Pagi ini (26/2/2020) usai gowes, buka-buka file foto di laptop, teringat saat gowes Minggu (8/12/2019), secara kebetulan melintas di Jalan Kembang Jepun âKya-Kyaâ Surabaya ada pementasan drama kolosal yang melakonkan âPertempuran Mulyorejoâ oleh Roodebrug Soerabaia. Pementasan terkait dengan pembukaan ujicoba Car Free Day oleh Disbudpar Pemkot Surabaya.
Sebenarnya sudah beberapa bulan berlalu kegiatan tersebut, namun kisahnya koq mengaduk-aduk ingatan untuk sekedar jadi sebuah tulisan. Kiranya satu apresiasi positif patut diberikan kepada komunitas Roodebrug Soerabaia.
Dengan pementasan âPertempuran Mulyorejoâ sebenarnya menyuguhkan pembelajaran sejarah kepada masyarakat Surabaya tentang kegigihan warga Mulyorejo Surabaya berjuang mempertahankan kemerdekaan melawan tentara Inggris.
âPertempuran Mulyorejoâ sebuah drama kolosal atau teatrikal mengisahkan tentang dua pejuang bernama Mulyono dan Sarirejo berasal dari desa Mulyorejo Surabaya pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan tahun 1945. Ketika itu, dua sosok pemberani tersebut menghadang pasukan legiun asing Inggris, Gurkha.
Keduanya gugur pada âPertempuran Mulyorejo.â Nama mereka berdua pun kemudian diabadikan sebagai nama kelurahan yang terletak di wilayah timur Kota Surabaya, Mulyorejo. Jasad mereka disemayamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Ngagel Surabaya
Kisah yang diperankan komunitas Roodebrug Soerabaia bersama warga Mulyorejo dapat menjadi inspirasi dan mampu membangkitkan memori kolektif warga masyarakat Surabaya, khususnya kaum muda, untuk bisa menghargai dan menghormarti jasa-jasa para pejuang Surabaya.
âBangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya,â sebagaimana kutipan dari sebagian isi pidato Ir. Soekarno pada Peringatan hari Pahlawan 10 November 1961.
Kiranya sudah saatnya kita mengingat, menghargai dan belajar dari tokoh-tokoh bangsa pada masa lalu untuk membangun generasi muda âemasâ Indonesia mendatang agar mampu berdiri dan duduk sejajar dengan bangsa-bangsa lain.