Berangkat dari sebuah pengalaman memang, saat beberapa waktu lalu saya diundang makan-makan di sebuah resto oleh salah seorang sahabat yang telah menamatkan studi profesinya di Surabaya, dan dia akan kembali ke daerah asalnya. Ya, semacam acara perpisahan atau farewell party kecil-kecilan, memang kami hanya berempat.
Saat menunggu menu pesanan disajikan sempat terpikir, dalam ruang yang tidak bisa dikatakan luas dengan tata meja kursi yang cenderung agak rapat apakah tidak berisiko terkait dengan protokol kesehatan ‘jaga jarak’?
Lantas saya lempar pandangan ke samping kiri, ke kanan, dan melongok melihat deretan meja agak jauh. Meski di atas meja ada sekat dari mika, beberapa tampak disingkirkan oleh tamu, mungkin mengganggu saat mereka sedang mengobrol dengan keluarga atau koleganya.
Maka, bagi yang pehobi makan di luar rumah mulailah waspada. Saat pandemi ini ditengarai makan di luar rumah memiliki risiko lebih tinggi tertular Covid-19 daripada naik transportasi umum atau potong rambut di salon, ungkap sebuah penelitian.
Dilansir dari antaranews.com, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyoroti risiko aktivitas saat seseorang tidak selalu bisa memakai masker dan mempraktikkan jarak sosial, seperti makan dan minum saat di restoran.
Untuk keperluan studi, para peneliti menganalisis informasi dari 314 orang dewasa yang dites Covid-19 di salah satu dari 11 fasilitas perawatan kesehatan di seluruh Amerika Serikat. Semua peserta mengaku mengalami beberapa gejala yang membuat mereka diuji. Sekitar setengah dari peserta ternyata positif Covid-19 sedangkan setengah lainnya negatif.
Para partisipan diwawancarai tentang aktivitas yang mereka lakukan selama 14 hari sebelum gejala muncul termasuk pergi ke toko, gym, kantor, salon, bar atau kedai kopi; menghadiri acara keagamaan, menggunakan transportasi umum atau makan di restoran.
Adapun hasilnya, secara keseluruhan, orang yang dites positif Covid-19 melaporkan dua kali lebih sering makan di restoran dalam 14 hari sebelum jatuh sakit daripada orang yang dites negatif.
Begitu para peneliti mengecualikan orang yang memiliki kontak dengan pasien Covid-19, mereka menemukan, partisipan yang positif hampir tiga kali lebih sering makan di restoran, dan hampir empat kali lebih sering pergi ke bar atau kedai kopi dibandingkan mereka yang dites negatif.
Tidak ada aktivitas lain dari survei yang dikaitkan dengan peningkatan risiko Covid-19. Para penulis mencatat, salah satu batasan dari penelitian mereka tidak membedakan antara makan di dalam dan di luar ruangan.
“Paparan dan aktivitas saat penggunaan masker dan jarak sosial sulit dipertahankan, termasuk pergi ke lokasi yang menawarkan makan dan minum di tempat, mungkin menjadi faktor risiko penting untuk infeksi SARS-CoV-2,” ungkap peneliti seperti dilansir Livescience, dikutip Sabtu, 12 September 2020.
Para pakar kesehatan merekomendasikan kiat untuk mengurangi risiko tertular Covid-19 saat makan di restoran, termasuk mengenakan masker saat tidak makan dan menjaga jarak 1,8 meter dari orang yang tidak tinggal bersama Anda. Duduk di luar jika memungkinkan, dan menelepon terlebih dahulu untuk menanyakan apakah semua staf di restoran mengenakan masker saat bekerja.
*
Nah, kondisi seperti sekarang ini, salah satu solusi barangkali memanfaatkan jasa layanan pesan antar makanan bagi orang-orang yang teguh berperilaku disiplin menjalani social distancing. Makan di luar rumah yang ramai dan berkerumun orang terasa sama saja seperti ‘merelakan diri’ untuk tertular Covid-19
Faktanya, praktik jasa layanan pesan antar hanya lewat satu orang saja, dan belum tentu juga pengantar merupakan orang yang terinfeksi. Jadi, kiranya risiko lebih kecil. Berbeda jika berhadapan dengan banyak orang, di tempat ramai, tentu risiko tertular akan lebih besar.