Mengulik Rumah Jujugan “Om Gimin”, Nama Samaran Bung Tomo, di Kampung Kedung Klinter IV Surabaya

  • EDUKASI
Mengulik Rumah Jujugan “Om Gimin”, Nama Samaran Bung Tomo di Kampung Kedung Klinter IV Surabaya
Share this :

Bermaksud turut ‘nguri-uri’ atau melestarikan dan menjaga memori kolektif masyarakat tentang peristiwa bersejarah tak hilang, dalam rangka memperingati HUT Ke-78 RI, Roode Brug Soerabaia membuat short film reka ulang tentang Detik-Detik Menjelang Pembacaan Proklamasi di kediaman Budiono (73) di Jalan Kedung Klinter IV/69-71 Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/8) siang.

Ketika saya memasuki pekarangan rumah berasa merasakan atmosfer yang khas, sejuk dan tenang. Meski di dalam perkampungan, rumah ini memiliki pekarangan luas, pohon mangga yang rindang dan tetanaman lain memberikan ruang yang cukup untuk beraktivitas dan bersantai. Interior sederhana dengan furnitur kayu dan dekoratif yang mengingatkan pada masa lalu. Rumah yang menyimpan sejarah di dalamnya.

Atas bantuan Siswadi Martaudji “Caksiscuk” (64), pegiat Community of Arek Kedung Klinter, Roode Brug Soerabaia mendapatkan fasilitas di rumah kediaman Budiono tersebut sebagai tempat reka ulang pembuatan short film. Rumah yang dulunya sebagai tempat ‘jujugan’ atau singgahan ‘Om Gimin’, yang tak lain adalah nama samaran Soetomo, atau Bung Tomo.

Mengulik Rumah Jujugan “Om Gimin”, Nama Samaran Bung Tomo di Kampung Kedung Klinter IV Surabaya
Rumah kediaman Budiono, Jalan Kedung Klinter IV/69-71 Surabaya
Mengulik Rumah Jujugan “Om Gimin”, Nama Samaran Bung Tomo di Kampung Kedung Klinter IV Surabaya
Dari kiri ke kanan ” Abah Siswadi Martaudji dan Budiono

“Dia tidak mau dipanggil dengan panggilan Bung Tomo,” tutur Budiono saat mengawali cerita berdasar dari cerita sang ayah, Sumadji, tentang keberadaan rumah yang terkait dengan Bung Tomo.

Rumah ini, lanjut Budiono, dibangun pada tahun 1928, masih berbentuk gedek atau anyaman bambu. Gedeg guling, yang kemudian dilepo sedikit-sedikit. Baru sekitar tahun 1960 an, dinding gedek diganti batu bata tetapi tidak penuh. Hanya bagian bawah, lantas baru tahun 1975 diganti dengan tembok bata semua.

Menurut ayah, rumah ini seolah-olah seperti markas kecil untuk mengendalikan perjuangan. Untuk mengatur dan mengendalikan perjuangan di rumah ini. Bahkan, di sini sebagai markasnya Partai Rakyat Indonesia (PRI) dengan lambang kelapa pada Pemilu Pertama tahun 1955, lanjutnya.

“ Jadi, ketika pembuatan tanda gambar, baik besar atau kecil dari kertas itu di sini semua. Gambar-gambar pantai, baik yang besar-besar maupun kertas kecil-kecil dari kertas itu dibuat di rumah ini, tambah Budiono.

Mengulik Rumah Jujugan “Om Gimin”, Nama Samaran Bung Tomo di Kampung Kedung Klinter IV Surabaya
Reka ulang : Chudanco Latif keluar dari kamar Bung Karno, dari belakang Bung Karno dan Bung Hatta berjalan
Mengulik Rumah Jujugan “Om Gimin”, Nama Samaran Bung Tomo di Kampung Kedung Klinter IV Surabaya
Reka ulang :Chunancho Latif menyilakan Bung karno membacakan Teks Proklamasi

Budiono menambahkan bahwa almarhum ayahnya, Sumadji, adalah Veteran Golongan A. Kaitannya dengan Bung Tomo, ayahnya adalah Komandan Badan Pembrontakan Indonesia Republik Indonesia (BPRI). BPRI ini yang mengkoordinir tukang becak, sais-saisnya dokar, dan lainnya. Pokoknya, dari masyarakat golongan kecil, atau golongan bawah.

Hubungan antara ‘Om Gimin’, nama samaran Bung Tomo dengan Sumadji tidak ada hubungan darah, namun sudah seperti saudara sendiri. Terutama dengan adik laki-laki ipar Sumadji, yakni Asmanu, yang terakhir rumahnya di jalan Sindoro. Asmanu adalah Ketua Angkatan ’45, Bung Tomo sangat erat dengannya. Seolah-olah merupakan sebagai ajudannya, tambahnya.

Masih menurut Budiono, rumah ini sebagai rumah jujugan ‘Om Gimin’ untuk rundingan dengan teman-teman seperjuangan dalam membuat rencana, mengatur strategi maupun mengendalikan perjuangan di rumah ini. Kemudian siaran yang bersifat informasi ataupun propaganda di Jalan Mawar, siaran di Radio Bekupon.

Kalau Bung Tomo menginap, ya di sini, di kamar depan ini. Kamar yang saat ini saya tempati. Dulu, pintunya menghadap ke selatan, kemudian diubah menghadap ke barat,” jelas Budiono sambil menunjuk ke arah kamar.

Mengulik Rumah Jujugan “Om Gimin”, Nama Samaran Bung Tomo di Kampung Kedung Klinter IV Surabaya
Reka ulang : Bung Karno membacakan Teks Proklamasi
Reka ulang : Barisan pemuda dan pemudi siaga

Bung Tomo mulai bergerilya melalui radio perjuangan yang dikenal dengan Radio Pemberontakan. Bekerja sama dengan RRI Surabaya, tiap Rabu dan Minggu malam ia mengobarkan semangat Arek-Arek Suroboyo agar berani melawan tentara Sekutu. Contoh Radio Bekupon bisa dilihat di Jalan Kombes Pol M. Duryat, menjadi saksi bisu perjuangan, pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Satrio Sudarso, pegiat Roode Brug Soerabaia, menuturkan bahwa produksi film pendek bertema “Detik Detik Menjelang Pembacaan Proklamasi” bertujuan untuk mendokumentasikan kenyataan dalam peristiwa maha penting dalam sejarah Kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

“Jenis genre film adalah film dokumenter, sedangkan yang disajikan adalah laporan perjalanan dan sejarah. Pembuatan film atas kerja sama dengan Communiti of Arek Kedung Klinter dan Karang Taruna ‘Spider’ dari Karang Tembok Surabaya, dan Mager Cinematic sebagai tim videographer,” tambahnya.

Melalui produksi short film atau film pendek ini agar dapat disajikan dan ditonton melalui platform YouTube dan Instagram dengan penayangan tepat pada Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-78 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2023, pungkas Satrio Sudarso.

Mengulik Rumah Jujugan “Om Gimin”, Nama Samaran Bung Tomo di Kampung Kedung Klinter IV Surabaya
Reka ulang :Pengibaran bendera Merah Putih usai pembacaan Teks Proklamasi diiring lagu kebangsaan Indonesia Raya
Mengulik Rumah Jujugan “Om Gimin”, Nama Samaran Bung Tomo di Kampung Kedung Klinter IV Surabaya
Reka ulang :Pengibaran bendera Merah Putih usai pembacaan Teks Proklamasi diiring lagu kebangsaan Indonesia Raya

*

Keberadaan rumah bersejarah menjadi saksi bisu dari sebuah kisah yang telah terpendam oleh waktu, sebagai penanda pada masa lalu. Ia dapat menceritakan fakta kisah tentang sejarah perjuangan melalui tutur para saksi yang masih ada. Seperti halnya, rumah Budiono di Kedung Klinter IV/69-71 Surabaya, semoga tak hilang dari memori kolektif masyarakat, khususnya Surabaya.

Oleh sebab itu, adanya perhatian khusus melalui upaya kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat, rumah-rumah bersejarah dapat tetap bertahan dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi generasi saat ini dan mendatang. Keberadaan mereka adalah kekayaan yang tidak ternilai, dan harus dijaga agar dapat terus menjadi saksi bisu dari sejarah perjuangan bangsa.

Mengulik Rumah Jujugan “Om Gimin”, Nama Samaran Bung Tomo di Kampung Kedung Klinter IV Surabaya
Foto bersama para pendukung pembuatan film
Mengulik Rumah Jujugan “Om Gimin”, Nama Samaran Bung Tomo di Kampung Kedung Klinter IV Surabaya
Sylvi Mutiara dan Siswadi Martaudji
Mengulik Rumah Jujugan “Om Gimin”, Nama Samaran Bung Tomo di Kampung Kedung Klinter IV Surabaya
Foto bersama para pendukung pembuatan film

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *