Pesatnya perkembangan teknologi informasi membutuhkan kemampuan seseorang dapat memilih dan memilah informasi, serta dapat membedakan mana informasi yang berguna mana yang sampah, mana yang fakta mana yang dusta, atau berita bohong yang lebih dikenal juga dengan hoax.
Terutama bagi generasi muda milenial saat ini, tantangan mereka jauh lebih besar dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Hal ini dimungkinkan karena mereka belum betul-betul tamat kemampuannya untuk literasi baca tulis, sekarang harus lagi menghadapi tantangan literasi digital.
Acapkali banyak orang menganggap sederhana arti dari literasi, yakni sekedar kegiatan baca tulis. Sebenarnya arti literasi bukan hanya sekadar membaca atau kemampuan menulis belaka, literasi adalah juga kemampuan menyerap informasi dan mengolahnya sehingga berguna bagi kehidupan seseorang.
Tantangan literasi saat ini bukan pada minat bacanya yang kurang melainkan akses terhadap bahan bacaan yang yang terbatas, terutama di daerah-daerah pelosok yang sangat sulit dijangkau. Namun di sisi lain, harus diakui sekarang makin lama makin sulit membuat orang mau tertarik kembali membaca buku karena begitu banyak alasan, salah satunya karena gadget.
Bagaimana cara untuk membuat orang, terutama kaum muda milenial, agar tumbuh kecintaan mereka pada kegiatan literasi harus dicari trik cara yang tepat dan paling mudah sekarang, yakni dengan berusaha mendekatkan membaca lewat hal-hal yang mereka memang lakoni sehari-hari lewat digital.
Adaptasi Lewat Literasi Digital
Literasi digital adalah ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat, dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif.
Sedangkan arti literasi digital menurut Bawden (2001) sebagai keterampilan teknis dalam mengakses, memahami, merangkai dan menyebarluaskan informasi. Di era generasi milenial dan era industri 4.0 seperti sekarang, hal semacam ini sangat akrab sekali. tidak hanya akrab, tetapi sudah menjadi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui literasi informasi digital, seseorang dapat mengasah sifat-sifat seperti ketahanan, ketekunan, dan keyakinan diri. Dengan pengembangan tersebut, seseorang juga dapat mengembangkan dorongan dalam diri untuk terus belajar yang lama-kelamaan menjadi gaya hidup.
Mengapa literasi digital penting dalam lingkungan belajar? Tak lain adalah karena literasi digital memampukan peserta didik untuk bergerak sesuai perkembangan zaman. Literasi digital mendorong penguasaan teknologi informasi. Hal ini akan sangat bermanfaat bekal kehidupan mereka di masa depan.
Medsos dan Game Online Jadi Penggoda
Meski banyak pengetahuan juga bisa diperoleh lewat gadget dan internet namun banyak peserta didik yang lebih tergoda untuk mencari hiburan di dunia online, dengan bermedsos dan bermain game. Hal ini menyebabkan minat untuk kegiatan literasi rendah. Bahkan, ada kecenderungan kaum muda milenial tidak suka membaca. Godaan bermain game dan bermain medsos terasa sekali.
Hal ini didukung oleh penelitian internasional dari Unesco bahwa minat baca anak Indonesia hanya 0.01 persen. Yakni hanya satu orang dari 10.000 orang Indonesia yang hobi membaca. Justru berbanding terbalik dengan jumlah anak muda yang aktif menggunakan internet, khususnya dalam media sosial.
Essentian Insights into Internet, Social Media, Mobile and E-Cmmerce Use Around the World (2018) menyimpulkan bahwa dari total populas Indonesia sebanyak 265,4 juta jiwa, pengguna aktif media sosial mencapai 130 juta dan didominasi generasi milenial. Tragisnya, intensitas pemanfaatan internet untuk mengakses media sosial jauh lebih besar ketimbang mengakses bahan bacaan.
*
Maka, problem minat baca tidak bisa dianggap remeh, terlebih di kalangan generasi muda milenial. Rendahnya pengetahuan dan wawasan akibat minat baca yang rendah berbanding lurus dengan tingkat partisipasi mereka dalam membangun bangsa di masa depan. Sebab itu, perlu sejumlah upaya untuk meningkatkan minat literasi mereka.
Lingkungan terdekat untuk memulai yakni dari keluarga. Rumah adalah sekolah yang pertama dan utama, orangtua adalah gurunya. Karena itu, dari kedua orangtua anak mula-mula menerima pendidikan. Sayang, selama ini masih ada sebagian orangtua tidak memberi perhatian lebih pada literasi baca tulis anaknya. Padahal membaca sebagai literasi sangat esensial untuk masa depan anak.
Adapun langkah kecil yang dapat ditanamkan yakni dengan membaca buku dongeng dan lain-lain serta membuatkan rak untuk buku-buku menarik di rumah. Sehingga hal itu akan menciptakan atmosfir cinta baca. Maka, dengan langkah sederhana itu kiranya mampu membiasakan anak bergaul akrab dengan buku dan berliterasi.