Mancal nang Lumpur Lapindo

Mancal nang Lumpur Lapindo
Share this :

Bersepeda menyisir jalanan Kota Surabaya serasa kehabisan rute dan track menarik. Jika, ke utara Dermaga Perak atau Suramadu, ke timur Mangrove Wonorejo atau Mangrove Gunung Anyar, ke selatan Taman Bungkul atau Masjid Al Akbar, dan ke arah barat di kawasan Graha Family atau kawasan CitraLand.

Apalagi saat ini pandemi COVID-19 belum ada tanda mereda, memilih rure bersepeda perlu mempertimbangkan untuk menghindari kerumunan orang. Tempat-tempat yang jauh dari hiruk pikuk keramaian adalah salah satu rute alternatif agar tidak tertular virus corona.

Berniat mencari suasana dan rute baru, dan tak jauh-jauh pula dari Kota Surabaya, kami bertiga : Udanto Wahyu, Bagus Yusuf W, dan saya, sepakat Mancal nang Lumpur Lapindo, Porong – Sidoarjo. Jarak dari meeting point ke Lumpur Lapindo kisaran 36 km. Hitung-hitung sekaligus napak tilas seperti apa Lumpur Lapindo setelah 14 tahun silam saat pertama kali menyembur.

Mancal nang Lumpur Lapindo
Mancal nang Lumpur Lapindo
Panorama Lumpur Lapindo

Tragedi menyemburnya Lumpur Lapindo terjadi 14 tahun yang lalu, tepatnya 29 Mei 2006, kini lokasi tersebut menjadi salah satu destinasi wisata. Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan.

Lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan permukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi.

Mancal nang Lumpur Lapindo
Mancal nang Lumpur Lapindo
Sebagian kawasan yang terdampak luapan Lumpur Lapindo.

Destinasi Wisata

Seiring berjalannya waktu, semburan Lumpur Lapindo kini menjadi objek pariwisata yang tidak kalah menarik dengan objek pariwisata yang lainnya. Dengan lokasi strategis di pinggir jalan raya, Lumpur Lapindo menjadi objek wisata yang cukup diminati oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing, termasuk para pesepeda –Mancal nang Lumpur Lapindo.

Terlihat sepanjang mata memandang hamparan lumpur yang sebagian telah mengeras. Tampak pula dari kejauhan asap-asap seperti kabut yang berasal dari pusat semburan lumpur. Panorama itu yang menjadi objek wisata sangat menarik untuk dikunjungi karena menyuguhkan spot-spot yang unik untuk dibadikan melalui sebuah foto.

Mancal nang Lumpur Lapindo
Mancal nang Lumpur Lapindo
Instalasi pipa pembuangan lumpur ke Kali Porong.

Masuk ke area Lumpur Lapindo pengunjung dikenakan retribusi Rp5.000,00 per orang, ditambah biaya parkir kendaraan bermotor. Retribusi ini konon dikelola oleh warga sekitar. Pengunjung yang ingin keliling mendekati pusat semburan lumpur berada di tengah area, bisa menggunakan jasa ojek dengan biaya tambahan kisaran Rp25.000,00 – Rp50.000,00. Bagi pesepeda bisa menyusuri area dengan melintas di atas tanggul.

Mancal nang Lumpur Lapindo
Kali Porong, tempat pembuangan sebagian lumpur.

Tips Bersepeda Jarak Jauh

Maraknya orang bersepeda saat ini, entah sebagai sarana olahraga, hobi, gaya hidup, atau hanya sekedar mengikuti tren baru bersepeda di tengah pandemi, harapannya agar hidup lebih sehat. Bersepeda ke kantor, ke kampus, ke sekolah, bersepeda malam hari, atau bersepeda jarah jauh sudah menjadi tren yang dilakukan sebagian masyarakat.

Untuk bersepeda dengan jarak jauh, ketahanan menempuh jarak dalam bersepeda ditentukan oleh strategi dan perencanaan, bukan hanya kebugaran semata. Untuk itu, maka dibutuhkan persiapan yang matang agar pesepeda tidak mengalami cepat merasa lelah saat perjalanan belum sampai di tempat yang dituju.

Mengutip jawapos.com , (dari laman Bicycling), Alex Stieda, orang Amerika Utara pertama yang mengenakan jersey kuning Tour de France bersama tim 7-Eleven pada 1986, menawarkan tips untuk bersepeda jarak jauh agar bisa tetap bugar dan tidak mudah.

Mancal nang Lumpur Lapindo
Salah satu spot yang bisa digunakan bagi yang suka berfoto.

Apa saja rangkuman tips yang ditawarkan Stieda jika ingin tetap bugar saat bersepeda dalam jarak tempuh yang jauh? Berikut yang perlu diperhatikan :

Perhatikan Cara Mengayuh Pedal
Agar tetap bugar dan kuat saat bersepeda, sebaiknya mengayuh pedal dengan pilihan gigi yang efisien, yang sesuai dengan kondisi track atau jalan. Kapan harus berpindah gigi depan dan belakang sehingga seimbang dan nyaman bersepeda.

Makan dan Minum Cukup
Saat bersepeda, nutrisi dan hidrasi adalah kunci untuk mempertahankan tenaga. Stieda mengatakan minum sekitar satu botol per jam akan memperbaiki tenaga. Air adalah yang paling penting. Makan camilan, konsistensi sepanjang hari sangat penting. Jika bersepeda lebih dari dua jam, rencanakan pemberhentian untuk mengisi ulang botol dan camilan.

Bagi Rute
Jika perjalanan panjang masih terasa berat, bagilah jarak menjadi beberapa etape yang kurang lebih sama. Etape pertama seharusnya terasa mudah. Etape kedua dan seterusnya, mulai merasakan otot bekerja. Selain itu, perhatikan hembusan angin. Jika memulai dengan angin kencang dan saat bersepeda dalam sebuah kelompok, tetap bersatu untuk melindungi yang lain.

Mancal nang Lumpur Lapindo
Pesepeda dapat mengelilingi area lumpur dengan menyusuri jalan di atas tanggul.

Bawa Perlengkapan Toolkit
Siapkan perlengkapan yang dibutuhkan, baik perlengkapan pribadi maupun sepeda. Minimal, bawa perlengkapan untuk memperbaiki sepeda jika terjadi masalah di jalan. Kemudian bawa ponsel, kartu identitas, dan uang tunai. Perlengkapan adalah penting dalam bersepeda, terutama bagi yang menyukai rute menantang seperti pegunungan.

Hindari Rasa Nyeri
Rasa nyeri bisa muncul selama perjalanan panjang. Bisa terjadi pada tangan, kaki, atau punggung. Ubah posisi tangan secara berkala, jaga ibu jari melilit pada bar atau tuas rem untuk keamanan.
Untuk meringankan leher dan bahu, angkat bahu selama 5 hingga 10 detik. Berdirilah dan jatuhkan satu pedal agar kaki lurus. Biarkan tumit berada di bawah pedal. Tahan selama 20 detik, lalu ganti kaki.

Mancal nang Lumpur Lapindo
Total mancal pedal.

*

Satu saran, jika Anda ingin berkunjung ke Lumpur Lapindo bahwa waktu terbaik adalah pagi sekali untuk menunggu sunrise atau sore hari menikmati sunset. Apabila kesiangan atau tengan hari, semburan asap seperti kabut sehingga membuat panorama di sekitar lumpur kurang bagus.

You may also like

4 thoughts on “Mancal nang Lumpur Lapindo”

  1. Salut Caaak, sudah memulai feedback Kacang Ora Ninggal Lanjaran. Napak tilas peradaban menyusur jalanan dengan sarana sepeda sebagai alat transportasi utama masa lalu. Wani Mancal berarti berani menempuh tantangan sekaligus sbg tadabur alam menyukuri karunia Allah. Salam Mancal Sehat Tadabur Alam Cak Aliiiiiii………..

    1. Alhamdulillah, beresepeda, memotret, dan kontemplasi dengan alam adalah salah satu jalan menuju zikrullah.Di samping bonusnya insyaallah sehat jasmani dan rohani. Semoga Panjenengan dan keluarga besar sehat selalu. Aamiin….

      Matur suwun.

Leave a Reply to Suyono Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *