Idul Fitri atau Idulfitri, Mana Penulisan yang Baku?

Idul Fitri atau Idulfitri, Mana Penulisan yang Baku?
Share this :

Saling mengirim ucapan selamat di platform media sosial seperti whatsapp, facebook, instagram, telegram, dan lain-lain pada saat ada momen penting sudah menjadi tradisi masyarakat. Seperti terkait dengan momen keagamaan, yakni Idulfitri. Tak ketinggalan juga, bertebaran di media massa, baik cetak maupun elektronik yang menuliskan ucapan selamat dan bahkan mengulas hikmahnya.

Jika Anda cermati ucapan-ucapan selamat di media sosial maupun judul artikel di beberapa media massa tersebut menuliskan kata Idulfitri dengan ejaan Idul Fitri. Lantaran itu, untuk menyakinkan mana penulisan yang baku dan mana yang tidak baku, alisson mencoba membuka kamus di https://kbbi.web.id/, ketik idul fitri dalan kolom cari, entry tak ditemukan, yang muncul idulfitri.

Makna kata idulfitri (n) dalam KBBI adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama sebulan. Sedangkan secara bahasa, ucapan selamat lebaran yang benar atau baku adalah Selamat Idulfitri, tanpa diawali dengan tambahan Hari Raya, sehingga menghindari kerancuan penggunaan dan pemborosan kata.

Idulfitri ditulis dengan digabung karena kedua kata sebagai gabungan kata yang sudah padu sehingga penulisannya digabung. Hal ini sejalan dengan aturan PUEBI yang menyatakan bahwa gabungan kata yang sudah padu harus ditulis serangkai. Seperti halnya penulisan kata kacamata, kata kacamata penulisannya digabung padahal kata ini berasal dari dua kata yaitu kata kaca dan mata.

Ketidaktepatan Penggunaan Ucapan Minal Aidin wal Faizin

Pada umumnya, ucapan pelengkap Selamat Idulfitri yang kerap diucapkan oleh masyarakat di Indonesia adalah Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Jika ucapan minal aidzin wal faidzin dirangkai dengan ucapan mohon maaf lahir dan batin, maka maknanya menjadi kurang tepat jika digunakan sebagai pelengkap ucapan Selamat Idulfitri.

Dilansir dari laman resmi Nahdlatul Ulama (NU), berdasarkan sumber katanya, kalimat minal aidin wal faizin tak memiliki makna yang berkaitan dengan mohon maaf lahir dan batin. Tak ada korelasi pula antara kalimat minal aidin wal faizin dengan saling memaafkan. Minal aidin wal faizin bermakna ‘termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang’.

Masih dari sumber yang sama, ucapan tersebut bisa diperbaiki dan menjadi ucapan Idulfitri yang benar ketika dirangkai menjadi kalimat panjang yang utuh, yakni dilengkapi dengan kalimat : “Taqabbalallaahu minnaa wa minkum taqabbal yaa kariim, wa ja’alanaallaahu wa iyyaakum minal ‘aaidin wal faaiziin wal maqbuulin kullu ‘ammin wa antum bi khair.”

Arti kalimat tersebut secara bebas barangkali sebagai berikut : “Semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadan) kami dan kamu. Wahai Allah Yang Maha Mulia, terimalah, dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang, serta diterima (amal ibadah). Setiap tahun semoga kamu senantia dalam kebaikan.”

Sejatinya ucapan tersebut adalah doa, dan jika terlalu panjang, untuk melengkapi ucapan Selamat Idulfitri bisa tambah dengan Taqabbalallahu minnaa wa minkum. Sehingga menjadi “Selamat Idulfitri, Taqabbalallahu minnaa wa minkum”. Bagi seorang muslim yang mendapat ucapan tersebut hendaknya menjawab dengan “minna waminkum taqobbal yaa kariim, artinya, Ya, Allah Yang Maha Mulia terimalah amal kami dan kamu. Jika ditambah tahun, penulisan Hijriyah tidak disingkat H saja, akan rancu dengan singkatan unsur kimia.

*

Meski ucapan “Selamat Idulfiri, minal adin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.” lebih memasyarakat dan sudah umun diucapkan, sebenarnya adalah salah kaprah. Kesalahan secara masif yang dilakukan masyarakat dianggap sesuatu yang sudah benar, dan sudah membudaya. Hal ini, jika tidak dibetulkan akan menjadi kaprah.

Bolehlah, barangkali sebagian orang ada yang menganggap hal ini tidak penting, atau bahkan sepele. Namun, sebagai warga negara yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai media komunikasi, di samping bahasa pemersatu bangsa, maka menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu penting. Jika bukan kita, siapa yang akan melestarikan?

You may also like

6 thoughts on “Idul Fitri atau Idulfitri, Mana Penulisan yang Baku?”

  1. Avatar
    Endang Sulistijorini

    Terima kasih … Tulisan ini bermanfaat tepat waktunya…semoga berkah, kita dapat menulis ucapan idhulfitri dengan benar, alhamdulillah.

  2. Avatar
    Endang Setiawati

    Terima kasih atas penyegaran ilmu yang bermanfaat untuk saya dan penyampaian yang sangat tepat.
    Salam sehat.🙏👍

Leave a Reply to Ali Muchson Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *