Polisi Istimewa adalah kesatuan khusus yang dibentuk pada zaman pendudukan Jepang. Gedung SMAK St. Louis 1 Surabaya semula bernama Broederschool. Saat pendudukan Jepang di Indonesia 1942, gedung ini direbut kemudian dijadikan markas Polisi Istimewa, berada di Jalan Coen Boulevard No. 7 Soerabaia. Untuk menghargai perjuangan kesatuan tersebut, nama jalan diubah menjadi Jalan M. Jasin Polisi Istimewa.
Terkait perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, gedung SMAK St. Louis 1 Surabaya mempunya sejarah panjang. Gedung yang dahulu bernama Broederschool itu merupakan markas Tokubetsu Kaisatsu Tai atau Polisi Istimewa, yang juga difungsikan sebagai asrama Keibodan sekaligus Sekolah Polisi Jepang Futsuka. Di gedung ini pula untuk pertama kalinya Bendera Merah Putih berkibar di Surabaya.
Satrio Sudarso, Ketua Roodebrug Soerabaia, menuturkan bahwa ada peristiwa bersejarah saat Republik Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya. Saat itu M.Jasin adalah Inspektur Tk.I serta pelatih kestuan militer Jepang lainnya. Saat Indonesia merdeka, informasi proklamasi sangat terbatas lantaran Jepang menyensor ketat siaran radio yang ada. Namun, M Jasin berhasil memperoleh berita tersebut melalui anak buahnya, Nainggolan, pada tanggal 18 Agustus 1945.
“Arus informasi pada masa itu tak semudah seperti saat ini. Jepang saat itu sangat ketat menyegel radio-radio yang menyiarkan berita tentang kemerdekaan Republik Indonesia,” tutur Satrio Sudarso usai pentas teatrikal, Rabu (17/8/2022.
Setelah mendengar berita tentang kemerdekaan, lanjutnya, Nainggolan dan rekannya Sugito nekat mengibarkan bendera Merah Putih. Pengibaran bendera mereka lakukan pada tanggal 19 Agustus 1945. Pihak Jepang mengetahui pengibaran bendera tersebut, seketika itu juga pimpinan pasukan Jepang murka dan langsung menempeleng dan memaki-maki Nainggolan dan Sugito.
“Dengan nada geram, pimpinan Jepang langsung memerintahkan menaikkan lagi bendera Jepang di balkon markas Tokubetsu Kaisatsu Tai tersebut,” lanjut dosen di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Masih menurut Satrio Sudarso, Nainggolan dan Sugito marah, merasa harga dirinya direndahkan. Mereka lantas menggerakkan sesama temannya, pasukan Polisi Istimewa yang berkebangsaan Indonesia, untuk merununkan kembali bendera Jepang. Beramai-ramai sambil mengacungkan senjata dan menggotong tangga, Nainggolan dan Sugito di bantu dua orang temannya naik tangga ke balkon kemudian mengganti bendera Jepang dengan bendera Merah Putih kembali.
“Bersamaan itu, para pemuda kampung Dinoyo pun menjaga sekitar tiang bendera. Melihat aksi ini, pihak Jepang tak berkutik dan hanya membiarkan aksi para pemuda tersebut. Saat itu Jepang sudah kalah perang, sudah menyerah, secara moral telah runtuh. Akhirnya bendera Merah Putih tetap berkibar di tempatnya,” tambahnya.
Lebih lanjut Satrio Sudarso menambahkan, usai peristiwa tersebut pemuda Dinoyo mengirim utusan untuk menghadap kepada M Jasin. Tujuannya agar Tokubetsu Keisatsu Tai menolak untuk dilucuti seperti yang terjadi pada PETA (Pasukan Pembela Tanah Air) dan kesatuan militer lainnya. Kemudian aat itu Inspektur Polisi Tk I M Jasin lantas mengundang beberapa anggotanya.
Adapun mereka yang diundang, yakni Pembantu Inspektur Polisi Tk I Soetarjo, Komandan Polisi Surip, Komandan Polisi Abidin, dan Komandan Polisi Musa. Mereka memutuskan untuk menahan petinggi Jepang Sindokan Takata dan Fuku Sindokan Nishimoto. Tak hanya itu, gudang senjata hingga kendaraan tempur milik Jepang juga dikuasai, tambahnya.
“Tanggal 21 Agustus 1945 apel dilaksanakan, dan dihadiri tak kurang dari 250 pasukan. Saat itu Nainggolan kembali mengibarkan Bendera Merah Putih. Waktu itu, M. Jasin langsung membacakan Proklamasi Polisi, yang notabene sebagai lahirnya pasukan baru bernama Polisi Republik Indonesia (Polri). Lalu, sejumlah pasukan Polri itu melakukan unjuk kekuatan dengan cara konvoi di Jalan Tunjungan,” tambah Satrio Sudarso.
Pentas teatrikal ini atas kerja sama Roodebrug Soerabaia, Muspika Kecamatan Tegalsari, dan SMAK St. Louis 1 Surabaya dalam rangka ‘Memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-77, Tahun 2022’. Selain gedung SMAK St. Louis merupakan bangunan cagar budaya, juga bersentuhan langsung dengan para siswa, kaum remaja millennial, mereka perlu mengetahui sejarah perjuangan bangsanya.
“Sejarah itu penting karena dapat menjadi pedoman, memori kolektif masyarakat dan pembelajaran dalam berbangsa dan bernegara. Selain itu, sejarah memberikan pencerahan nyata, bukan mitos dan sebagai penghubung masa lalu dan masa depan.” pungkas Satrio Sudarso
Pada kesempatan yang sama, Camat Tegalsari Buyung Hidayar Rachman, S.STP. menuturkan bahwa tujuan diadakan teatrikal kerja sama dengan komunitas Roodebrug Soerabaia, Muspika Kecamatan Tegalsari, dan SMAK St. Louis 1 Surabaya adalah untuk membangkitkan nilai kepahlawanan, spirit juang bagi Arek-Arek Suroboyo. Nilai-nilai ini harus kita perbaharui sehingga Arek-Arek Suroboyo tahu bahwa kotanya sangat penting bagi republik ini.
“Itu yang kita coba tularkan lewat atraksi kecil, sederhana semoga bisa mengena. Saya sangat senang dan bangga ketika adik-adik usia sekolah, SD, SMP, dan SMA sangat antusias melihat. Harapannya, dengan atraksi tadi bisa masuk ke benak mereka bahwa Surabaya adalah kota yang heroik,” tutur Camat Tegalsari Buyung Hidayat Rachman, S.STP.
Sementara itu Kapolsek Tegalsari AKP Achmad Rakhmatullah Dwi Nugroho, S.H., S.I.K., menjelaskan bahwa kegiatan ini sebagai ungkapan wujud syukur kita dalam rangka peringatan HUT RI Ke-77. Setelah upacara bendera diadakan momentum drama teatrikal kesejarahan. Yakni, Surabaya pertama kali menaikkan bendera Merah Putih berada di SMAK St. Louis 1 ini.
“Kita tata dari awal bagaimana proses prosesi drama teatrikal sampai dengan bendera Jepang diganti dengan bendera Merah Putih kembali. Pada intinya, jangan pernah lupa tentang sejarah, karena kita besar dan hidup hingga saat ini, menjadi manusia berguna, semua lahir dari sejarah para pahlawan kita pada tanggal 17 Agustus 1945,” pungkas pria yang lebih familiar dengan panggilan Dwi Nugoho.
Alhamdulillah…akhirnya saya tahu secara runtut dan jelas walau hanya melalui tetrikanya…tulisan yg mudah dimengerti disertai jepretan kamera ya bagus menambah senang membaca tulisan ini…terima kasih Pak Ali…ditunggu tulisan2 beeikutnya..salam merdeka
Bu Endang Sulistijorini,
Terima kasih atas apresiasi dan support Panjenengan.
Di Gedung SMAK St. Louis 1 ini terbentuknya Polri, dan pertama kali bendera Merah Putih dikibarkan di Surabaya pada 19/8/1945.
Sehat selalu bersama keluarga besar Panjenengan nggih, Bu.