembalikan” kualitas ruang-ruang sebelumnya. “RE” 1 Parmuse atas kolaborasi Ar Kamawardhana Heksa Putra, IAI. (Principle Architect), Rizal Qunaini, S.Ars. (Architect), dan Farid Rachman, S.Ars. (Architect).
“RE” 2 Courtyard
Courtyard adalah “RE” dengan keterbaruan-keterbaruan yang melihat potensi besar pada lokasi (site) sebagai elemen yang sudah sangat cukup untuk menjadi sebuah point interest. Maka “RE” tidak perlu menjadi suatu bereksplorasi yang membabi buta, tetapi menjadi bentuk yang tidak berlebih. “RE” 2 Courtyard atas kolaborasi Ar Kamawardhana Heksa Putra, IAI. (Principle Architect), dan Rizal Qunaini, S.Ars. (Architect)
“RE” 3 Rumah Atap
Rumah Atap adalah “RE” dengan kemunduran nilai bangunan terjadi oleh “waktu” dan kebutuhan ruang yang terus berkembang. Maka “RE” harus menjadi sebuah proses transformasi bentuk yang mengejutkan dengan tetap menjunjung keterbaruan kembali ke arah positif. “RE” 3 Rumah Atap atas kolaborasi Ar Kamawardhana Heksa Putra, IAI. (Principle Architect), dan Rahayu Putri Pertiwi (Architect).
Pameran sebagai Refleksi Karya Sebuah Keniscayaan
Seorang arsitek perlu menggelar pameran sebagai refleksi atas karyanya untuk mengevaluasi perjalanan kreatif dan kontribusinya dalam dunia arsitektur. Pameran memberikan kesempatan bagi arsitek untuk merenungkan proses desain, tantangan, dan inovasi yang telah dilakukan, sekaligus menampilkan pencapaian kepada publik.
Melalui pameran, seorang arsitek dapat mengevaluasi kembali dampak karyanya terhadap lingkungan, masyarakat, dan estetika ruang, sekaligus memperoleh perspektif baru yang berharga melalui umpan balik dari audiens.
Selain itu, refleksi membantu memperkuat identitas profesional, memperbaiki pendekatan kerja, dan menciptakan inspirasi untuk proyek-proyek berikutnya. Pun menjadi medium untuk berkontribusi dalam diskusi arsitektur yang lebih luas, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman terhadap profesi ini.
Mengapa? Arsitek, merupakan profesi yang membutuhkan komitmen dan kesungguhan dalam menghayati peran, baik di kalangan arsitek sendiri maupun dalam konteks masyarakat luas. Dalam penghayatan itu, ada dialektika sirkuler antara aksi dan refleksi secara terus-menerus.
Maka, aksi dipraktikkan dalam kesibukan kerja dan karya keseharian, sedangkan refleksi berupa renungan atau kontemplasi dari yang sudah dilakukan. Apakah langkah ini sudah tepat? Apakah nilai-nilai yang bisa diambil? Apakah ada cara pandang berbeda? Dan lain sebagainya.
IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) Jawa Timur memberikan ruang kesempatan kepada para sejawat arsitek untuk mengelar pameran karya seri bulanan yang bertajuk “Jeda”, atau lebih tepatnya adalah je_da. Dalam sebuah kalimat misalnya, perlu ada je_da (baca: spasi, jarak, ruang) agar kalimat itu bisa dipahami dengan lebih baik.
Sebagaimana kutipan berikut dari buku Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade karya Dewi ‘Dee’ Lestari., “Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah la dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?”
Begitu pula dalam kerja, perlu “sejenak berhenti” untuk berefleksi dan merenungkan kembali apa yang sudah dikerjakan, mempertanyakan kembali apa yang sudah pernah dibuat, untuk menemukan makna yang lebih dalam serta proses desain yang lebih tajam.
Seorang arsitek perlu gelar pameran untuk memperkenalkan identitas dan gaya desain kepada publik, membangun reputasi, memperluas jaringan profesional, dan meningkatkan peluang bisnis dengan menarik perhatian klien baru serta merayakan pencapaian bersama tim.
Pun melalui pameran, arsitek dapat berkontribusi pada diskusi global tentang tren dan inovasi di dunia arsitektur, menginspirasi masyarakat tentang pentingnya arsitektur dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan berkelanjutan sekaligus memperkuat apresiasi terhadap profesinya.
Lebih dari 50 tamu undangan hadir pada acara pembukaan Pameran Seri Kelima Gelar Pameran “Je_da” IAI Jawa Timur, refleksi karya Biro Dua Musim Architecture. Tampak mereka ‘gayeng’ dalam mengikuti sesi diskusi. Acara terselenggara berkat kerja sama IAI Jawa Timur, 100% IAI Jatim, DTA, dan Je_da. Pameran akan berlangsung dari tanggal 11 – 18 Januari 2025.
Biarkan Foto Bicara
IAI Jawa Timur: RE, Keterbaruan untuk Kembali