Dalam rangka memperingati HUT Ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia, Roode Brug Soerabaia membuat film pendek berjudul “Soempah Pregolan”. Pembuatan film pendek selain diperankan para anggota komunitas Roode Brug Soerabaia, juga didukung oleh CAK Kedung Klinter Surabaya dan siswa SMA Negeri 22 Surabaya, di ArtLab Loune Jalan Darmokali 14 Surabaya, Sabtu (10/8/2024).
Satrio Sudarso, Ketua Roode Brug Soerabaia yang sekaligus sebagai sutradara, menuturkan bahwa film pendek “Soempah Pregolan” diharapkan dapat membangkitkan memori kolektif masyarakat Indonesia, khususnya Surabaya, dalam konteks sejarah perjuangan kemerdekaan, menjelang pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945.
“Pertempuran ini merupakan salah satu momen krusial dalam sejarah Indonesia, di mana rakyat Indonesia berjuang melawan penjajahan Belanda dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945,” tuturnya.
Di samping sebagai sarana pendidikan sejarah, film ini mengajak penonton untuk mengingat kembali dan memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu, termasuk ketegangan dan perjuangan yang dihadapi oleh para pejuang kemerdekaan. Film ini diharapkan dapat membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air di kalangan masyarakat, terutama generasi muda, pungkasnya.
Sementara Maria Priscilla Chrysaningrum, siswi Kelas XII-5 SMA Negeri 22 Surabaya yang berperan sebagai laskar rakyat, mengatakan bahwa ia makin cinta mapel sejarah lantaran ikut terlibat langsung dalam konteks materi sejarah. Tak cuma melulu baca hitam putih di atas kertas, namun turut aksi nyata bakal lebih mengena ilmunya di hati.
“Itu yang saya suka dari kegiatan ini. Dengan teamwork, dan brain storming membuat saya salut, karena komunitas ini memang bisa mengajak anak muda untuk mencintai sejarah, ikut serta dalam kegiatan menyebarkan ilmu sejarah yang dikemas secara kreatif,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Wildan Sukma Ainurrochman, siswa Kelas XII SMA Negeri 22 Surabaya sebagai pemeran Dr. Soegiri, mengatakan bahwa ia merasa senang mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam pembuatan film pendek “Soempah Pregolan”. Baginya, ini merupakan satu pengalaman menarik, yakni belajar sejarah tidak sekadar dalam teks buku atau cerita guru.
Hal senada diungkapkan pula oleh Lusia Francine, siswa Kelas XII-6 SMA Negeri 22 Surabaya, meski perannya tak banyak dituntut untuk dialog, namun ia cukup puas dan bangga mendapatkan pengalaman akting dalam konteks cerita peristiwa sejarah. Belajar sejarah akan lebih mengena jika siswa diajak bermain peran, seperti yang dilakukan komunitas Roode Brug Soerabaia ini.
“Sinopsis “Soempah Pregolan”
Akhir Pertempuran Surabaya Fase Pertama tentara Inggris, pasukan Brigade 49 pimpinan Brigadier A.W.S. Mallaby, mengalami kekalahan dan nyaris tersapu bersih. Brigadier A.W.S. Mallaby pun tewas pada tanggal 30 Oktober 1945. Sementara pejuang dan rakyat merayakan kemenangan dengan teriak, “Merdeka, merdeka, merdeka!!!
Lantaran terbunuhnya Brigadier A.W.S. Mallaby, tentara Sekutu pimpinan Inggris menyebar pamflet ultimatum agar Arek-Arek Suroboyo menyerahkan berbagai senjata kepada tentara Sekutu. Jika tidak, akan ditembak ditempat.
Menghadapi situasi tersebut, pada tanggal 9 November 1945 malam di Jalan Pregolan 2-4 Surabaya, yakni Markas TKR dipakai tempat berkumpul para pimpinan laskar. Dengan perasaan tegang, menunggu pidato Gubernur Suryo untuk memberi keputusan terakhir pada pukul 23.00.
Sejak pukul 18.00 hingga pukul 21.00 para pimpinan berkumpul, atas prakarsa Soengkono, mereka bersepakat mempertahankan kemerdekaan dengan menandatangani SOEMPAH KEBOELATAN TEKAD, atau ada yang menyebut SOEMPAH PREGOLAN, yang isinya sebagai berikut :
Tetap Merdeka !
Kedaulatan Negara dan Bangsa Indonesia dilaporkan pada tanggal 17 Agustus 1945 akan kami pertahankan dengan soenggoeh-soenggoeh, penoeh tanggoeng djawab, ikhlas berkorban dengan tekad MERDEKA atau MATI !!!
Sekali merdeka tetap merdeka !
Sumpah tersebut dibacakan tiap baris dan diikuti oleh para peserta pimpinan laskar, di antaranya dari TKR Kota, PRI, BPRI, TKR Sidoarjo, TKR Laut, BRI, Polisi Istimewa, TKR Peladjar, PAU, BBM (Barisan Berani Mati), TKR Modjokerto, TKR Djombang, Pemuda Kalimantan, Sumatera, dan TKR lain yang mempunyai pasukan.
Dan setelah melakukan diskusi yang cukup panjang dengan seluruh elemen yang ada di Surabaya, Gubernur Soerjo mengumumkan melalui radio di Nirom, (Radio peninggalan Belanda) Embong Malang pada pukul 23.00. Keputusannya bahwa Surabaya akan melawan sampai titik darah penghabisan.
Tangkapan Mata Lensa
Behind The Scene Film Pendek “Soempah Pregolan”
Kru alisson.id & Mager Cinematic Bersama Sutradara