Senyampang ada keperluan di Jakarta, salah satunya membersamai Yayasan Spirit of Ummah Jakarta rapat koordinasi pada 11 Oktober tentang Masjid Jamik Minangkabau di kediaman pribadi Pak JK, dua hari berikutnya saya bergeser ke Kota Purwokerto. Kebetulan âanak lanangâ ada kegiatan di sana, jadi sekalian sambang dia. Kesempatan stay satu minggu, selain kulineran, salah satunya sempat hunting foto di Terowongan Kebasen.
Terowongan merupakan sarana perlintasan penting bagi infrastruktur perkeretaapian. Hal ini dibutuhkan bila menyangkut jalur kereta api lintas perbukitan atau pegunungan yang cukup terjal. Dalam kontur medan demikian, sulit rel kereta dibuat menanjak. Meski mungkin ada solusi dalam bentuk rel gerigi, namun tentu memperlambat laju kereta. Itu pentingnya terowongan.
Salah satu terowongan di jalur kereta api lintas pegunungan yang ada di Indonesia ialah Terowongan Kebasen, terowongan ini berada di Jalur KA Cirebon – Kroya. Terowongan Double Track Kebasen tersebut menembus Bukit Brojol yang berada di Desa Gambarsari, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
Lokasi Terowongan Kebasen berada di antara Stasiun Kebasen dan Jembatan Sungai Serayu. Jika dari arah Kroya posisi terowongan itu setelah Stasiun Kroya, sedangkan jika dari arah sebaliknya yakni Cirebon atau Tegal posisinya setelah menyeberangi Sungai Serayu. Terowongan ini dikerjakan dalam 755 Hari Kalender, mulai 7 Desember 2016 hingga 31 Desember 2018.
Dilansir dari Wikipedia, di Kebasen terdapat dua terowongan, yaitu terowongan lama yang berada pada jalur tunggal dan terowongan baru yang berada pada jalur ganda. Terowongan lama dibangun pada tahun 1915 oleh Staatsspoorwege (SS). Panjangnya hanya 79 meter dan mulai beroperasi tanggal 1 Juli 1916, bersamaan dengan pembukaan segmen Patuguran â Kroya.
Kedua terowongan tersebut, baik terowongan lama dan terowongan baru, memiliki nomor bangunan hikmat (BH) 1464. Terowongan Kebasen lama terletak di antara Stasiun Kebasen dan Jembatan Sungai Serayu Rawalo sebagai bagian dari jalur KA Cirebon Kroya merupakan saksi tabrakan adu banteng KA Senja IV dan Tatarmaja tahun 1981.
Sedangkan lokasi terowongan Kebasen baru berada di sebelah terowongan yang lama, memuat double track sekaligus. Terowongan ini dibangun oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian dengan menggandeng kontraktor BUMN. BUMN yang turut serta menggaet proyek ini adalah Indra Karya selaku konsultan supervisi dan Adhi Karya selaku kontraktor pelaksana.
Terowongan baru terdiri atas dua bagian yang terpisah. Terowongan Kebasen Baru I memiliki panjang 109 meter, sedangkan terowongan II memiliki panjang 183 meter. Diharapkan dengan adanya terowongan baru ini, kelajuan kereta api dapat dinaikkan hingga mendekati kecepatan maksimum kereta api Indonesia, 120 km/jam.
Setelah proses switch-over di lintas PurwokertoâKroya ini selesai, Terowongan Kebasen lama dan Notog lama ditutup per 15 Februari 2019, dan dijadikan cagar budaya. Terowongan yang lama kemudian ditutup dengan pintu gerbang berterali untuk menghindari vandalisme di dalam terowongan.
Tragedi Tabrakan Adu Banteng Tahun 1981 dan 1987
Catatan penting perkeretaapian Indonesia, ada dua tragedi tabrakan kereta api adu banteng paling memilukan di Indonesia, yakni tragedi Kebasen dan tragedi Bintaro. Mungkin jarang orang mengetahui bahwa enam tahun sebelum tragedi Bintaro, tabrakan kereta api adu banteng terjadi di Banyumas, Jawa Tengah, meski tak sampai menimbulkan korban sebanyak tragedi Bintaro.
Terowongan Kebasen, di balik fungsi vitalnya terowongan Kebasen lama ini ternyata menyimpan suatu tragedi yang terjadi pada tanggal 21 Januari 1981. Ketika itu, KA Senja IV melaju dari Stasiun Gambir Jakarta tujuan ke Yogyakarta bertabrakan adu banteng dengan KA Maja yang melaju dari rute Madiun tujuan ke Jakarta.
Kecelakaan terjadi di petak antara terowongan dengan Jembatan Serayu. Peristiwa tersebut dikenal âTragedi Kebasenâ. Waktu itu Jalur KA Cirebon – Kroya masih single track, dan menggunakan sistem persinyalan mekanik. Meski tak persis dalam terowongan, namun TKP tak jauh dari terowongan, sehingga terowongan bisa disebut sebagai saksi bisu peristiwa pilu tersebut. Korban meninggal dunia 7 orang, dan luka parah 35 orang.
Sedangkan tabrakan kereta api Bintaro 1987, dikenal dengan “Tragedi Bintaro I”, adalah kecelakaan tragis yang melibatkan dua kereta api di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, pada 19 Oktober 1987, sebagai musibah terburuk dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia, sebagaimana dilansir dari wikipedia.org/wiki/Tabrakan_kereta_api_Bintaro_1987.
Kecelakaan itu melibatkan kereta api Patas Merak jurusan Tanah AbangâMerak, berangkat dari Stasiun Kebayoran (KA 220) bertabrakan dengan kereta api Lokal Rangkas jurusan RangkasbitungâJakarta Kota (KA 225), berangkat dari Stasiun Sudimara. Tragedi ini menelan korban 139 orang meninggal, dan 254 orang lainnya luka berat.
Biarkan Foto Bicara
Terowongan Kebasen: Terowongan Ikonik di Jalur KAI Cirebon – Kroya