Ning Surabaya 2019 Jennifer Goldie (23), menuturkan kekagumannya saat menyaksikan secara langsung perayaan Imlek di Kampung Pecinan Tambak Bayan, Sabtu (25/1/2020). Ia mengaku kagum dengan kemeriahan Imlek di kampung ini.
“Tahun ini aku harus menyempatkan diri ke sini, pengalaman menarik ketika melihat barongsai masuk ke rumah,â ujar Goldie yang juga keturunan Tionghoa
Lanjutnya, yang biasa dilihat barongsai tidak pernah masuk ke rumah. Kalau pun ada, itu kalau pas ada acara. Di Tambak Bayan barongsai bisa masuk ke rumah dan bisa berinteraksi. Itu yang ditunggu setiap tahunnya.
Sementara itu salah satu warga, Suseno, menceritakan bahwa Kampung Tambak Bayan dahulu merupakan tempat kandang kuda yang luas. Saat zaman kolonial Belanda dibangun petak-petak untuk disewakan. Penghuni kampung ini 90 persen warga keturunan Tionghoa.
“Ini dulu kadang kuda. Makanya samping kanan kirinya itu ukurannya sama, 4×5 meter. Dulu sebagai kadang kuda. Yang di tengah besar itu ditempati mantir dan pemiliknya. Saat ini 90 persen dihuni warga keturunan. Ada sekitar 5 KK keturunan Jawa,” tambahnya
Meriahnya penampilan yang disuguhkan di gang lebar, Kampung Tambak Bayan terasa hangat di dalam gang sempit. Setiap rumah membukakan pintu. Siapa pun bisa berkunjung ke rumah warga, orang asing sekali pun.
Selain menampilkan berbagai kesenian tradisional masyarakat Tionghoa, perayaan Imlek juga dimanfaatkan sesama warga untuk bersilaturahmi serta berbagi. Layaknya idul fitri.
Momen Imlek dimanfaatkan warga untuk saling berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lain. Yang muda mengunjungi yang tua, ada bagi-bagi angpao. Warga yang hidupnya sudah mapan biasanya memberikan angpao kepada warga lain.
Kiranya patut sebagai catatan penting, keberadaan Kampung Pecinan Tambak Bayan sebagai potret keteladanan nilai-nilai toleransi. Selama ini warga kampung, baik yang beretnis Tionghoa, Jawa, dan lainnya hidup berdampingan dengan damai.
