Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama

Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Share this :

Pertunjukan bertajuk “Ritual Negeri Celeng” garapan Dimar Dance Theater sukses memukau ratusan penonton yang memadati Gedung Kesenian Cak Durasim, Surabaya, pada Kamis (15/5/2025) malam. Pagelaran ini merupakan hasil kolaborasi kreatif antara Dimar Dance Theatre dengan Wisma Jerman, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur.

Mengusung konsep tari teater kontemporer, “Ritual Negeri Celeng” tampil sebagai suguhan yang segar dan berbeda di panggung seni pertunjukan. Sentuhan artistik yang dikombinasikan dengan pendekatan teatrikal menjadikan pertunjukan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyentuh sisi reflektif dan kritik sosial.

Judul “Ritual Negeri Celeng” sendiri mengandung makna simbolis yang kuat. Kata “ritus”, sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merujuk pada suatu tindakan atau rangkaian tindakan seremonial yang dilakukan secara tertata untuk menandai peristiwa penting. Dalam konteks pertunjukan ini, ritus dihadirkan sebagai bentuk ekspresi artistik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Sementara itu, frasa “Negeri Celeng” digunakan sebagai metafora yang menggambarkan sisi gelap dan bobroknya moral dalam kehidupan bermasyarakat. Celeng atau babi hutan kerap diasosiasikan dengan sifat rakus, kotor, liar, dan perusak. Lewat simbol ini, pertunjukan mengangkat isu-isu tentang kerakusan, penyimpangan, dan kehancuran tatanan sosial yang terjadi di tengah masyarakat.

Dengan pengemasan visual dan gerak tari serta dialog yang kuat, “Ritual Negeri Celeng” tak sekadar menjadi pertunjukan seni, tetapi juga menjadi cermin kritis dan menguliti terhadap realitas sosial yang tengah berlangsung. Penonton pun diajak untuk merenung, sekaligus mengapresiasi kekuatan pesan yang disampaikan melalui gerak tubuh maupun dialog.

Dian Bokir, salah satu pendiri Dimar Dance Theatre, menjelaskan bahwa dalam pertunjukan Ritus Negeri Celeng, pemilihan sosok celeng sebagai simbol utama dalam pertunjukan ini. Menurutnya, tokoh celeng itu biasanya menjadi bagian penari dari pertunjukan kesenian tradisional khas Jawa Timur “Jaranan”, yakni Penari Celeng.

“Memang kami angkat ulang lagi apa yang bisa kita pakai karya ini, sebagai penari ikut bermusik, berdialog dalam teater,” jelas Dian Bokir kepada sejumlah awak media.

Dalam pandangan masyarakat, lanjut Dian Bokir, celeng sering dianggap identik dengan sifat binatang yang rakus dan kotor. Namun, dalam pertunjukan ini, celeng dihadirkan dengan wajah yang berbeda, sebagai makhluk yang juga memiliki rasa dan harga diri. Pementasan ini ingin mengajak penonton, agar melihat lebih jauh bahwa sifat manusia belum tentu lebih baik dari hewan yang sering dicaci tersebut.

“Kami memang mengangkat dari sisi, kalau normalnya celeng itu hewan yang selalu kotor dan negatif, tapi di sini kami angkat, apa sih yang dirasakan celeng ketika banyak yang menganggap bahwa celeng merupakan hewan yang rakus dan kotor? Kenapa sih orang-orang memojokkan kaum-kaum kita itu? Sejatinya, tak sedikit dari manusia lebih rakus dan kotor sifatnya ketimbang hewan,” pungkas pria yang beristrikan perempuan Jerman.

Pada kesempatan yang sama, Managing Director Wisma Jerman Mike Neuber, mengatakan bahwa karya ini juga menjadi refleksi terhadap relasi manusia dan lingkungan melalui seni tari kontemporer yang menyampaikan pesan mendalam. Mengajak orang untuk introspeksi dan refleksi tentang sikap diri dan tindakan terhadap lingkungan dan sesama manusia.

“Tanpa mengurangi rasa hormat, pertunjukan ini memberikan pandangan kita sendiri. Lebih dari sekadar isu lingkungan, karya ini juga menyuarakan kritik sosial terhadap perilaku manusia modern yang sering lupa cara memperlakukan sesamanya, kata Mike Neuber.

Meskipun bukan program tahunan, kolaborasi antara Dimar Dance Theatre dan Wisma Jerman ini menandai perjalanan lintas budaya yang saling menghormati dan saling belajar. Pertunjukan ini juga merupakan bagian dari program budaya Wisma Jerman, yang berfungsi sebagai jembatan antarbangsa lewat bahasa seni, pungkas Mike Neuber.

Sanggar Dimar Dance Theatre didirikan oleh pasangan penari suami istri, yakni Dian Bokir asal Trenggalek, Jawa Timur, dengan Martina Feirtag yang berkebangsaan Jerman. Keduanya turut pula tampil dalam pementasan tersebut. Sebelum Ritus Negeri Celeng tampil, pementasan diawali dengan Tarian Brangjang Kawat yang dibawakan oleh siswa SMK Negeri 12 Surabaya.

Biarkan Foto Bicara
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama

Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama
Ritus Negeri Celeng: Usung Kritik Perilaku Manusia terhadap Lingkungan dan Sesama

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *