Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan

Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan Dan Kewarasan
Share this :

Persembahan untuk Kaum Lansia
Lantaran usia hanyalah jumlah angka, maka jiwa mesti tetap punya cahaya.

Di sebuah sudut Pawon Gending Sari MERR, sekelompok ibu-ibu dan beberapa bapak duduk melingkar di meja yang disusun panjang. Mereka tertawa keras, berfoto-fotoria: baik selfie maupun wefie, kadang pula tampak seperti berdebat soal hal-hal yang mungin sepele, lalu saling melempar cerita tentang masa-masa kerja dulu. Suasana begitu tampak akrab dan hangat. Senin (12/5/2025) siang.

Mereka mantan guru-guru SMP Negeri 23 Surabaya. Sudah purna tugas dari dunia pendidikan, tak lagi berseragam, tak lagi rapat sampai sore, tak lagi dikejar deadline, yang puluhan tahun menyita waktu dan tenaga. Tetapi yang belum dan tak pernah usai adalah persahabatan. Dari merekalah, saya dan mungkin juga Anda, bisa belajar satu hal penting: temu kangen itu bukan sekadar ajang nostalgia, namun kebutuhan jiwa.

Bagi sebagian orang, masa pensiun terasa seperti melepas identitas. Dulu setiap pagi disibukkan dengan rutinitas, bertemu banyak orang, dihargai lantaran profesi bahkan jabatan. Setelahnya hari-hari berubah lengang, hari-hari seperti melambat. Di tengah keheningan itu, banyak orang merasa kehilangan, bukan hanya rutinitas, namun juga rasa dihargai, dibutuhkan, bahkan rasa tak punya teman.

Di sini, pentingnya bertemu kembali dengan teman lama, menyambung benang persahabatan yang selama ini terpisah oleh jarak dan waktu. Pun bukan sekadar untuk memorabilia, juga untuk menjaga kewarasan. Saya pernah mendengar seseorang berkata, “Teman lama itu seperti cermin masa lalu kita. Mereka tahu siapa kita dulu, dan mereka tetap berempati siapa kita sekarang.”

Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan sosial yang baik sangat penting untuk kesehatan mental dan daya ingat di usia lanjut. Pertemuan rutin semacam itu menyimpan kekuatan yang tak tampak. Obrolan ringan jadi semacam penyembuhan, hal-hal kecil bisa jadi semacam terapi. Dalam tawa bersama, ada energi baru yang tak tergantikan, dan pelukan hangat jadi penyemangat.

Pun jangan remehkan kekuatan ingatan masa lalu. Saat mereka bertemu dan mulai membuka lembaran cerita lama, otak ikut bekerja, memori terasah, dan bisa mengurangi risiko pikun atau demensia. Dan teman lama, mereka yang tahu bagaimana dulu kita berjuang, bagaimana kita tertawa dan mungkin kecewa, adalah harta yang terlalu berharga untuk dilupakan begitu saja.

Tentu, tidak semua orang mudah untuk diajak bertemu kembali. Kemauan, waktu, jarak, atau bahkan biaya mungkin, kadang jadi penghalang. Namun optimislah, satu pesan singkat, satu undangan sederhana, untuk kumpul ngopi bareng, atau makan bareng, bisa membuka pintu kehangatan yang sudah lama terkunci. Kadang kita hanya perlu dan rela untuk memulai.

Lantaran hidup bukan sekadar tentang masa lalu atau masa depan, namun juga tentang siapa yang kita pilih untuk tetap berbagi suka duka bersama di masa kini. Dan di usia purna tugas ini, tak ada yang lebih berarti daripada menjaga silaturahmi, yakni merawat ingatan: bertemu, bercerita, dan merasa tetap hidup.

Akhirnya, merawat momen-momen seperti itu bak merawat taman kecil di halaman rumah, dengan ketulusan, perhatian, dan kerelaan untuk datang kembali. Temu kangen bukan acara sesaat, melainkan ruang mesti terus tumbuh, tawa lama kembali bergema, dan persahabatan temukan napas barunya.

“Hidup yang baik tak diukur dari seberapa lama berteman, namun dari seberapa banyak hati yang pernah kita sentuh dan genggam erat, bahkan setelah semua itu selesai. Temu Kangen itu merawat ingatan, menjaga ikatan dan kewarasan.” (Ali Muchson)

Biarkan Foto Bicara
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan

Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan
Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan

You may also like

2 thoughts on “Temu Kangen: Merawat Ingatan, Menjaga Ikatan dan Kewarasan”

  1. Alhamdulillah semoga sehat selalu, saya ikut bangga dengan pak Ali Mucshon, karena saya ada dalam foto itu hehehe

    1. Aamiin, yaa robbal ‘aalamiin, Bu Kun Mariyati.
      Ya, seperti kata Pak Dr. Ikhsan, Kadiknas dulu, yang sekarang Sekkota Pemkot Surabaya, “Pak Ali itu menyenangkan orang dengan foto.”
      Matur nuwun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *